20. Rumah Mama Mertua

71 7 0
                                    

Happy reading 💙



Seperti biasa Talia, Aurel serta Intan akan selalu makan bersama di kantin.

"Lo ngerasa gak semenjak lo jadi pacar kak Arkel, cowok-cowok gak ada lagi yang berani godain lo," ucap Intan yang membuka topik ghibahnya.

"Iya bener tuh, para jamet pada gak pernah dekatin lo lagi termasuk Asep udah gak modusin lo lagi," timpal Aurel sembari memakan baksonya.

"Bukannya bagus ya?" tanya Talia sembari menatap keduanya secara bergantian.

"Gue semakin yakin kalau Aurel tuh naruh rasa sama si Asep buluq itu," ucap Intan dengan nada menyelidik.

"Terserah Aurel mau suka sama siapa Tan, lo gak berhak mengatur hati seseorang," nasehat  Talia.

"Bukannya gitu Lia, Aurel kan anak sultan, nah si buluq kan gak tau anak siapa," celetuk Intan.

"Dari kalangan mana gue gak perduli selagi gue nyaman, gak masalah kok," tutur Aurel.

"Ck mata lo emang perlu diruqiah Nyai, biar setannya pada keluar." Intan berdecak.

"Pola pikir lo yang seharusnya perlu dirubah Tan. Gak semua orang terpandang harus berpasangan sama orang dari kalangan berada juga."

"Kayaknya lo diguna-guna sama si Asep yang gak ada kasep-kasepnya itu," sahut Intan lagi.

"Udahlah lanjut makan aja gak usah ribut, kayak anak kecil aja," cibir Talia.

"Gue suka keributan!" seru Intan disertai kekehan.

"Astaghfirullah, neraka menunggumu Intan." Aurel menggeleng-gelengkan kepalanya.

Intan melototkan matanya menatap kearah Aurel.

"Apa? Mau gak gue kasih nafkah cacing di perut lo?" ancam Aurel dengan mengangkat dagunya.

Intan menggeleng kepalanya sembari menyengir.

"Berarti hari ini lo terima uang dari gue dong Lia," ucap Aurel yang menatap ke arah Talia.

"Asik terima gaji!" Intan berseru kegirangan.

"Bukan lo Intan!" Aurel menatap malas ke arah Intan.

"Emang udah seminggu ya?" tanya Talia sembari melirik sekilas kearah Aurel, lalu kembali fokus pada makanannya.

"Iyalah Lia, masa lo lupa," ucap Aurel gemes.

"Gini nih kalau udah nyaman sama kak Arkel, seminggu aja berasa sebentar," celetuk Intan.

"Please Tan, gak usah iri. Sadar diri aja napa, kalau lo gak sebanding sama Talia," ucap Aurel dengan nada keselnya.

"Selalu aja," gumam Intan.

"Mau gue kasih uangnya sekarang?", tanya Aurel lagi.

"Boleh," sahut Talia cepat.

"Nanti gue transfer."

****

Talia melangkahkan kakinya riang menuju pagar sekolah. Akhirnya ia bisa berbelanja sepuasnya dengan uang pemberian dari Aurel.

Saat Talia sedang menunggu angkot di depan gedung sekolah, tiba-tiba saja seseorang pengendara motor dengan helm full face itu berhenti tepat di hadapannya.

Cowok itu membuka kaca helmnya, terpampang'lah wajah datar, tapi ganteng.

"Pulang bareng gue," ucap Arkel yang lebih tepat seperti sebuah perintah.

50 KG [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang