15. Album Treasure

63 7 0
                                    

Terkadang setiap orang tua juga harus bisa memahami kesukaan setiap anaknya.

•••

Happy Reading 💙

•••

Hari ini Talia tidak perlu repot-repot untuk menunggu angkot karena ia berangkat bersama Aurel dengan manaiki mobil mewah bermerk BMW I8 berwarna blue.

Kehidupan Talia yang sederhana sangat berbanding jauh dengan kehidupan Aurel yang lebih segalanya. Entah apa alasannya Aurel mau berteman dengan Talia dan Intan yang tidak sebanding dengan kasta keluarga Aurel.

"Lo kok mau temenan sama gue dan Intan, Rel?" tanya Talia sembari menatap ke arah Aurel yang tengah sibuk menyetir.

"Jaman sekarang susah nyari yang tulus dalam lingkup pertemanan Lia, apalagi tau kalau gue kaya. Gue bersyukur bisa dapat teman tulus kayak lo sama Intan, walaupun Intan sering bikin gue naik darah, tapi gue akuin Intan itu nularin virus happy," tutur Aurel.

Talia mengangguk'kan kepalanya, membenarkan apa yang diucapkan oleh Aurel. Walau Intan ngeselin tingkat dewa, tapi dia itu tipe sahabat yang baik.

"Apalagi nyari pacar yang tulus," sambung Aurel disertai kekehannya.

"Iya," sahut Talia.

Pandangannya kini beralih melihat jalanan. Setelah mendengarkan ucapan terakhir dari Aurel membuat Talia merindukan sosok Anwar, dimana lagi mendapatkan pacar seperti Anwar.

Talia selama ini sudah terlalu banyak melabuhkan hatinya, tapi Anwar'lah yang membuat Talia nyaman, betah. Seolah-olah ia tidak ingin meninggalkan Anwar, tapi keadaan berkata lain.

"Rel bisa gak waktunya dikurangin, jadi tiga hari?" tanya Talia menatap ke arah Aurel.

"Kenapa, udah kangen Anwar?" ledek Aurel.

"Iyalah," sahut Talia yang langsung memalingkan wajahnya, malu.

"Gimana kalau Anwar udah sama yang lain?" tanya Aurel tiba-tiba.

Talia langsung menatap lurus ke arah Aurel. Dahinya berkerut, tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Aurel. "Maksud lo?"

"Maksud gue, lo tau kan Anwar dipermalukan oleh Arkel di depan umum, lebih tepatnya disiksa di hadapan banyak orang. Lo tau kan jabatan Anwar di sekolah kita tu apa. Pasti banyak yang dekatin Anwar, Lia." Aurel melirik ke arah Talia sekilas.

Talia terdiam. Apa yang diucapkan oleh Aurel ada benarnya juga. Bagaimana kalau Anwar melupakan dirinya? Dan mendapatkan sosok yang baru. Arghh ... memikirkannya saja sudah membuat hati Talia sakit.

"Yakin sama hati lo, kalau rasa Anwar ke lo juga sebesar sama rasa lo ke Anwar," ujar Aurel lagi.

Talia mengangguk-angguk kepalanya. "Makasih."

****

Setelah keduanya sampai di kelas. Intan sudah duduk di kursinya, tapi bedanya Intan tidak mengoceh, biasanya ia akan war dengan Asep.

Intan menelungkupkan kepalanya di atas meja, yang tambah membuat Talia dan Aurel bingung. Perasaan tadi pagi Intan masih baik-baik aja, tidak ada yang aneh. Karena jarak antara rumah Aurel dan Intan tidak terlalu jauh, maka Intan memutuskan untuk pulang kerumah, tadi pagi dan berangkat sendiri.

"Kenapa?" tanya Talia kepada Asep.

Asep mengangkat bahunya, tanda ia juga tidak tahu kenapa ratu rempong itu tiba-tiba diam.

"Tan, lo kenapa?" tanya Talia dengan suara pelan.

"Lo sakit?" kini Aurel yang bertanya. Tapi, pertanyaan keduanya tidak dijawab oleh Intan.

Talia duduk di sebelah Intan. "Tan," panggil Talia.

Intan tiba-tiba saja memeluk Talia, yang tambah membuat Talia bingung sekaligus kaget.

"Kenapa?" tanya Talia lagi.

"Album treasure gue hiks ... dibakar sama nyokap gue," ucap Intan disertai isak tangisnya.

Tangisannya semakin pecah saat mengingat kejadian tadi pagi, di mana ia mendapati potongan album boy band kesayangannya yaitu treasure, yang sudah setengah terbakar. Buru-buru intan memantikan api yang masih menyala di albumnya.

Ibu Intan sangat melarang keras anakanya untuk menyukai KPop, apalagi sampai mengoleksi barang-barang KPop, akan berakhir seperti itu, dibakar.

"Sabar Tan, nanti bisa beli lagi," ucap Talia mengusap pelan bahu Intan.

"Mau gue beliin berapa puluh?" tanya Aurel.

Intan melepaskan pelukannya dari tubuh Talia. Ia menggelengkan kepalanya. "Gue gak mau beli pake duit orang lain, kalau makanan gak papa," ucap Intan yang masih terisak-isak.

"Seriusan gue Tan," sahut Aurel.

"Gue tau kalau gue matre. Tapi, gue gak bakalan minta uang buat beli album bias gue. Gue hiks ... usaha buat dapetin itu hiks ... gue kerja keras buat dapetin semuanya," ucap Intan lagi. Tangisannya kembali pecah.

Talia dan Aurel memaklumi kesedihan Intan walaupun menurut sebagian orang ini hal yang sepele, tapi bagi Intan tidak, karena itu semua hasil dari jerih payah dia, tapi semua sudah ....

"Kapan nyokap gue bisa menghargai jerih payah gue? Kapan nyokap gue paham kesukaan gue?" tanya Intan lirih. Sampai-sampai bibirnya bergetar saat mengatakan kalimat itu, sederhana namun menyimpan banyak rasa sakit.

"Nyokap lo butuh waktu Tan," ucap Aurel dengan mengusap pelan punggung Intan.

"Semua album yang gue beli udah jadi abu," ucap Intan sembari tersenyum walaupun sangat terpaksa.

"Lo mau kerja di toko kpop milik kakak gue?" that Asep yang sudah berdiri di hadapan Intan.

Intan mendongakkan kepalanya, menatap Asep dengan mata berair dan juga ingus yang mengalir. Intan sudah tidak memperdulikan penampilannya.

Asep mengeluarkan sapu tangannya, lalu memberikannya kepada Intan. "Sapu tangan ini awalnya mau gue kasih ke Lia, kalau aja sewaktu-waktu dia lagi sedih. Tapi, kayaknya lo lebih membutuhkan," ucap Asep.

Intan langsung mengambil sapu tangan itu, lalu menghapus air mata dan juga ingusnya. "Makasih," ucap Intan tulus.

"Jadi gimana?" tanya Asep.

"Emang boleh?" Intan balik tertanya.

"Kalau gak boleh ngapain gue nawarin ke lo," ketus Asep.

"Bisa slow aja gak. Gue juga nanya baik-baik," sewot Intan.

"Hm."

"Gue mau!" seru Intan dengan semangat membara.

Senyuman Talia dan Aurel langsung mengembang. Akhirnya Intan kembali ceria, dan ngegas lagi. Mereka menyukai itu walaupun kadang mereka merasa terganggu, itu jauh lebih baik dari pada melihat Intan menangis.

"Makasih Sep," ucap Talia tulus.

"Sama-sama Lia," sahut Asep sembari tersenyum.

"Giliran sama serbuk berlian aja tuh bibir mengembang, giliran sama gue yang tu bibir datar pengen minta di tabok," cibir Intan yang melihat perubahan raut wajah Asep.

"Serah gue lah," sewot Asep.

Bersambung....


Jangan lupa vote + comment.

50 KG [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang