4. Di tolak?

99 10 0
                                    

Semakin sering kamu di tolak, maka orang itu akan semakin mengingat diri mu.



Happy Reading 💙

"Kak jadi pacar gue!" teriak Talia nyaring. Jujur saja Talia sangat malu sekarang, apalagi seluruh penonton membulatkan matanya, tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Talia barusan.

Berani sekali Talia, mungkin itulah yang ada dipikiran orang-orang yang menyaksikan adegan paling bersejarah ini.

Talia menutup matanya rapat-rapat, ia tidak ingin melihat wajah-wajah orang yang meremehkan. Talia mengutuk kebodohan dirinya yang terlalu tamak akan uang.

Langkah kaki Arkel berhenti saat mendengar ucapan Talia. Badannya berbalik, lalu berjalan mendekati Talia.

Talia yang tau Arkel mendekat membuat matanya tertutup kiat rapat.

"Buka mata lo!" titah Arkel dengan suara dinginnya.

"Buka mata lo atau gue cium lo sekarang juga!"

Saat mendengar kata 'cium' Talia sontak langsung membuka matanya, pandangan mereka saling bertemu. Arkel menyunggingkan senyum miring, yang Talia yakini kalau itu adalah senyuman meremehkan.

Arkel mengangkat dagu Talia, menatap Talia dalam, tidak membiarkan Talia mengalihkan pandangannya.
 
"Ngapain nutup mata, lo malu?" tanya Arkel masih dengan senyuman miringnya.

Jantung Talia mulai lagi bereaksi, berdegup kencang. Didalam hati Talia merapalkan doa, berharap Arkel tidak mendengar detak jantung Talia yang mulai menggila. Talia menggutuk jantungnya yang berdegup kencang diwaktu yang tidak tepat.

"Lo budek atau lo bisu?" tanya Arkel.

"Mata lo picek," desis Talia tajam.

Arkel sedikit terkejut tapi ia kembali menetralkan keterkejutannya. Mungkin ia terkejut karena mulut Talia yang pedas, tidak sebanding dengan wajah cantiknya.

Mata Arkel melihat Talia dari atas sampai bawah. Tapi merasa risih karena ditatap secara terang-terangan oleh Arkel.

"Mata lo disekolahin!" geram Talia.

"Berat badan lo berapa?" tanyanya yang masih memandang tubuh Talia.

"Ngapain nanya-nanya berat badan. Lagian itu mata lo kayak om-om pedo njir," sinis Talia sambil memundurkan langkahnya perlahan. Ia harus menjaga jarak dengan Arkel takutnya Arkel tiba-tiba melakukan hal yang tidak-tidak, kan bahaya.

"Berat badan lo berapa?" tanyanya lagi dengan setiap kalimat ia tekankan.

"45 kg," jawab Talia.

Tatapan mata Arkel yang tajam membuat nyali Talia menciut. Jujur saja sekarang ini Talia sedang mati-matian menahan rasa takutnya. Ia hanya tidak ingin dilihat sebagai cewek lemah apalagi pecundang.

"Naikin berat badan lo jadi 50 kg dalam waktu seminggu," ucap Arkel serius.

Talia yang masih tidak mengerti hanya diam saja sembari mencerna apa yang diucapkan oleh Arkel tadi.

"Dengan begitu gue bakalan terima lo buat jadi pacar gue," ucap Arkel sebelum ia pergi meninggalkan Talia yang masih mematung tidak percaya.

Suara tepuk tangan dan sorakan langsung membuat Talia tersadar dari lamunannya.

"Brengsek lo!" teriak Talia nyaring karena Arkel sudah berjalan menjauhi lapangan. Tapi, Arkel mengacungkan jari tengahnya yang artinya ia mendengar teriakkan nyaring Talia.

Talia mengentak-hentakan kakinya, rasa kesal Talia sudah tak terbendung lagi. Bagaimana bisa Arkel berucap seperti tadi, itu sama saja dia menolak Talia. Ia tidak pernah ditolak sebelumnya, tapi Arkel dengan gampangnya menolak Talia!

50 KG [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang