07. Rindu

708 141 5
                                    

"Sa gue takut." ucap Jaehyuk lalu bersandar di pundak Asahi. Masih sempet nya nih anak modus.

Asahi menoleh dan mengusap rambut Jaehyuk, "Gak usah takut. Nanti gue juga kena marah sama kak Hyunsuk family." ucap Asahi. Jaehyuk menghela nafas.

"Kita kayak orang pacaran ya?"

"Amit-amit, Jae! Anjir gue masih normal ya!" Jaehyuk tertawa mendengar ucapan Asahi yang terkesan ngegas itu. "Ya udah, kita kayak adik-kakak. Lo jadi kakak gue mau?" tawar Jaehyuk.

"Gak bisa gitu, gue lebih muda sebulan dari lo." tegur Asahi, lalu ia mendorong kepala Jaehyuk untuk duduk tegak karena keluarga Mashiho sudah datang.

"Om Om Om! Jangan marahin Mashiho, ya? Dia gak salah. Aku yang salah udah ngajak dia main balapan." ucap Jaehyuk lalu menunduk. Arul menatap Jaehyuk tajam.

"Kenapa kamu mengajak anak saya untuk balapan? Anak saya sudah nakal dan kamu akan menambah bibit nakal di dirinya? Hah?" tanya Arul dengan tatapan marahnya pada Jaehyuk.

Asahi maju selangkah, ia berdiri di depan Jaehyuk. "Om jangan nyalahin Jaehyuk, harusnya om nyalahin saya karena saya tak menahan Jaehyuk untuk mengajak Mashiho." bela nya.

Jaehyuk memegang pundak Asahi, "Ini bukan salah lo. Ini salah gue karena gak nurut sama ucapan lo." bisik Jaehyuk. Asahi menghela nafas.

Arul menghela nafasnya, "Setelah kejadian ini. Saya harap kalian menjauhi Mashiho. Saya ingin anak saya bergaul dengan orang baik." final Arul. Hyunsuk diam di tempat, ia menatap Asahi dan Jaehyuk yang menatapnya juga.

"Harusnya kalian gak ngajak Mashiho. Gue tau apa yang bakal terjadi selanjutnya, Mashiho dimarahi juga sama ayah. Kalian juga kena marah." kata Hyunsuk sebelum ia menyusul ayahnya masuk ke ruangan Mashiho.

Luka Mashiho tak separah itu, tapi ayahnya sangat khawatir karena Mashiho adalah anaknya. Ia memiliki tanggung jawab.

Saat Hyunsuk masuk, sudah terdengar suara ayahnya yang mengomel pada Mashiho. "Harusnya kamu belajar! Bukan malah balapan kayak tadi! Kamu tuh udah nakal masa mau nambah kadar kenakalan kamu?" tanya Arul.

Mashiho hanya menunduk sambil bermain ponsel, setelahnya ia mendongak. "Udah ngomelnya? Lama-lama Mashi gedek denger ayah yang bisanya ngomel mulu, Mashi cuma mau kebebasan. Itu doang." kata Mashiho lalu turun dari brankar dan berjalan keluar.

Ia berniat untuk pulang. Tapi Jaehyuk dan Asahi tak ada disana. "Ayah mengomel juga pada Jaehyuk dan Asahi? Mereka tak bersalah, ayah!" ucap Mashiho sambil menoleh pada ayahnya.

Mashiho tampak menghela nafasnya, "Apa ayah gak cukup membatasi apa yang Mashi lakukan selama 17 tahun? Mashi ingin membangun dunia Mashi sendiri meski awalnya berantakan kayak gini." kata Mashiho lalu ia pergi.

Alasan kenapa Arul dan Hyunsuk tahu Mashiho balapan, itu Jaehyuk sendiri yang bilang. Tentu saja amarah Arul meluap. Ia baru tahu kalau Mashiho bergaul dengan Jaehyuk dan Asahi, Arul membenci mereka berdua.

Entah kenapa.

"Mashi, pulang sama kakak." ucap Hyunsuk menahan tangan Mashiho. Tapi Mashiho menepisnya kasar dan pergi.

Hyunsuk menoleh pada ayahnya, "Harusnya aku gak setujui pernikahan kalian kalau jadinya lebih parah kayak gini." ujarnya lalu pergi dari sana.








...








"KAK JUNKYU, ajarin aqu buat jadi kiyowo dong!" teriak Yedam di depan rumah neneknya Junkyu. Tapi bukannya Junkyu yang membuka pintu, melainkan neneknya.

"Eh nenek, kak Junkyu ada ga?" tanya Yedam. Sang nenek menatap Yedam dari bawah ke atas, "Mau kemana kamu?"

"Ya ke kak Junkyu lah, nek. Masa ngapel ke nenek. Seleraku tinggi ya nek." jawab Yedam. Neneknya Junkyu langsung menatap adik kelasnya Junkyu dengan tatapan tajam.

"Dam, hari ini gak belajar dulu ya. Gue mau telponan seharian sama Mashi, rindu banget sama dia." ucap Junkyu yang datang dari belakang neneknya. Yedam menghela nafas dan bahunya yang tegak langsung merosot, tapi Yedam tetap mengangguk. "Oke, lah. Nek, Yedam pulang dulu." pamit Yedam.

Saat dirasa Yedam sudah jauh dari rumah nenek, Junkyu mengeluh. "Nek, Mashiho susah dihubungi. Aku takut Mashiho kenapa-kenapa, ayah bilang Mashiho jadi nakal. Aku takut nek." ucap Junkyu.

Sang nenek mengelus rambut cucunya, "Telpon saja terus."

"Hp Mashiho gak aktif kayaknya."

"Kalau gitu telpon Arul."

Junkyu mengangguk dan ia berjalan ke kamarnya, lalu ia menelpon Arul. Sementara sang nenek diam di ambang pintu, ia tahu Junkyu dan Mashiho tak bisa dipisahkan. Kalau dipisahkan ya begini jadinya, salah satu diantara mereka ada yang berantakan dan satunya hancur.









...








Saat Mashiho merogoh sakunya, ponsel miliknya tak ada disana. Lalu Mashiho ingat kalau ponselnya itu rusak gara-gara terbanting hebat dan terbanting sangat jauh. Ah sial, padahal ia sedang merindukan Junkyu. Junkyu pasti menelponnya berkali-kali.

Terpaksa Mashiho harus menunggu taksi atau angkutan umum lewat.

Keesokan harinya, dengan senyum cerah yang Mashiho miliki ia masuk untuk kembali ngampus. Atau berkuliah, Mashiho dapat melihat Jaehyuk dan Asahi sedang duduk di lapangan. Mashiho berlari kesana dan duduk tepat di samping Jaehyuk.

Tapi Jaehyuk menghindar. "Jaehyuk kenapa?" tanya Mashiho pada Asahi yang duduk di dekatnya.

"Om Arul nyuruh Jaehyuk buat jauhin lo, bukan Jaehyuk doang sih. Gue juga disuruh jauhin lo, kayaknya." jawab Asahi yang membuat emosi Mashiho seketika meluap.

"Jae, lo dengerin ucapan ayah gue? Lo tau kan temen gue cuma lo sama Asahi, kalau kalian berdua menghindar gue main sama siapa?" tanya Mashiho berdiri dihadapan Jaehyuk.

"Gue gak mau lo kena marah ayah lo cuma gara-gara deket sama gue, gue anak nakal dan gue gak mau bikin lo yang semula anak nakal jadi tambah nakal." jawab Jaehyuk tanpa memandang ke arah Mashiho.

Dug!

"HEH LO DIEM BANGSAT!" teriak Jaehyuk yang langsung berdiri kala bola basket datang dan mengenai kepala belakang Mashiho. Mashiho seperti biasa mengambil bola itu dan melemparkannya ke wajah Yeonjun, orang yang sudah pasti melemparnya bola itu.

"Lo bentar lagi gak punya siapa-siapa, manusia kayak lo harusnya mati aja daripada menuhin seisi bumi. Lo gak dibutuhin sama siapapun." ucap Yeonjun lalu berjalan ke arah Mashiho.

Mashiho yang mendengar itu seketika memukul wajah Yeonjun, "Gue tau gue anak nakal. Tapi gue juga punya hati, kalau lo mau ngomong sama gue mending saring dulu babi!" ucap Mashiho.

Tak lama Mashiho menendang perut Yeonjun, membuat yang ditentang langsung mundur ke belakang dan terbatuk. "Itu akibatnya kalau lo mau berurusan sama Takata Mashiho!" kata Mashiho lalu pergi dari sana.

Jaehyuk ingin menyusulnya, tapi Mashiho kembali berucap. "Kalau lo mau jauhin gue, jauhin aja. Kalau lo mau nurutin ucapan ayah gue, turutin aja." kata Mashiho yang membuat Jaehyuk berhenti di tempat.

"Harusnya dulu gue ikut kak Junkyu aja daripada kehidupan gue makin parah kayak gini, gue mau pulang." ucap Mashiho. Ia berjalan ke arah gerbang, ia benar-benar ingin pulang.

Tapi pergerakan ia terhenti. Kenapa ia tak membolos di roof top? Daripada menghabiskan bensin lebih baik diam di roof top. Benar? Mashiho bebas melakukan apapun disana.

"Kenapa semua orang nurutin perintah ayah gue? Dia siapa? Kenapa dia bisa nyuruh sembarangan kayak gitu?" tanya Mashiho ketika ia sudah sampai di roof top. Di sana terdapat kursi, jadi dengan emosinya Mashiho memukul kursi itu.

Mashiho rindu kehidupannya yang dulu.










×××
Hai.

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang