05. Gosip

810 148 9
                                    

"Mashi—MASHIHO! LO MABUK?!" tanya Hyunsuk menggoyangkan bahu Mashiho. Adiknya itu hanya tertawa layaknya orang mabuk lalu ia mengangguk. Cukup sudah, Hyunsuk tak bisa melihat adiknya ada di jalan yang salah seperti ini.

Hyunsuk menatap Jaehyuk dan Asahi bergantian. "Kalian berdua gak mabuk? Bisa jelasin gimana Mashiho mabuk kayak gini?" tanya Hyunsuk.

"Lah kita-kita juga gak tau gimana Mashiho bisa mabuk kayak gitu." jawab Jaehyuk. Hyunsuk mendengus kesal.

Lelaki itu merogoh saku celana Mashiho dan melemparkan kunci motor nya pada Asahi, "Lo bawa motor Mashiho. Gue bawa pulang dia." kata Hyunsuk.

Asahi mengambil kunci motor itu dan membantu Hyunsuk membawa Mashiho ke mobilnya, sekarang sudah jam 12 malam. Satu menit lagi pergantian hari.

"Lo tuh kenapa malah bar-bar kayak gini?! Lo kok berani minum alkohol?! Hah?! Gue aja gak berani! Tahun lalu lo hampir dihajar habis-habisan sama ayah dan itu gak ninggalin sedikit pun trauma di diri lo?!" omel Hyunsuk. Asahi hanya mendengarkan dengan seksama.

"Sadar Mashiho! Sadar!" lanjutnya sekali lagi sebelum mendudukkan tubuh Mashiho dengan benar. Asahi ke parkiran untuk mengambil motor dan Hyunsuk berjalan memutar ke kursi kemudi.

"Gue gak mau lo dihajar sama ayah, gue gak mau ibu ngurung lo di kamar lagi. Gue tau lo gak suka itu semua, tapi kenapa lo memicu terjadinya hal itu?" Hyunsuk terus-menerus bertanya padahal ia tahu kalau Mashiho takkan menjawabnya.

Mata Hyunsuk berair, sejak kedua orang tua kandungnya cerai, Hyunsuk jadi sedikit mudah menangis saat. Tapi ia menangis saat sendirian.

Rasa sayang Hyunsuk pada Mashiho tumbuh begitu saja saat melihatnya menunduk karena sang ayah hampir menamparnya yang kedua kali. Saat itu dengan cekatan Hyunsuk datang melindungi Mashiho hingga ia yang tertampar.

Hyunsuk mengusap air matanya, "Lo tuh adik yang harus gue jaga. Gue gak mau hubungan adik-kakak gue hancur kayak dulu. Gue gak mau hubungan itu terulang untuk kedua kalinya. Gue gak mau, Mashiho." kata Hyunsuk.

Sesampainya di rumah, Jaehyuk dengan pintarnya ia turun dari motor dan membuka pagar. Disusul mobil Hyunsuk masuk dan motor Mashiho yang dikendarai oleh Asahi pun ikut masuk. Hyunsuk keluar dan tersenyum, "Makasih udah mau bawain motornya Mashiho. Kalian boleh pulang." ucap Hyunsuk lalu menerima kunci motor yang sudah disodorkan oleh Asahi.

Saat Hyunsuk membawa Mashiho keluar dari mobil, betapa terkejutnya ia melihat Ari berdiri di depan pintu. "Dia mabuk lagi?" tanyanya dengan nada dingin.

Hyunsuk meneguk ludahnya dan mengangguk gugup. "Tahu sekarang jam berapa? Jam 12 lebih 5 menit. Itu artinya apa? Ini adalah hari yang berbeda. Dan hukuman apa yang harus kalian dapatkan?" tanya Arul.

"A-aku saja yang ditampar, Mashiho jangan." cegah Hyunsuk saat tangan ayah tirinya itu terangkat.

"MASHIHO YANG MABUK!" tegas ayahnya yang membuat Hyunsuk tersentak.

"Aku yang tak menegurnya untuk pulang ke rumah lebih cepat, ayah. Aku yang membiarkannya mabuk." sahut Hyunsuk.

"Masih mau mengelak? Jelas-jelas dia yang salah disini dan kamu yang membela? Kurang cukup sakit hati kamu yang dibuat oleh Mashiho? Hah?" tanya Arul bertubi-tubi.

"Aku sayang Mashiho dan ayah tak bisa berbuat kekerasan begini padanya. Cara mendidik anak yang nakal bukan begini, ayah. Ayah harus tahu apa yang Mashiho inginkan." kata Hyunsuk dalam menunduk nya.

"Aku bukan menyalahkan ayah, tapi ini akibat dari ayah dan Tante Arin yang berpisah tanpa persetujuan Mashiho. Ayah jangan menyalahkan Mashiho disini, karena ayah adalah penyebab dibalik semua ini." final Hyunsuk lalu membawa Mashiho masuk ke kamar.

Arul mematung ditempat. Rasa sakit Mashiho sangat besar? Sebesar itu sampai sifat, sikap, dan perilaku Mashiho jadi berbanting?

Hyunsuk menidurkan adiknya di ranjang kamar Mashiho, ia mengusap kening adik tirinya dan mencium kening itu layaknya seorang ayah pada anak lelakinya. "Sebesar apapun lo benci gue, itu sama dengan sebesar gue sayang sama lo. Apalagi kalo lo balik sayang sama gue, rasa sayang gue ke lo lebih besar 2 kali lipat." Lalu Hyunsuk meninggalkan kamar itu dan masuk ke kamarnya.






...





"YEDAM!" teriak Junkyu saat melihat Yedam berkeliaran di rumahnya. Maksudku, rumah neneknya. Yang dipanggil menoleh dan bertanya, "Apa? Jangan bilang lo males lagi ngajarin gue."

Junkyu menggeleng, "Nggak. Lo tau gak Mashiho kenapa? Dari kemarin malam sampai sekarang siang dia gak bisa dihubungi. Gue jadi khawatir." tanya Junkyu.

Yedam menghela nafas dan menggeleng, "Lo malah nanya sama gue. Mana gue tau lah anjir, gue orang sini. Sedangkan dia disana."

"Oh iya juga ya."

Diri ini menangis.

"Ya udah ayo ajarin gue nih. Lo jangan males-males lagi, nanti gue belajarnya jadi males juga," desak Yedam. Junkyu memanyunkan bibirnya tak suka.

"Nanti kan lo juga ikut bodoh," ucapnya. Yedam yang greget rasanya ingin mencakar wajah tampan Junkyu saat itu juga. Tapi Yedam sadar kalau ia tak terlalu tinggi.

"Oh iya, lo udah tau kabar Tante Arin yang mau nikah sama Om Simon!" seru Yedam dengan heboh. Seketika Junkyu melotot dan menggeplak kepala Yedam.

"Jangan ngadi-ngadi lo, Dam! Pak Simon dosen di universitas tempat gue ngampus?!" tanya Junkyu. Yedam mengangguk dengan semangat.

Lalu Yedam mengangkat dua jarinya, "Beneran! Lo mau tau ceritanya, kak?" tanya Yedam, Junkyu mengangguk.

Yedam bersiap mulai bercerita. Tapi pintu rumah neneknya Junkyu terbuka, ada seseorang yang masuk. Oh ternyata neneknya Junkyu sendiri.

Tanpa basa-basi Junkyu langsung menghampiri neneknya dan langsung melontarkan pertanyaan yang membuat mata neneknya membelalak, "Nek. Bener ibu mau nikah sama pak Simon? Larang dong nek! Aku gak mau ibu nikah sama pak Simon! Dia galak! Nanti kalo pak Simon galak sama ibu gimana?!"

"Kamu tau dari mana?" tanya neneknya Junkyu. Cucunya menoleh kearah Yedam, langsung lah wanita tua itu menjewer telinga Yedam. "Kamu itu anak nakal ternyata! Kata siapa Arin bakal menikah sama Simon itu, hah?!" tanya neneknya Junkyu, panggil saja Yuli.

"Ya abis, nek. Tante Arin ketahuan lagi ngobrol. Disana ada Tante Arin, pak Simon sama anaknya Haruto!" jawab Yedam. Makin kenceng lah jeweran di telinganya.

"BANG YEDAAAAAAAAAAM!!!!!!!"

"AMPUN NEEEEEEEKKKKKKKK!"

"Astaghfirullah kalian berdua ini berdosa banget, eh salah ngomong kan. Aku ini berdosa banget manggil nenek pake sebutan kalian." lerai Junkyu.

Yedam memang dekat dengan neneknya Junkyu, makanya mereka sudah terbiasa. Yedam yang selalu dipanggil nakal dan neneknya Junkyu yang sudah biasa Yedam jahili. Emang Yedam, kamu ini berdosa banget.

Junkyu mulai pusing dengan Yedam dan neneknya yang selalu bertengkar, mereka akrab layaknya keluarga. "Aduh nenek sama Yedam jangan bertengkar mulu, nanti kalian jatuh cinta." tegur Junkyu.

"ASTAGHFIRULLAH KAMU INI BERDOSA BANGET." ucap keduanya dengan kompak, membuat Junkyu kaget dan mengerucutkan bibirnya.

"Hak cipta Junkyu!"

"GAK ADA YA!" sahut mereka berdua bersamaan lagi.










×××
Aku lama banget update nya! Ih kesel😭

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang