22. Prinsip

568 115 4
                                    

Setelah memesan makanan, Hyunsuk dan Chanwoo pun mulai berbincang. Ya awalnya perbincangan ringan, tapi semakin sini perbincangan mereka semakin memberat seperti dosa.

"Emang perjodohan Mashiho sama Nako berapa hari lagi?" tanya Chanwoo.

"Katanya sih 5 hari lagi, duh gue jadi gak sabar liat rencana mereka."

Hyunsuk pun tersenyum pahit, kalau diingat-ingat kebelakang terkadang membuat Hyunsuk ingin menangis. Meskipun ia berusaha untuk menganggap Mashiho asing, tapi hatinya berkata kalau ia tak bisa. Selalu ada harapan untuk bisa tertawa bersama adik tirinya.

"Kadang gue benci sama diri gue sendiri." celetuk Hyunsuk.

Chanwoo diam mendengarkan.

"Kenapa Mashiho bisa benci sama gue? Sedangkan gue mencoba buat gak suka sama kehadiran dia, nganggap dia asing aja gak bisa?"

Yang lebih tua menepuk pundaknya, "Gue gak tahu pasti kenapa. Tapi yang penting itu tandanya lo udah sayang banget sama dia. Yakin deh sama gue, dengan lo terus bersikap baik sama dia lama-lama bakal luluh kok."

Hyunsuk pun menganggukkan kepalanya. "Kayaknya gue harus beli kalung buat nambah-nambah koleksi sekalian mengulangi stres."

Chanwoo pun memasang wajah julit-nya. "Sombong amat dikit-dikit beli kalung."

"Terserah gue."


×××


"Kayak ibu-ibu tukang rumpi lo bawa beginian awokwokwok," ucap Junkyu hampir saja menertawakan adiknya. Mashiho hanya memutarkan bola matanya malas, kakaknya sudah mengatakan hal itu lebih dari tiga kali.

"Ngomong kayak gitu lagi, gue mau lo yang bawa belanjaan ini. Mau?"

"Ya jangan dong, masa orang ganteng bawa tas beginian."

"Berisik. Udah cepet apa aja yang harus dibeli, berat sebelah nih bahu gue." desak Mashiho.

Junkyu pun melihat daftar belanjaan dan berlari kesana-kemari mencari bahan. Mashiho hanya berjalan dengan santai, karena pasti Junkyu akan berjalan kembali kearahnya untuk memasukkan belanjaan tersebut.

Dug

"Eh maaf-maaf, ya, gak sengaja." ucap Mashiho saat melihat Junkyu tak sengaja menabrak dua orang dihadapannya.

Dua orang itu hanya menatap Junkyu dan Mashiho bergantian, lalu mereka saling melirik satu sama lain. Ah, mereka sedang telepati mungkin?

Mashiho pun membantu Junkyu berdiri. "Makanya jangan liatin catatannya mulu. Sekalian cari belanjaan. Udah ah sini aja gue yang cari belanjaannya, lo bawa tas itu." ujar Mashiho sambil merebut catatan tersebut dari kakaknya.

Mashiho berkata seperti itu agar ia dan Junkyu cepat-cepat pergi dari sana karena sejak tadi dua orang yang tak sengaja Junkyu tabrak terus menatapnya dengan tatapan aneh. Seperti ingin menerkam. Dan tak lupa Mashiho membantu kakaknya berdiri dan membawa Junkyu pergi dari sana.

"Kenapa sih? Buru-buru banget." tanya Junkyu.

Mashiho pun berhenti dan menoleh kearah kakaknya. "Pertama, nenek udah nungguin. Kedua, tuh dua orang aneh ngeliatin gue sama lo terus pake tatapan pengen bunuh."

Junkyu hanya mengerjapkan matanya lucu, oke Mashiho tak jadi untuk marah padanya. Kenapa dia bisa memiliki seorang kakak yang tingkahnya kadang lebih gemas darinya?

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang