2. Tantangan Aneh

142 15 0
                                    

Apakah cinta bisa dibayar dengan uang?



Happy reading 💙

Setelah melewati pelajaran yang sangat membosankan itu akhirnya bel istirahat juga berbunyi. Sejujurnya mapel pak Hamid tidak membosankan hanya saja keadaan mata Talia yang tidak mendukung.

"Kantin yuk Lia," ajak Aurel, teman satu kursi Talia.

Talia menelungkupkan kepalanya di atas meja sembari memejamkan matanya, ia tak menyahuti ajakan Aurel.

"TALIA KANTIN YUKK!" teriak Intan dengan suara yang menggelegar nyaring namun cempreng.

Talia menyumpah serapah Intan karena suaranya telah membuat mata Talia melek, saking kagetnya.

"TALIA!" teriak Intan lagi.

Talia langsung mengangkat kepalanya, menatap Intan dengan tatapan tidak suka. "Bisa gak Tan, kalau ngomong di pelanin. Capek nih kuping gue. Mata gue juga sampai melek gara-gara denger suara lo," omel Talia.

"Ya maaf Lia, habisnya lo ngacangin gue. Kit ati neng kalau di kacangin. Rasanya seperti ingin menjadi Ironman," ucap Intan sok dramatis.

Talia memutar bola matanya malas.

"Ironman yang bisa nempel di tembokkan, Tan?" tanya Aurel.

"Itu Spiderman, Maimunah," ucap Intan yang gemes dengan Aurel.

"Kantin gak nih," ucap Talia, menginterupsi obralan ngelantur antara Aurel dan Intan.

"Yuk!" seru keduanya secara bersamaan.

"Cie, anak kembar," ucap Talia lagi.

"Gue mah ogah kembaran sama upil kayak Intan," sahut Aurel yang tentu tidak serius dengan ucapannya.

"Heh! Lo lupa nama gue Intan, Intan itu mahal yak," sewot Intan tak terima dengan ucapan Aurel.

"Nama doang yang mahal, akhlak lo mah minus semua," ucap Aurel.

"Gak gitu konsepnya Solimi!"

"Kalau Intan jadi kembaran lo Rel, harta gono-gini ortu lo bakalan habis di pake poya-poya entar sama Intan," timpal Talia yang tambah membuat Intan gondok.

"Hidup poya-poya mati masuk surga. Uh, nikmatnya dunia akhirat ku."

"Banyakin sedekah biar timbangan lo gak berat sebelah kiri, karena keseringan gibah," sindir Aurel.

"Setuju gue mah! Lo tiap hari nambah catatan dosa 100 giliran nambah catatan kebaikan -20," timpal Talia.

"Sakit nih hati. Rasanya seperti ingin menjadi Bidadari," ucap Intan yang berakhir dengan toyoran sayang dari kedua sahabatnya.

"Ayok ke kantin," ajak Talia yang langsung pergi dan juga di ikuti oleh kedua sahabatnya.

Sesampainya di kantin ketiganya langsung mengambil tempat duduk di pojokan, empat yang paling cocok untuk bergibah riya.

"Eh, handphone gue mana nih," ucap Intan sembari meraba-raba saku bajunya.

"Cari yang bener," sahut Aurel sembari ikut mencari ponsel Intan juga.

"Anjir lupa. Tadi gue taruh di bawah meja gue," ucap Intan sembari menyengir tanpa dosa.

Kedua sahabatnya menatap Intan dengan tatapan siap membunuh. Berteman dengan Intan adalah untuk menguji kesabaran manusia, kalau dekat Intan gak emosi kalian hebat guys.

"Gue ambil dulu ya sahabat, takut suami gue nelpon entar," ucap Intan lagi dengan tampang ngeselinnya.

"Lo gak punya pacar Intan," sahut Aurel.

50 KG [PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang