35. Happy Birthday

54 6 0
                                    

Untuk luka yang beberapa hari ini telah menghantuiku. Tolong pergi, aku ingin kembali bahagia.


Happy reading 💙

Setelah selesai bermain bola basket Anwar menghampiri Talia yang termenung. Seulas senyuman manis yang ia pancarkan.

"Gimana aku jago ya main basketnya?" tanya Anwar yang kini mengambil posisi duduk di samping Talia.

Talia hanya berdehem pelan. Bayangan tentang foto Anwar dan seseorang gadis yang sedang berpelukan kembali memenuhi pikirannya.

Bagaimana bila Anwar benar-benar selingkuh? Memikirkannya saja sudah membuat hati Talia sakit, apalagi kalau benar-benar ternyata. Sudah dipastikan Talia akan hancur, sehancur-hancurnya.

"Arkel gak lebih jago dari aku," ucap Anwar sombong.

Talia mengedarkan pandangannya, netra pengelihatannya menangkap sosok seseorang yang sedang terduduk di seberang lapangan. Wajahnya pucat, terlihat sekali bahwa ia sedang kelelahan atau mungkin sedang menahan sakit.

Talia sudah memutuskan untuk tidak ikut campur lagi kedalam masalah Arkel. Bahkan saat Iqbal mengatakan Arkel telah ditembak sekalipun, Talia tidak peduli.

Sakit hatinya mungkin sudah hilang, tapi Talia tetap tidak bisa berteman dengan Arkel. Alasan utamanya karena Anwar melarang keras Talia untuk bertegur sapa sekalipun dengan Arkel, Anwar tak mengizinkannya.

****

Suara alarm yang sejak tadi telah berbunyi tidak bisa membangunkan gadis itu dari alam mimpinya yang lebih indah dari pada alam kenyataannya.

10 menit lebih berlalu. Talia menggeliat, perlahan-lahan membuka matanya, mengerjapkan matanya beberapa kali untuk membiasakan cahaya masuk kedalam indra pengelihatannya.

Dari balik tirai jendela Talia dapat melihat betapa cerahnya cuaca hari ini, sepertinya alam mendukung hari spesial dari gadis cantik itu.

Ia terduduk dari tidurnya, tangannya langsung meraih ponselnya yang berada di atas nakas.

Talia membuka aplikasi WhatsAppnya, hanya ada beberapa ucapan selamat dari teman-teman sekelasnya, tapi tidak ada dari Anwar.

"Apa Anwar benar-benar lupa?" gumamnya, terdengar ada rasa kesedihan.

Talia mendesah pelan, lalu berjalan ke arah cermin. Ia memegang kantung matanya yang terlihat membengkak, ini akibat tadi malam ia menangis.

"Bahkan, bukan kamu yang jadi orang pertama yang ngucapin happy birthday buat aku." Talia merasa dadanya kembali sesak.

Setiap hari ia harus menelan rasa pahit sekaligus sakit. Semua perlakuan Anwar semakin membuat Talia yakin, bahwa ada 'seseorang' yang sedang mengisi hati Anwar. Bukan lagi dia.

"Dari pada mikirin orang yang belum tentu mikirin gue, mending gue mandi."

****

Talia mengedarkan pandangannya, tumben sekali hari Minggu rumah sepi. Biasanya Talia akan melihat Tari sedang memasak di dapur. Tapi sekarang, Tari tidak ada.

Langkah Talia terhenti saat melihat kue tart ada di atas meja, lengkap dengan kado dan juga selembar surat.

Mata Talia berbinar saat melihat tulisan yang tertera di atas kue tart. 'Selamat Ulang Tahun Talia Angelysta.'

50 KG [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang