28. Lagi dan Lagi

40 6 0
                                    

Ternyata awal yang salah akan berakhir dengan sangat menyakitkan.


Happy reading 💙

Sinar rembulan yang terang benderang membuat seseorang gadis menatap sendu ke arah bulan.

Sejak tadi, gadis itu menatap rembulan, tapi sesekali ia melirik ponselnya yang senantiasa berada di sampingnya.

Sekarang sudah pukul 22.00 WIB, rasa kantuk mulai menghampirinya. Ia menguap, tapi matanya enggan untuk tertutup karena ia sedang menunggu pesan dari seseorang.

"Masih belum dibalas juga," ucapnya lirih sembari menatap nanar ke arah layar ponselnya yang sedang menampilkan aplikasi WhatsApp.

Arkel, kabar dari cowok itulah yang dari tadi ditunggu oleh gadis cantik yang memiliki rambut panjang itu.

Dari kemaren ia tidak menemukan kebenaran Arkel, di sekolah. Walaupun ia sudah menghubungi Arkel beberapa kali, tapi tidak ada juga jawaban dari cowok itu.

Pesan yang dikirimkan oleh Talia sudah ceklis dua sejak detik tadi, saat ia mengirim pesan itu. Tapi mengapa belum membiru juga?

Terakhir kali ia bertemu dengan Arkel saat cowok itu mengantarkannya pulang, setelah itu Arkel hilang entah kemana.

"Bodo," ucapnya lalu langsung menutup tirai jendelanya.

Ia berjalan mendekati tempat tidur, lalu merebahkan dirinya dikasur empuknya itu. Tidur, adalah cara satu-satunya untuk mengenyahkan Arkel dari pikirannya.

****

Sinar matahari masuk melalui sela-sela tirai jendela gadis cantik yang sedang tertidur pulas itu.

Tok...tok...

"Lia bangun!" teriak Tari dari luar kamar dengan menggedor-gedor pintu kamar Talia, membuat sang empu berdecak kesal karena tidurnya yang terganggu.

Talia menutup kedua telinganya dengan menggunakan batal, lalu menarik selimutnya agar menutup semua bagian tubuhnya.

"Nak Arkel, kayaknya Lia lagi sakit, dia gak masuk sekolah," ucap Tari yang sedikit mengeraskan suaranya.

Saat mendengar nama Arkel disebut Talia langsung bangun dari tempat tidurnya.

"Bunda bohong, tunggu gue mandi dulu!" teriak Talia. Dengan begitu ia langsung berlari tergesa-gesa ke arah kamar mandi.

20 menit kemudian Talia keluar dari kamarnya. Ia mendapati Tari yang tengah tertawa di dapur. Talia menggerutkan keningnya, ia tidak menemukan keberadaan Arkel dimana pun.

Jangan-jangan ... oh, sial ia telah ditipu oleh bundanya sendiri!

"Semangat amat kalau ada Arkel," ucap Tari sembari cekikan.

Talia menatap tajam ke arah Tari yang masih tertawa itu. Apanya yang lucu!?

"Gak lucu," ketus Talia, ia langsung menyambar roti yang berada di atas meja makan.

"Rindu banget?" tanya Tari sambil senyum-senyum.

"Lia berangkat Bun." Talia langsung menyalami tangan kanan Tari, tanpa berniat untuk membalas pertanyaan ngaco dari bundanya itu.

50 KG [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang