16. Pulang Bareng Anwar

55 8 0
                                    

Nyatanya gak ada orang yang baik-baik saja, saat kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya.


Happy reading 💙

Satu persatu satu siswa mulai meninggalkan sekolah, tapi angkutan umum belum juga tiba. Dikarenakan ponsel Talia batreinya habis, ia harus menunggu lama di pinggir jalan.

Tadi juga kenapa ia tidak menerima tawaran dari Aurel untuk mengajak Talia pulang bareng, kan lumayan irit ongkos, irit waktu, dan irit tenaga.

Sampai jam pulang Talia tidak bertemu dengan Arkel. Entah kenapa ia merasa kalau Arkel itu sering menghilang seperti hantu.

Dari tadi juga Talia sudah berdiri di depan gerbang, tapi ia tidak mendapati Arkel. Mungkin saja Arkel menaiki mobil, makanya itu Talia tidak melihat Arkel keluar dari lingkungan sekolah.

"Nunggu angkot?" tanya sebuah suara yang sangat familiar di telinga Talia.

Talia langsung menatap ke arah sumber suara, dan benar saja itu Anwar dan motor kesayangannya. Sudah cukup lama Talia tidak bertemu dengan Anwar, semenjak 'insiden' memalukan yang terjadi di kantin tempo hari lalu.

"Jangan bengong," tegur Anwar sembari tersenyum manis.

Ah! Kenapa Talia merasa Anwar lebih tampan saat mereka sudah putus. Ternyata rumput tetangga memang'lah lebih menggoda.

"Kamu baik-baik aja?" Talia menyumpah mulutnya yang bertanya seperti itu, padahal sudah jelas Anwar terlihat baik-baik saja.

"Gak ada yang baik-baik aja, saat kehilangan sesuatu yang berharga di hidup kita." Ucapan Anwar sontak langsung membuat Talia terdiam, ternyata ia tertipu dengan penampilan luar Anwar.

****

Anwar langsung mengantar Talia pulang. Tidak seperti saat mereka masih bersama yang akan mampir untuk makan bakso Mang Alif.

"Mau mampir dulu?" tawar Talia setelah melepaskan helmnya.

"Boleh," sahut Anwar dengan senyuman yang tak pernah pudar dari wajah tampannya.

Talia sedikit terkejut saat Anwar mau mampir ke rumahnya, karena saat mereka masih pacaran dulu Anwar selalu menolak dengan alasannya yang sama, yaitu sibuk.

"Ayok," ajak Talia sembari berjalan menuju pintu rumahnya dan diikuti oleh Anwar di belakangnya.

"Assalamualaikum Bun," salam Talia.

"Waalaikumsallam Lia," sahut Tari dengan melangkah mendekati Talia.

Kedua alis Tari bertautan, tidak kenal dengan cowok yang Talia ajak ke rumah.

"Kenalin Tante, saya Anwar teman Lia," ucap Anwar dengan sopan.

Talia hanya tersenyum masam, ada yang sakit namun tak berdarah. Kenapa harus sebagai teman Anwar bertemu dengan Tari, kenapa tidak saat mereka masih berstatus sebagai pasangan.

"Duduk Anwar," Tari mempersilahkan Anwar.

"Iya Tante."

"Ngobrol aja sama Lia, Tante mau ke dapur dulu ya, sekali bikinin Anwar minum," ucap Tari sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.

Keadaan kembali menjadi hening. Dulu mereka tidak pernah membiarkan keheningan menghampiri keduanya, mereka saling berbagi cerita tentang hari-hari yang mereka lalui sembari tertawa, sesederhana itu kebahagiaan.

"Gimana sama Arkel?" tanya Anwar tiba-tiba.

"Gak tau," sahut Talia ketus. Mengingat nama Arkel entah kenapa membuat ia merasa sensi, apalagi setelah kejadian kemarin Arkel menghilang, dasar cowok brengsek!

50 KG [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang