29. Sora & Ai

39 7 0
                                    

Rindu terberat adalah merindukan seseorang yang sudah tidak berada di dunia ini lagi.


Happy reading 💙

Tari menatap heran ke arah anak gadisnya itu. Sejak pulang dari sekolah Talia selalu murung, tidak ada senyuman sama sekali di wajahnya. Bahkan beberapa kali sudah Tari mencoba untuk mengajak Talia berbicara, tapi hanya dibalas deheman dari gadis cantik itu.

"Lia ayok makan," ajak Tari dengan suara lembutnya.

"Gak lapar Bun," ucapnya tanpa melihat ke arah Tari.

"Dari tadi siang kamu gak ada makan Lia, nanti sakit." Tari masih berusaha untuk membujuk Talia agar mau makan.

"Lia udah makan di sekolah Bun," ucap Talia yang langsung menyembunyikan seluruh badannya di balik selimut.

Tari hanya bisa mendesah pelan saat melihat tingkah anaknya yang tidak seperti biasanya.

Setelah itu Tari tidak berniatan untuk mengganggu Talia lagi. Tari memilih untuk pergi dari kamar anak gadisnya itu.

Air mata Talia perlahan mulai keluar lagi saat bayangan wajah Arkel terlintas di benaknya. Seharusnya ia tidak pernah membiarkan Arkel untuk masuk ke dalam hidupnya, cukup Anwar yang nyatanya lebih baik dari pada Arkel.

Tangis Talia semakin menjadi
karena kenyataannya ia sudah mencampakkan perasaan yang ia miliki untuk Anwar. Tanpa sadar, Talia membagi cinta yang dari awal sudah ia berikan sepenuhnya untuk Anwar.

"Maaf pak ketua," lirih Talia sembari menggit selimut, agar isak tangisnya tidak terdengar oleh Tari.

Tok... Tok...

"Lia di luar ada teman kamu!" teriak Tari dari balik pintu kamar Talia.

"Siapa?" tanya Talia.

"Cowok, tapi bukan Arkel," sahut Tari lagi. "Cepat keluar kasian dia nunggu."

Talia terduduk dari tidurnya. Ia menyangka air mata yang membasahi kedua pipinya.

"Siapa sih malam-malam gini datang ke rumah gue," gumam Talia.

Sebelum ia keluar dari kamarnya, terlebih dahulu ia menatap dirinya dari pantulan cermin. Merapikan rambutnya yang terlihat berantakan.

Tangan Talia menyentuh kantung matanya yang nampak membekak karena terlalu lama menangis.

"Sesering itu ya gue nangis karena cowok bangsat itu?" tanyanya pada dirinya sendiri.

****

Di ruang tamu seseorang cowok tengah menunggu kedatangan seorang gadis yang dari tadi belum juga keluar dari kamarnya.

Cowok itu mengalihkan tatapannya saat mendengar suara langkah kaki yang mulai mendekat. Dapat ia lihat dengan jelas sosok seorang gadis yang masih menepati hatinya itu, berdiri di hadapannya. Mata gadis itu yang bengkak membuat rahangnya mengeras.

"Anwar ngapain?" tanya Talia bingung, saat melihat keberadaan Anwar yang tengah duduk santai di ruang tamunya.

"Jemput bidadari," ucapnya dengan senyuman manis yang sudah menjadi ciri khas dari Anwar.

"Kemana?" tanya Talia lagi.

"Udah ganti baju sana, pake jaket juga terus jangan lupa dandan biar tambah cantik," suruh Anwar.

"Gak boleh keluar sama Bunda," ucap Talia sembari melihat Tari sedang menonton acara televisi kesukaannya yaitu 'suara hati istri'.

"Ganti baju dulu, masalah izin gampang," sahutnya santai.

50 KG [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang