9. Awal

67 7 0
                                    

Pahami arti tatapan matanya, jangan pahami ucapannya karena mulut bisa berbohong.

•••

Happy reading 💙

•••

"Arkel bajingan!"

Talia langsung menoleh ke arah belakang, ada 5 orang yang sedang mengejar dirinya, bukan lebih tepatnya mengejar Arkel!

Tunggu, Arkel? Berarti cowok di hadapannya adalah Arkel.

"Gue cape," lirih Talia.

Setelah itu tangan talia seolah-olah di tarik paksa oleh tangan kekar yang membawanya bersembunyi di belakang mobil.

Talia hampir saja memekik kalau tidak tangan kekar menutup mulutnya, sontak saja Talia jadi membeku di tempat.

"Diam kalau gak kita bakalan mati!" tintah Arkel tanpa menatap ke arah Talia, karena matanya masih menatap waspada ke arah depan.

Wajah Talia merah padam, kenapa harus ia yang ikut-ikutan mati. Ini bukanlah kesalahan Talia, dan lagi dosa Talia masih banyak karena mata Talia suka melihat abs mas Terang, duh mata kamu berdosa banget.

Suara langkah kaki mulai terdengar, yang berarti 5 orang itu sudah mendekat ke arah mereka.

Arkel menghadap ke arah Talia, melakukan hal diluar nalarnya memeluk tubuh Talia agar tak terlihat. Jantung Talia sudah berdegup kencang, bukan karena pelukan Arkel, tapi karena ia takut kalau harus mati konyol bersama Arkel. Baru beberapa puluh menit yang lalu Talia menikmati senyuman mas Terang, masa iya itu terakhir kali ia melihat mas Terang.

Langkah kaki kelima nya berhenti, dapat Talia dengar dengan jelas suaranya. Apalagi suasana malam ini sangat hening.

"Sial!"

"Kemana sih brengsek itu pergi!?"

"Kita berpencar," perintah seorang cowok, yang kemungkinan itu adalah ketua dari mereka.

Dan setelah itu langkah kaki mereka terdengar mulai menjauh, baru'lah Talia bisa bernafas lega.

Talia mendongakkan kepalanya, menatap Arkel dan juga tengah menatap ke arahnya. Sial, tatapan matanya yang tajam membuat Talia langsung mengalihkan pandangannya.

"Ini semua gara-gara lo," cibir Talia dengan suara pelan.

"Lo juga," ucap Arkel yang tidak terima disalah'kan.

"Kok gue?" tanya Talia dengan dahi berkerut.

"Kalau aja lo gak ada di jalan tadi, gue gak bakalan terbebani," sinis Arkel.

Talia mendorong tubuh Arkel agar menjauh dari dirinya. "Sialan brengsek!" maki Talia.

Sebelum keluar dari tempat persembunyiannya ia terlebih dahulu melirik sekitar. Aman, baru'lah Talia berdiri.

Dengan langkah cepat Talia berlari meninggalkan Arkel, lagian rumah Talia sudah dekat.

Senyuman Talia merekah saat langkah kakinya berhenti di depan rumahnya.

Talia merasa kan ada seseorang yang mengikuti dirinya, ternyata itu adalah Arkel.

"Ngapain?" tanya Talia dengan wajah tak bersahabat.

"Gue capek," ucap Arkel, nafasnya tersengal-senggal.

Talia menarik turunkan alisnya. "Terus?" tanya Talia dengan ponggoh.

50 KG [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang