Stepbrother

32. Sampai Kapan?

Tok tok tok

"Asahi," panggil Mashiho dari luar.

Asahi yang mendengar namanya dipanggil pun menoleh kearah pintu, lalu lelaki itu berucap. "Kalo mau bicara tentang Jaehyuk, masuk aja. Disini ada dua bocah." sahutnya.

Mashiho pun mengangguk, lelaki itu masuk ke kamar Asahi. Asahi pun menepuk kursi yang kosong, Mashiho datang menghampiri dan duduk di sana.

"Gue bingung."

"Bingung kenapa?"

"Yang bikin Jaehyuk celaka itu gue, Tante Novi nyuruh orang buat nabrak Jaehyuk itu alasannya karena gue. Dan gue gak punya banyak uang buat bayar biaya Jaehyuk selama dia di rumah sakit." jelas Mashiho.

Asahi yang sedang menggambar pun langsung meletakkan pulpennya dan menghadap kearah Mashiho, "Orang tua Jaehyuk bukan orang miskin. Dan yang nabrak Jaehyuk bukan lo, tapi orang lain. Gue yakin mereka gak bakal minta pertanggungjawaban sama lo, tapi sama pelaku."

Tapi tetap saja hati Mashiho merasa tak enak. Novi menyuruh Jun untuk menabrak Jaehyuk agar kebahagiaannya hilang.

Dan itu terjadi, kebahagian Mashiho hilang.

Asahi yang melihat wajah Mashiho murung pun langsung berkata, "Udah gak usah dipikirin. Orang tua Jaehyuk baik-baik kok, kalo ketemu bilang maaf aja sama mereka."

Mashiho kembali mengangguk, "Lo ngapain?"

"Biasa, lagi bikin gambar."

Mashiho membulatkan mulutnya membentuk huruf 'o'.

Drrrrrt drrrrrt

Ponsel milik Mashiho bergetar, lelaki itu langsung mengambil ponselnya dan mengangkat telpon itu tanpa melihat siapa yang menelpon.

"Dimana?"

Meski satu kata, Mashiho tahu siapa yang menelponnya, Hyunsuk.

"Lo gak perlu tahu gue ada dimana."

"Ayah sama Ibu memutuskan buat cerai aja. Tapi gue ikut sama Ayah."

"Kenapa lo ikut sama Ayah? Kenapa gak sama Tante Novi aja? Dia kan sayang sama lo."

"Tapi Ayah juga sayang sama gue."

"Terus lo ngapain nelpon gue?"

"Buat ngasih tahu itu, tadinya gue pengen ngomong langsung. Tapi lo gak mau ketemu sama gue."

Pip

Telpon dimatikan sepihak oleh Hyunsuk. Mashiho pun mengernyit heran, tumben. Biasanya Mashiho yang mematikan telpon lebih dulu.

Tapi detik berikutnya, bibirnya mulai melengkung kebawah. Ia berusaha untuk terlihat biasa saja, tapi tak bisa.

"Kenapa?" tanya Asahi.

"Keluarga gue bakal pecah lagi untuk kedua kalinya." jawab Mashiho.

"Selama ini lo mengakui mereka kalau mereka itu keluarga lo?" Asahi merasa heran.

Mashiho menganggukkan kepalanya, "Meskipun gue selalu nganggap mereka asing, tapi gue mengakui kalau mereka keluarga gue. Yang mendorong gue buat melangkah sampai detik ini."

Asahi merasa kaget tentu saja, lelaki itu langsung memeluk sahabatnya dan mengelus punggungnya. "Lo cowok, lo harus kuat. Semangat!"

Mashiho kembali mengangguk.

×××

"Gimana respon Mashiho?" tanya Arul.