21

5.9K 787 12
                                    

"Selamat datang, Uzumaki Naruto."

Naruto melihat dihadapannya, ini Jiraiya yang ia temui beberapa saat yang lalu namun bedanya, pria setengah baya ini memiliki gulungan besar dipunggungnya dan pakaiannya bertambah menjadi memakai jubah sepanjang badan.

"Sensei?" Naruto bingung, otaknya berputar keluar dari kendalinya. Ia tidak tau bagaimana orang ini membawanya ke dimensi lain dan itu mengejutkannya.

"Yah, inilah tempat kita akan berlatih," ucap Jiraiya dengan sekali anggukan. Ia melompat ringan, seperti tidak mempunyai beban.

"Tapi tadi, rumah bordil itu–gadis itu-" ucapan Naruto terpotong tidak jelas.

"Aku sudah bilang pada awalnya, kamu tidak akan berhasil jika tidak bisa mengendalikan diri dan yang kumaksud adalah, tempat ini." Jiraiya merentangkan tangannya ke hamparan hijau dihadapan mereka.

"Tempat ini bukan milikku, aku punya hewan kontrak yang bersedia melakukan *duo kultivasi denganku dan dia menawarkan tempat ini untuk melakukannya."

*Duo kultivasi dengan hewan pernah Lun bahas dipart awal.

Mata Naruto berputar melihat sekeliling dengan cermat, jika dipikir memang benar tempat ini bukanlah dunianya. Energi disini sangat murni dan berkualitas baik, siapapun yang masuk dan melakukan meditasi akan menembus tingkat lebih cepat.

"Kulihat kamu sudah cukup lama tidak meningkatkan kultivasimu. Aku akan meninggalkanmu untuk meditasi sedangkan aku akan pergi menemukan sesuatu." Jiraiya melompat lompat disekitar batu besar yang berjejer seperti jalan. Meninggalkan Naruto.

Naruto menghela nafas dan duduk dengan posisi lotus, ia merilekskan tubuhnya dan mengatur chakra, perlahan kebisingan hewan di luar sana tidak lagi terdengar olehnya.

Bergeser kembali di kediaman besar Sasuke. Para selir dan putri tinggi tengah duduk berdiskusi.

"Putri, bagaimana ini, kenapa Pangeran selalu datang ke tempat selir laki lakinya itu?"

"Benar, ini tidak adil. Pangeran tidak pernah mengunjungi paviliun kami namun mendadak sikapnya berubah."

"Aku tidak tahan, aku melihat Pangeran pergi malam itu sebelum ke barak militer, apa yang istimewa dari selir sampingnya itu?"

"Oh benar, bukankah dia selir samping. Aku pikir dulu, Pangeran membencinya."

Pernyataan yang awalnya dari satu mulut bertambah dan terus menumpuk, melayang dalam ruangan Sakura hingga terdengar seperti keramaian pasar.

"Cukup!" Sakura memekik ketika merasakan telinganya akan berdarah mendengarkan suara mereka yang mencicit.

"Katakan, apa yang harusnya kita lakukan untuk memperingati selir itu," ucap Sakura. Didalam hatinya, ia juga jengkel melihat Sasuke menghiraukannya bahkan Sasuke juga tidak pernah melirik jadwal bermalam yang sudah dibuat. Ia hampir ingin pulang dan mengadu pada orang tuanya namun, mengingat Ayahnya yang meneriaki Sakura sebagai putri yang bodoh karena satu pria, membuat niatannya batal.

"Racuni saja sarapannya," usul salah satu selir.

"Bodoh, dia punya dua pelayan yang diangkat langsung dari Pangeran, bukan Ibu suri dan dua pelayan ini juga sama tangguhnya."

"Putranya, dia punya putra kan? Jika Putri bisa membawanya pergi dari paviliun, tentu itu akan jadi pukulan bagi selir laki laki itu."

Sakura berpikir sebentar sebelum mengangguk.

"Ya, aku bisa melakukannya namun, untuk alasan apa aku membawa putranya pergi?" gumam Sakura lagi.

MY PRINCE [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang