Epilog 1

706 112 4
                                    

3 tahun kemudian

Dua lelaki itu menangis.

Menatap batu nisan dengan nama sang ayah yang tercantum di sana. Sekarang mereka hanya hidup berdua, tanpa seorang ibu dan seorang ayah. Mereka hanya berdua.

Arul meninggal gara-gara penyakit jantung koroner yang diidapnya.

Keheningan menyelimuti mereka, hanya terdengar suara isak tangis menyedihkan yang terdengar.

Mashiho sudah memberi kabar pada Junkyu kalau Arul meninggal tadi pagi, tapi Junkyu tak bisa datang.

"Tiga tahun singkat banget, ya?" ucap Hyunsuk.

Lalu mereka perlahan mulai meninggalkan pemakaman. Tentunya masih terdengar suara isakan. Hidung mereka berdua memerah dan masih ada jejak air mata di pipi mereka.

"Gue gak nyangka kalau Tuhan manggil ayah secepat ini." Mashiho berucap begitu mereka sudah keluar dari area pemakaman.

Hyunsuk mengangguk setuju, "Yap. Bahkan Ayah gak nunggu kita buat punya pacar dulu."

Ngomong-ngomong tentang pacar, Mashiho baru ingat. Selama ini ia selalu merasa biasa saja, ia tak pernah merasa senang saat melihat gadis tertentu atau lebih mudahnya dia belum menyukai seorang gadis.

Bagaimana ia bisa menyukai seorang gadis kalau 3 tahun ini temannya masih Jaehyuk dan Asahi?

Mashiho kurang pandai dalam bergaul, tak seperti kakak tirinya yang bisa bergaul dengan siapapun.

Menurut Mashiho, Hyunsuk itu keren.

"Lo pasti punya doi, kan?" tanya Mashiho.

"Nggak tuh, kenapa emang?"

"Bohong dosa loh."

Hyunsuk menghela nafasnya jengah, berkali-kali Mashiho menanyakan hal yang sama padanya dan jawaban yang diberikan pun masih sama.

"Di kantor gak ada yang menarik." celetuk Hyunsuk yang membuat Mashiho mengernyitkan dahinya.

"Masa sih? Waktu itu gue lihat cewek yang beberapa helai rambutnya warna biru, tapi sisanya warna coklat. Lo tahu gak? Menurut gue dia menarik." ujar Mashiho.

Hyunsuk terkekeh, "Itu Jena. Dia udah punya pacar namanya Jeno."

"Lah, Jena Jeno bagaimana maksudnya itu? Lebih cocok nama anak kembar daripada pasangan." sahut adiknya.

"Ya namanya juga takdir, mereka ditakdirkan untuk berpacaran. Jena sama Jeno juga seumuran sih, sama-sama kelahiran tahun 2000." kata Hyunsuk.

Mashiho membulatkan mulutnya membentuk huruf 'o', "Berarti noona buat gue. Pepet aja, tikung tuh si Jeno Jeno. Jena lebih cocok sama lo."

"Dih apaan? Gue gak sejahat itu buat tikung si Jeno, dia udah bantu gue ini itu."

Mashiho memutarkan bola matanya malas, ia selalu memberi request perempuan untuk kakaknya. Tapi kakaknya itu terus bilang kalau perempuan yang Mashiho bilang sudah punya pacar lah, tunangan lah, temenan doang lah, sahabat lah.

"Lagian umur gue baru 24 tahun kali, buat cowok umur segini terlalu muda buat nikah. Masih ada waktu 2 atau tiga tahun lagi gue cari cewek. Noh lo yang imut 21 cepet cari pacar, gue udah punya satu mantan." jelas Hyunsuk.

"Punya mantan aja bangga. Bangga itu harusnya kalau udah menemukan cewek yang tepat buat anak-anak lo kelak."

Hyunsuk tertawa, "Ngapain jadi ngomongin cewek, si?"

"Ya kan lo duluan yang bilang 'pacar' tadi. Gue nyuruh lo cari pacar. Nanti kalo udah punya pacar kenalin ke gue dan bilang kalau gue adik lo yang paling ganteng diantara Kak Junkyu sama Dobby." jawab adik tirinya itu yang membuat Hyunsuk kembali tertawa.

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang