21. Anak-anak

595 125 4
                                    

Saat sudah sampai di restoran pun mereka berdua masih tak percaya, perjalanan terasa begitu lama padahal Hyunsuk ngebut. Bahkan Chanwoo hampir saja kelepasan untuk muntah, sial.

"Kapan-kapan gak mau jalan sana lagi, gak mau gue gak mau!" ucap Hyunsuk sambil memegang perutnya dan berjongkok didekat mobil.

Chanwoo pun terbatuk, "Bukan lo doang. Gue juga gak mau lewat sana lagi, ternyata ngalamin kejadiannya lebih serem daripada nonton di tv."

"Udah yuk ah." Chanwoo menarik tangan Hyunsuk. Tapi lelaki itu tak kunjung berdiri juga. Saat Chanwoo menatap tepat ke arah matanya, lelaki itu kaget karena mata Hyunsuk berair.

"Aduh kalo emaknya nanyain Hyunsuk diapain gimana? Tante Novi kan emosian. Mana julit lagi."

Berdosa kamu Chanwoo ngomongin tante-tante.

"Heh, malu dong umur udah 21 tapi masih nangis gara-gara gituan doang." tegur Chanwoo lalu berjongkok di samping Hyunsuk.

Yang ditegur hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Kejadian itu masih terngiang di otaknya sampai ia merasa terganggu. "Please, gue cuma mau hidup tenang tanpa kepikiran kejadian tadi." gumam Hyunsuk.

Chanwoo pun memutar bola matanya malas, rasa ingin mendorong Hyunsuk ke kolam renang pun semakin tinggi. "Lo mau gue masukin ke kolam renang?" Benar saja, Chanwoo menawarkannya pada Hyunsuk.

Hyunsuk menggeleng dan langsung berdiri, "Udah ah gue mau lupain kejadian tadi. Ayo! Wangi hamburger bikin gue makin laper," kata Hyunsuk lalu berjalan mendahului Chanwoo.

"Yeu, dasar bocah. Gue masih baik nungguin dia ngomong gak jelas tadi, sekarang malah ditinggalin. Kampret. Untung lo traktir gue makan," gumam Chanwoo sambil berlari menyusul adik tingkat sekaligus sahabatnya itu.

"Suk, gue bebas beli makanan yang manapun, ya? Ya? Ya?" ucap Chanwoo sambil menatap Hyunsuk penuh harapan.

Hyunsuk pun berhenti sebentar dan menoleh kearah Chanwoo, lalu lelaki itu mengangguk, "Hm."

Chanwoo pun kegirangan.

Tamat.

Dih, apaan.

×××

"Ye- Yedam- Yedam Yedam awas itu makanannya jat—"

Pluk

"—tuh." Belum selesai Mashiho berbicara, makanan yang dibawa Yedam jatuh sebagian. Sebenarnya Mashiho menyayangkan kalau tak dimakan, tapi kalau dimakan juga makanan tersebut sudah menyentuh lantai.

Bukannya mengambil makanan tersebut, Yedam malah menatapnya dengan tatapan sedih. Hal itu cukup membuat Mashiho sedikit merasa kesal dan berdecak.

"Ck, makanan jatuh tuh bukannya diambil malah dilihatin. Emangnya kalau dilihatin doang bakal bersih lagi terus naik ke piring dengan sendirinya gitu?" ucap Mashiho sambil pergi ke dapur untuk mengambil mangkuk.

Saat kembali ke tempat, masih ada Yedam berdiri dengan tatapan sedih. Mashiho pun menggelengkan kepalanya dan memasukkan makanan itu kedalam mangkuk yang ia bawa.

"Itu mau digimanain, Kak?" tanya Yedam.

Mashiho pun menggedikkan bahunya, "Gak tahu. Tanya aja sama nenek mau diapain, kalau dibuang sayang dimakan juga makanannya udah kotor. Mau dicuci gitu?"

"Iya, habis dicuci terus dijemur. Kalau udah kering jangan lupa disetrika biar mulus." sahut Junkyu yang baru saja masuk ke rumahnya.

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang