26. Kemurkaan Arkel

56 6 0
                                    

Jangan sengaja untuk membuat seseorang marah kalau tidak ingin menerima resikonya.


Happy reading 💙

Terik matahari yang sangat menyengat membuat seorang gadis memilih untuk berteduh di bawah pohon yang rindang.

Pipinya bisa saja memerah kalau harus berada di bawah teriknya matahari dalam waktu yang lama. Kondisinya juga belum sembuh sepenuhnya, jadi ia harus menghindari panas agar tidak pusing lagi.

Sudah 15 menit lebih ia menunggu di parkiran, tapi masih tidak ada juga tanda-tanda seseorang akan datang menjemputnya.

Talia mendengus kesal, sepertinya menolak ajakan pulang bareng dari Aurel adalah kesalahan yang fatal bagi dirinya. Jelas-jelas sudah ada yang pasti, malah memilih yang hanya bisa berjanji.

Talia melirik sekilas arlojinya. Pukul 14.20 menit yang artinya ia sudah membuang 20 menitnya hanya untuk menunggu, menyebalkan sekali.

Ia membulatkan tekadnya, lebih baik mencari taksi dari pada ia terus menunggu seperti orang gila di parkiran.

Sekolah sekarang sudah sunyi, ia takut kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nanti. Dengan begitu ia berjalan kaki ke depan agar bisa menemukan taksi.

Talia celingukan mencari taksi, tapi taksi tak kunjung juga ia temukan. Sampai di mana sebuah mobil hitam berhenti tepat di depannya.

Talia mengerutkan keningnya, tapi tiba-tiba saja dua orang cowok misterius dengan pakai serba hitam keluar dari mobil dan langsung membius Talia hingga Talia tidak sadarkan dirinya.

****

Entah sudah berapa lama Talia disekap di dalam gedung tua yang sangat minim pencahayaan. Membuat Talia kesulitan bernafas karena ia takut gelap.

Air mata Talia mengering di pipinya, tak sanggup lagi untuk menangis.

"Lepasin gue," lirih Talia kepada kedua orang yang sedang menjaganya itu.

"Di mana dia?" tanya sebuah suara dari arah luar.

"Di dalam, masuk aja."

Talia berharap seseorang bisa menolongnya saat ini juga. Bagaimana dengan nasib Bundanya, pasti bundanya sangat khawatir karena Talia tidak pulang. Bagaimana juga dengan nasib sekolah dan teman-temannya, memikirkan semua itu membuat ia semakin sedih

"Hay cantik, kita bertemu lagi," sapa sebuah suara.

Talia berusaha menerawang wajah siapa yang sedang berucap barusan. Sepertinya suaranya tidak asing, ia pernah mendengarnya, tapi dimana? Dia siapa?

"Tolong," lirih Talia, terselip nada permohonan pada ucapnya. Tenaganya sudah habis terkuras karena terus berontak, sampai-sampai suara Talia parau karena terus berteriak.

"Belum saatnya cantik, lo itu harta karun bagi kita semua. Kalau gue lepasin lo gimana balas dendam sama Arkel?" tanyanya dengan tawa jahat.

Saat mendengar nama Arkel disebut Talia bertanya-tanya dalam benaknya. Apa sebenarnya yang sudah terjadi? Dan apa hubungan Arkel dengan semua pria jahat itu? Kenapa harus ia yang tidak tahu apa-apa jadi korban?

"Gue gak tau apa-apa," ucap Talia. Air matanya perlahan mulai keluar membasahi kelopak matanya.

Pria itu berjalan mendekati Talia, memperhatikan tubuh Talia dari minimnya pencahayaan.

50 KG [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang