21. Makan Bersama

51 7 0
                                    

Ternyata bergaul dengan lelaki brandalan tidak seburuk yang kita bayangkan, mereka juga bisa menyenakan seperti orang baik.



Happy Reading 💙

2 jam kemudian

Terdengar suara bising motor dari arah pekarangan rumah. Dapat Talia pastikan kalau itu adalah Arkel dan teman-temannya.

"Tuh Arkel datang, samperin sana," suruh April sembari menyiapkan makanan di atas meja.

"Lia bantuin Mama dulu," ucap Talia.

"Gak usah, ada bi Kus kok yang bantuin." April tersenyum.

Talia mendesah pelan. "Yaudah Lia tinggal ya Mah," ucapnya lalu pergi untuk menghampiri Arkel dan juga teman-temannya di luar.

"Eh ada si Neng cantik," ucap Abim dengan wajah jenakanya.

"Aw ada yang lagi proses pendekatan sama Ibu mertua nih," celetuk Hanik.

"Masih ingat sama Aa gak neng cantik?" tanya Abim sembari tersenyum.

"Aa tolong saya ngakak," ucap Malik yang disambut dera tawa dari yang lain.

"Gak usah cari gara-gara sama gue Malik. Mending lo jaga neraka sono, ngapain turun ke bumi juga." Abim mendengus kesal.

"Yoi Bro, pintu neraka terbuka lebar buat lo." Malik langsung tertawa.

"Ayok masuk Lia," ajak Iqbal sembari menggenggam tangan Talia.

"Ehh!" seru yang lainnya.

"Enak aja gue juga mau dong," ucap Hanik sembari mendorong bahu Iqbal.

"Apaan gue juga mau!" seru yang lain.

Dan terjadi lah perebutan serta keributan dari para kaum Adam.

Arkel berdecak lalu langsung menyetak tangan temannya yang sedang menggenggam genggam Talia.

"Dia milik gue," desis Arkel tajam lalu langsung menautkan jemarinya ke jemari Talia, membawa Talia masuk ke dalam rumahnya.

D iatas meja makan tersedia bermacam-macam masakan mulai dari yang kering sampai yang berkuah, mulai dari yang santan sampai yang berminyak. Semua masakan itu tidak hanya Talia dan April yang membuatnya, tapi juga dibantu oleh asisten rumah tangga.

"Apa Tante senang punya mantu kayak si Lia?" tanya Abim yang membuka topik pembicaraan.

"Kenapa?" April balik bertanya, tanpa menjawab pertanyaan dari Abim.

"Kalau Tante gak senang punya mantu kayak Lia, Bunda saya masih terima kok Tan mantu kayak Lia," cerocos Abim sembari terkekeh.

"Si Abim modus Tan," ucap Iqbal.

"Hooh Tan," timpal Malik.

"Bener tuh!"

"Udah kalian tenang aja kok, Tante gak bakalan ngasih Lia buat siapa-siapa karena Lia tuh calon mantu idaman," puji April sembari menatap ke arah Talia.

Talia yang mendengar itu hanya bisa tersenyum malu, merasa aneh dengan sebutan 'calon mantu'.

Semua pandang mata tertuju kepada wajah cantik Talia, tidak terkecuali Arkel yang duduk berhadapan dengannya.

Arkel menatap kea rah Talia pandangan mereka hanya berlangsung sekitar 5 detik lamanya karena Arkel lebih dulu memutuskan kontak mata mereka.

"Subhanallah cantik bet dah!"

"Yang gini nih defisini, seharian pun dipandang gak bakalan bosan," ucap seseorang cowok berkulit hitam—Budi.

"Definisi!" seru yang lain.

"Ya maaf kakak, terlalu bersemangat." Budi menyengir.

Yang lain hanya bisa tertawa melihat wajah lucu dari Budi, selalu bisa membuat orang lain tertawa.

Suasana makan siang di rumah Arkel sangat ramai. Meja makan terpenuhi oleh candaan dan tawa dari yang lain, sesekali juga Talia ikut tertawa saat merasa ada yang lucu dengan lawakan mereka.

Tanpa Talia sadari seseorang yang duduk di depannya diam-diam mencuri pandangan, saat gadis cantik itu tertawa, dia akan tersenyum walaupun senyumannya sangat tipis.

****

Talia melihat jalanan yang nampak ramai. Hari ini cukup membuat Talia bahagia karena ia bisa bergaul dengan banyak orang dan yang paling utama adalah bertemu April. Dalam benak Talia tidak ada terlintas bahwa Arkel akan mengenali ia dengan April dan juga anggota geng dead.

Talia melirik bahu lebar yang ada di depannya. Sebuah senyuman langsung terbit menghiasi wajah cantik Talia.

"Makasih," gumam Talia yang tidak mungkin bisa didengar oleh Arkel.

Talia menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak boleh memberikan tempat untuk Arkel, tidak boleh!

"Lia, lo harus putus sama Arkel hari ini juga," ucap Talia di dalam hatinya.

Karena terlalu asik melamun Talia tidak sadar bahwa ia sudah berada di depan rumahnya.

"Turun." Suara berat dari Arkel langsung membunyarkan lamunan Talia.

Talia langsung turun dari motor Arkel, tapi kali ini ia menatap takut ke arah Arkel. Bukan karena takut Arkel akan marah, melainkan takut bagaimana cara meminta putus dari Arkel.

"Ada apa?" tanya Arkel yang melihat perubahan raut wajah Talia.

"Kak," panggil Talia.

Alis Arkel terangkat keatas, menunggu Talia untuk melanjutkan ucapannya.

"Gue ...."

Talia terus meremas jari-jemarinua yang berada di bawah untuk menyalurkan rasa gugupnya.

"Cepat ngomong!" desak Arkel.

Talia menggigit bibir bawahnya, sembari menundukkan kepalanya. "Gua minta putus," ucap Talia dalam satu tarikan nafas.

Hening.

Talia mengerutkan keningnya, kenapa Arkel tidak bersuara setelah ia mengucapkan kalimat itu? Karena rasa penasaran yang tidak bisa dibendung lagi Talia mulai mengangkat kepalanya, menatap ke arah Arkel yang juga menatap kearahnya.

"Lo bukan dominan di sini, lo hanya submisif. Jadi, lo gak berhak buat minta putus, karena yang berhak mutusin lo itu cuman gue, paham?" Pandangan Arkel lirih menatap wajah Talia.

Entah angin dari mana Talia hanya menganggukkan kepalanya, mematuhi ucapan Arkel. Tatapan Arkel yang seolah-olah menghipnotis Talia, membuat otak Talia tidak berkerja sebagaimana mestinya.

"Bagus. Gue pergi dulu," pamit Arkel sembari mengacak pelan rambut Talia.

Talia menatap punggung Arkel sampai benar-benar hilang dari pandangannya. Masih belum sadar kenapa kepalanya mengangguk ucapan Arkel tadi.

"Lia sadar," ucap Talia pada dirinya sendiri dengan menepuk-nepuk pipinya.

"Arghh ... kenapa gue gak protes tadi, sialan. Nih kepala kenapa malah nganguk sih." Talia terus memaki-maki kebodohannya sembari memukul pelan kepalanya.

"Dasar kepala genit, giliran sama cogan nurut aja," gerutu Talia.

Bersambung....

Kalau suka jangan lupa vote+comment ya.

50 KG [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang