Didalam mobil, baik itu Hyunsuk ataupun Doyoung tak membuka suara. Doyoung yang sedikit kecewa dengan kakaknya dan Hyunsuk yang sedang marah pada Mashiho.
"Kakak gak habis pikir. Kakak capek nyari Mashiho, sampe kakak lupa buat mandi sama makan dulu tapi dia masih nganggap kita orang asing. Dia ngerti arti kata peduli gak sih? Dia ngerti arti kata sayang gak sih?" ucap Hyunsuk mengawali pembicaraan.
Doyoung yang sedikit menunduk pun mendongak, "Kak Mashiho ngerti dua kata yang kakak sebutin tadi. Cuma Kak Mashiho belum bisa terima kalau orang tuanya cerai." sahutnya.
"Bayangin lah, Doy. Udah satu tahun mama Arin sama ayah Arul pisah dan Mashiho masih gak bisa terima? Kamu aja yang lebih muda dari dia bisa terima, tuh." ujar Hyunsuk.
Doyoung pun menggedikkan bahunya, "Setiap orang memiliki sifat yang berbeda-beda. Ada yang mudah menerima kenyataan dan ada yang susah untuk menerimanya. Aku ada di posisi mudah untuk menerima kenyataan, jadi aku gak papa. Toh aku dapet kakak sama ibu yang baik." ucap Doyoung.
Setelahnya hening. Benar apa yang dikatakan Doyoung. Mungkin Mashiho masih tak terima keluarga kandungnya jadi terpecah belah, tapi selama itu? Satu tahun itu belum cukup untuk menerima Hyunsuk jadi kakaknya?
"Ada alasan kak Mashiho susah buat menerima kenyataan, Kak. Dia gak diperlakukan secara adil oleh ibu. Mungkin kak Mashiho sering rindu sama mama Arin sampe dia tetep nganggap kita orang asing bagi dia." celetuk Doyoung yang membuat Hyunsuk meliriknya sebentar, lalu kembali fokus ke jalanan.
Yang lebih tua menghela nafasnya, "Kamu ada benarnya Doy. Kenapa ibu gak bisa bersikap adil sama Mashiho? Dan alasan Mashiho terus nganggap kita asing karena ibu nganggap dia asing juga, begitu?" tanya Hyunsuk.
Adiknya menggedikkan bahu, "Mungkin. Mata dibalas mata, kan?"
Meskipun berbicara seperti itu, jujur Hyunsuk masih merasa marah pada Mashiho. Ibunya yang menganggap Mashiho asing, tapi kenapa dia dianggap asing juga?
Sementara disisi lain, seorang lelaki membawa kopernya sambil sesekali memegang kepalanya yang sedikit pusing. Mashiho berjalan kaki, ia sedang menghemat uang. Mashiho berjanji kalau ia sudah menemukan tempat tinggal, ia akan bekerja.
Dug
"Eh, maaf bro." ucap orang yang tak sengaja menabrak Mashiho itu.
Mashiho hanya mengangguk dan melengos pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Tapi orang itu berbalik arah dan mengejar Mashiho. "Loh? Lo ngapain kayak gembel gini?"
Mashiho berhenti dan menoleh. "Lo ngapain ada disini?"
"Jawab dulu pertanyaan gue."
Mashiho menghela nafasnya.
...
"Ah lo, kabur dari rumah aja sedih gitu. Anak nakal malah pengen kabur dari rumah dan merasakan kebebasan."
Mashiho menunduk, "Gue.. gak bisa kayak gitu. Dari kecil ibu gue gak pernah ngajarin gue buat jadi anak nakal," sahutnya.
Guanlin berdecak, "Terserah lo. Ya udah kamar lo yang pintunya warna ungu tuh disana." ucapnya sambil menunjuk kamar Mashiho dengan dagunya.
Warna ungu.. itu warna favorit Mashiho.
"Udah sana, istirahat. Gue mau beli rokok dulu ke warung." titah Guanlin yang diangguki oleh Mashiho.
Sekarang Mashiho ada di rumah Guanlin. Ternyata Guanlin sendirian disini, dia bercerita kalau rumah ini dibelikan oleh kedua orang tuanya. Guanlin muak dengan orang tuanya yang terus bertengkar itu, tapi Guanlin tak pernah menyuruh mereka berdua untuk berpisah. Ya karena sang ayah sadar atas sikapnya yang hanya memperhatikan kakaknya Guanlin, ia sampai bertengkar dengan istrinya.
Mashiho masuk ke kamarnya. Berbeda dengan warna pintu yang berwarna ungu, disini lebih ke aura laki-laki yang sangat jantan. Ah, tidak. Laki-laki yang nakal, sering tawuran, dan hal-hal lain.
Tok tok tok
"Ngapain ketuk pintu? Ini kan rumah lo." ucap Mashiho dari dalam.
Lalu pintu terbuka dan Guanlin menyembulkan kepalanya lengkap dengan senyum lebarnya. "Anggap aja ini kamar dan rumah lo, lo bisa ngelakuin apapun yang lo mau lakuin. Semua yang ada disini.. milik kita berdua." kata Guanlin lalu kembali menutup pintunya.
Guanlin nakal, tapi dia memiliki sisi setia kawan dan.. dia baik padanya. Setelah membereskan barang, Mashiho duduk ditepian ranjang. Ia merindukan Jaehyuk dan Asahi yang sering membolos bersama.
Mashiho menghela nafasnya. Dia masih marah pada Jaehyuk karena menuruti permintaan ayahnya untuk menghindar. Jaehyuk mungkin tak menghindar sekarang, tapi Mashiho—
"Argh! Kenapa kesannya gue kayak cowok lemah?!" ujarnya frustasi sambil menjambak rambut sendiri. Lalu ia merebahkan diri.
"Kak Junkyu kok beberapa hari ini gak nelpon ya? Dia kemana?" gumam Mashiho, tak lama ia menutup matanya karena lelah.
...
Mashiho duduk di pinggir lapangan, melihat orang-orang yang sedang bermain basket sambil sesekali tertawa riang. Ya, bermain bola basket emang seseru itu.
Tapi tak lama, permainan itu selesai dan diganti oleh orang yang akan bermain bola. Ya, Mashiho melihat kakak tirinya disana dengan wajah yang sudah sangat siap bermain. Saat tak sengaja Hyunsuk menoleh ke arah nya, Mashiho pun menatapnya dengan sinis. Begitupula Hyunsuk.
Tapi Hyunsuk kembali fokus dengan teman-temannya. Mashiho kembali melamun, entah melamun karena apa.
Dug
Mashiho seketika memegang kepalanya yang terkena bola basket, ia meringis karena bola itu mengenai lukanya. "Ooh.. dia yang lagi musuhan sama kakak tirinya itu?"
"Ya pantes sih, Bang. Orang dia rese gini gak mau dikasih perasaan sayang awokwokwok. Kekanakan anj." sahut temannya. Mashiho pun pergi dari sana, tapi tangannya ditahan.
"Loh? Kok pergi? Oh? Lo takut ya sama kita berdua? Kita kan berdua dan lo cuma seorang."
Mashiho pun menepis tangannya, "Gue berani. Tapi kalo kalian babak belur jangan salahin gue karena lo berdua yang mulai." ucap Mashiho dengan sinis.
Yeonjun dan Soobin pun tersenyum miring. "Cuma lo yang berani sama kakak tingkat kayak kita." ucap mereka berdua sambil mendekat pada Mashiho.
Saat selangkah lebih dekat, Mashiho sudah menonjok wajah mereka berdua. Dari tadi ia terus meredam emosinya tapi tak bisa, karena dua orang ini mengusiknya. Dan tentu saja, dua orang itu melawan.
Mashiho tak kewalahan, karena dia menghancurkan yang satu lalu beralih ke yang lain. "Demi Tuhan gue beneran benci sama lo berdua bangs*t." ucap Mashiho sambil terus memukuli Soobin dan Yeonjun.
Tapi Soobin malah meninju luka Mashiho yang membuat lelaki itu mengerang, "Argh! Sialan lo berdua! Jauh-jauh dari gue—akh!" teriak Mashiho sambil terus memegang kepalanya.
Lalu Soobin dan Yeonjun pun berjalan menjauh sambil tertawa karena kemenangan mereka, sedangkan Mashiho terduduk di lantai sambil memegang kepalanya yang sakit. Pusing, ia tak kuat.
"Eh? Anjir gue telat bantuin lo—WOI JANGAN PINGSAN ANJROT!" teriak Guanlin lalu membawa Mashiho ke UKS.
Sebelum Mashiho pingsan, ia sadar kalau Hyunsuk menatapnya dengan tatapan khawatir. Namun Mashiho tahu, kalau Hyunsuk juga ingin menganggapnya orang asing.
Sementara disisi lain, dua teman lama Mashiho menatapnya dengan tatapan sedih. "Asahi, Mashiho butuh bantuan."
"Kalau lo datang ke hadapan dia, yang ada lo di usir, Jae. Udah, ayo ke kantin aja." ucap Asahi.
Kenapa Jaehyuk jadi merasa kalau dia juga dianggap asing oleh Mashiho?
×××
HELP AKU PINGSAN ASAHI GANTENG BANGET HIKSROTTTTT. Eh semua member juga ganteng sksksksk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother
Fanfiction[COMPLETED] -Mashiho & Hyunsuk of TREASURE Cerita tentang Mashiho yang tak pernah menerima keluarga barunya. Dan cerita tentang Hyunsuk yang ingin bahagia dengan adiknya. Start: 6 September 2020 End: 6 Januari 2021