30. Permintaan

517 114 8
                                        

Hyunsuk terbangun dari tidurnya dengan kaget, pasalnya tadi ia sedang belajar dan ketiduran. Dalam hati Hyunsuk berjanji untuk tidur hanya lima menit. Tapi setelah melihat jam, tampaknya Hyunsuk tertidur lebih dari satu jam.

Hyunsuk berjalan kearah ranjang dan merebahkan dirinya. Meraih ponsel yang ia charge dan mencabutnya. "Seratus persen, mayan buat main game nanti siang." katanya.

Tapi satu detik kemudian sebuah pesan masuk ke ponselnya, "Anjir? Kok? LAH KAN BARU BELI KEMARIN!" Hyunsuk merasa kesal karena ternyata itu adalah pesan sisa kuotanya.

Memang di rumah tak memasang WiFi, jadi bagi anggota keluarga yang kuotanya habis harus bolak-balik ke konter untuk membeli. Hyunsuk pun langsung masuk ke kamar mandi dan cuci muka, setelah itu ia mengambil kunci motor serta helm yang ada di kamarnya.

Saat membuka pintu, terlihat sang ayah dan ibu yang sedang duduk santai diruang tengah. "Yah, Mashiho kemana?" tanya Hyunsuk begitu membuka pintu Mashiho dan si empunya tak ada.

"Baru aja kabur." jawab Arul.

Hyunsuk hanya menganggukkan kepalanya, sudah terbiasa dengan sifat kabur-kaburan adik tirinya itu. "Hyunsuk beli kuota dulu." izinnya.

Diperjalanan, hampir saja Hyunsuk jatuh dari motornya karena melamun. Lelaki itu pun bingung kenapa ia bisa melamun seperti itu. Untung saja ia tersadar dari lamunannya.

"Gue mikirin apaan?"

"Oh, gue inget."

Hyunsuk ingat. Mungkin penyebab ia melamun seperti tadi karena memikirkan ucapan Mashiho saat Arul dan Novi sedikit bertengkar. "Please..." Hyunsuk bergumam.

"Gue gak mau keluarga gue pecah lagi. Gue belum bisa meluluhkan hati adik gue, gue belum ketawa bareng sama dia," Hyunsuk memberhentikan motornya kepinggir jalan. Ia harus berpikir jernih.

Tapi yang ada hanyalah tangisan.

"Gue gak mau bilang ini, tapi.. kalau Tuhan memberi gue pilihan. Gue mau gue ketawa bareng sama Mashiho sekali aja sebelum ayah sama ibu pisah."

Hanya itu harapannya.

"Atau kalau bisa, gue gak mau ayah sama ibu pisah dan gue terus ketawa bareng sama Mashiho. Gue pengen gitu.." lanjutnya.

Lelaki itu terisak.

Sampai seseorang menepuk pundaknya dan duduk disampingnya, "Hai."

Hyunsuk mengelap air matanya dan menoleh kesamping. Betapa terkejutnya ia melihat Yeonjun lah orangnya. Tak ada tatapan benci dari mata lelaki itu, hanya ada tatapan lembut.

"Lo.. pasti lagi sedih karena keluarga lo, kan? Sebelum gue pergi, gue mau minta maaf sama lo dan Mashiho."

"Pergi kemana lo?"

"Keluar negeri, hak asuh gue jatuh ke tangan ibu dan ibu mau tinggal di negeri orang." jawab Yeonjun.

"Gue bener-bener minta maaf. Apalagi sama adik lo. Gue pernah lempar bola basket yang ada di tangan gue ke kepalanya. Gue bener-bener minta maaf." lanjutnya.

Hyunsuk tersenyum, "Nanti gue sampaikan ke adik gue. Kalau adik gue gak mau maafin lo gimana?"

"Paksa. Gue gak mau pergi dari sini dengan membawa sebuah beban di pikiran gue. Gue mau hidup tenang."

"Pasti lo dimaafin sama adik gue, kok." Hyunsuk menepuk-nepuk punggung lelaki yang ada disampingnya.

Yeonjun kembali berkata, "Gue udah bilang sama Soobin biar gak gangguin Mashiho. Dan dia janji sama gue, cuma gue gak tahu janji itu bakal dia tepatin atau nggak."

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang