3. Menembak Arkel

112 12 0
                                    

Lakuin apa yang menurut lo menyenangkan, tentang dampak pikirkan nanti.

Happy reading 💙

Setelah 3 menit Aurel menunggu keduanya, tidak ada juga jawaban.

"Gimana?" tanya Aurel yang sudah tidak sabar menunggu jawaban keduanya.

"Em Rel lo tau kak Arkel kan dia .... "

"Gue mau!" seru Talia dengan penuh percaya diri.

Lagian ini hanya untuk menembak seorang cowok, itu bukanlah masalah besar untuk Talia. Selama ini ia tidak pernah di tolak cintanya oleh seorang cowok, yang ada kaum adam lah yang Talia buat potek.

Dengan bermodalkan visual yang menjanjikan membuat Talia semakin yakin untuk menerima tantangan ini. Menurut Talia, Aurel lagi bego karena merelakan uang sebanyak itu hanya untuk tantangan aneh yang entah apa manfaatnya.

"Yah keduluan sama fakgirl gue," ucap Intan.

"Kalau lo mau ikut gak papa lah Tan," sahut Aurel.

"Lo ngehina gue Rel? Ya kali gue saingan sama Talia, serbuk berlian dan gue ini kentang, pastinya gue bakalan kalah sebelum bersaing."

"Alhamdulillah kalau lo sadar diri mah Tan," ucap Aurel di sertai kekehan.

"Si anjir, gue kirain lo kasihan sama gue, terus ngasih gue sedikit dari harta lo," ucap Intan kesal. Ia sudah rela menjatuhkan harga diri yang selama belasan tahun sudah Intan bangun.

"Mau berapa?" tanya Aurel yang tiba-tiba mengeluarkan dompetnya dari dalam saku bajunya.

Senyum Intan langsung mengembang saat Aurel mengeluarkan dompetnya. Ia kira Aurel akan memberikan sedikit dari harta gono-gini ortunya yang kelewatan banyak. Tujuh turunan juga tu harta gono-gini Aurel gak bakalan habis saking banyaknya.

Aurel mengeluarkan uang 100 ribu lima lembar lalu memberikannya kepada Talia. "Nih buat dp. Gih sana entar orangnya pergi," ucap Aurel.

Talia dengan senang hati menerima uang dari Aurel, lalu memasukkan ke dalam saku bajunya.

"Kirain mau ngasih ke gue," ucap Intan dengan wajah melasnya.

"Nih selembar buat lo beli seblak hot jeletot mang Amin," ucap Aurel sembari menempelkan selembar uang 50 ribu di jidat Intan.

"Ini mah seupil lo doang Rel," protes Intan, tapi tangannya mengambil uang yang ada di jidatnya. Protes dimulut, tapi senang dihati.

"Gak bersyukur amat lo Markonah," cibir Aurel. Bukannya berterima kasih malah protes.

"Terima kasih Nyai," ucap Intan sembari menunduk'kan kepalanya, tanda penghormatan kepada Aurel.

Aurel yang gemes dengan sikap bego sahabatnya langsung menoyor sayang kepala Intan, biar bener dikit otaknya.

"Aww Nyai, Ratu salah apa?" ringgis Intan sambil mengusap-usap kepalanya.

"Salah lo, karena lo itu matre!"

"Sutt Nyai, aib Ratu jangan di umbar-umbar entar ratu santet online, mampus Nyai!"

Setelah itu Aurel sama sekali tidak menghiraukan Intan yang sudah mulai tidak waras.

Pandangan Aurel tertuju pada Talia yang sudah berjalan mendekati ke arah Arkel. Kebetulan sekali saat Talia sampai, jam bermain bola basket mereka selesai.

Talia memperbaiki sedikit rambutnya yang terlihat agak berantakan, dengan langkah pasti ia mendekati Arkel.

Langkah Talia terhenti saat melihat tubuh Arkel yang bercucuran keringat. Apalagi kulit putihnya yang tambah membuatnya mengkilap karena sinar matahari.

Talia menggigit bibir bawahnya. Tiba-tiba saja rasa grogi menghampiri dirinya. Ini adalah kali pertama ia merasakan grogi saat ingin menembak seorang cowok dan ya, ini bukan kali pertama Talia untuk menembak seorang cowok.

Ia adalah tipe orang yang tidak sabar menunggu. Dan juga prinsip Talia adalah kalau dia menarik bakalan Talia kejar, gak perlu nunggu lama. Kalau harga diri lebih penting, jangan pernah ngeluh sama Tuhan kalau kalian patah hati, salahin diri kalian sendiri yang gak mau berjuang.

Talia juga tidak memegang kuadrat kalau cewek harus menunggu. Menurutnya itu sama saja seperti membunuh perasaan kita sendiri.

"Hay," sapa Talia dengan keberanian yang masih tersisa.

Arkel langsung berbalik badan, lalu menunjuk dirinya seolah berkata ngomong sama gue?

"Boleh kenalan Kak?" tanya Talia mengulurkan tangannya.

"Siapa?" tanya Arkel dengan suara dingin, tanpa membalas uluran tangan dari Talia.

"Gue Talia kak," ucap Talia sembari tersenyum, siapa tau dengan senyumannya Arkel akan luluh.

"Oh."

Oh? What the? Ingin sekali rasanya Talia menampar wajah tampan Arkel, tapi Talia takut kalau dia akan di amuk massal oleh fans-fans Arkel yang terlihat sangat garang. Mereka menatap Talia seolah ingin memakan Talia karena sudah berani mendekati calon masa depan mereka, di halu.

Sekarang Talia menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di lapangan basket. Pertanyaan-pertanyaan kepo pasti bersarang di kepala penonton yang melihat Talia bersama dengan Arkel.

Talia yang terlalu sibuk dengan pikirannya sampai-sampai tidak sadar kalau Arkel telah pergi dari tempatnya.

"Apaan tu cewe!" teriakan nyaring dari penonton langsung membunyarkan lamunan Talia.

Talia menatap ke arah depan, tapi Arkel sudah tidak ada di tempat. Mata Talia terus mencari keberadaan Arkel, ternyata ia sudah berjalan terlebih dahulu.

Pikiran Talia menjadi kalut, setiap detik langkah Arkel semakin menjauh dan Talia tidak ingin kehilangan uang 10 juta rupiah.

Talia menghembuskan nafasnya, menetralkan rasa gugupnya. Hampir saja Talia kesusahan bernafas karena saking gugupnya. Entah ada apa dengan jantung Talia yang terus memompa dengan sangat kencang.

"Kak jadi pacar gue!"

Bersambung....

Bagaimana suka?
Jangan lupa tinggalkan vote+comment ya.

50 KG [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang