"Hah?!" Jie berdiri dengan wajah terkejut.
"Benar, mata mata yang kita taruh di aula melihat Pangeran berjalan bersama seorang wanita."
Naruto diam mencerna perkataan Mei, tiba tiba ia merasakan sebuah lubang kecil dalam dadanya. Ia tidak tau harus bahagia atau sedih.
"Lalu apa? Pangeran mungkin hanya membawanya pulang. Kamu tau kan dari awal tuan muda kita masuk menjadi selir, Pangeran tidak pernah melewatkan tidur satu malam disini. Apa yang kamu khawatirkan, Mei?" Jie mencoba kmengungkapkan pendapatnya.
"Aku tau, kakak. Tapi Pangeran menyukai tuan muda karena dialah yang membawanya langsung, sama seperti wanita ini. Dia bukan pilihan Ibu suri. Mei hanya khawatir, kakak."
Sedangkan dua pelayannya masih berdebat, Naruto sibuk dengan urusannya sendiri. Ia menatap kain jubah yang selesai dijahit dengan perasaan hampa.
"Harusnya tidak begini!" Naruto membatin, "Naruto, sadarlah, Pangeran punya banyak selir, hanya menghitung waktu dan Pangeran pasti akan menemukan gadis yang disukainya. Apa yang kamu pikirkan, Naruto?"
Ia berperang melawan dirinya sendiri, disatu sisi ia ingin mengungkapkan kebahagiaan namun disisi lain ia merasa sedikit kecewa.
"Ck, jangan membantahku lagi Mei. Benar kan, Tuan?" Jie berdecak lalu menatap Naruto yang memandang lurus namun matanya terlihat kosong.
"Tuan,"
"......"
"Tuan," Jie sedikit mendorong bahu Naruto untuk menyadarkannya.
"Hm, apa?" Naruto menjawab dengan terkejut. Jie dan Mei saling memandang dengan prihatin.
"Tuan, aku tanya, apa tuan ingin masuk. Udaranya semakin dingin, matahari juga akan tenggelam."
Naruto mengangguk dan membiarkan Jie membantunya berdiri. Sangat mengejutkan bahwa kakinya menjadi lemas entah karena apa dan sejenak semangatnya berlalu begitu saja.
Naruto masuk ke kamar dan menatap sekitar, matanya berputar dari meja kursi di dekat jendela lalu matanya bergulir lagi menuju tempat tidur. Entah mengapa hatinya seperti dipelitir mengingat setiap malam dengannya.
Ia medekati tempat tidur dan duduk dimana ia selalu tidur, mengusap tempat kosong disebelahnya.
"Ada apa? Kamu cemburu pada gadis itu? Apa gunanya?" gumam Naruto, sebaik apapun ia menyangkal, hatinya masih dipenuhi sembilu yang menusuk.
•
Malamnya, Naruto benar-benar tidak bisa tidur. Sebanyak apapun ia mengutuk diri sendiri namun, rasa sakit itu tak kunjung pudar dalam hatinya bahkan, semakin memunculkan dugaan konyol lain seperti, kenapa Pangeran tidak datang lagi atau memikirkan Sasuke tengah menikmati malam pertama pernikahannya dengan wanita itu.
Naruto mendudukan dirinya dengan frustrasi. Ia mengacak rambut kuningnya lalu berjalan menuju rak buku kecil yang ia buat, menarik satu buku tentang tanaman obat yang ia pinjam dari perpustakaan kekaisaran tempo hari.
Naruto duduk dan menyalakan satu lilin kecil sebagai penerang, ia membuka halaman pertamanya dan semakin larut didalamnya. Semakin banyak halaman yang ia balik, semakin ia kagum, ternyata masih banyak tanaman obat yang tidak ia ketahui.
Sekitar 30 menit Naruto masih asyik dengan bacaannya. Ia tidak sadar seseorang sudah berdiri di sampingnya. Mengamati bagaimana ia terlihat antusias.
"Sampai kapan kamu akan membacanya? Kamu masih punya esok hari."
Naruto terkejut dan hampir menyerang orang didepannya sebelum tangan seputih salju menangkap pergelangan tangannya.
"Pa–pangeran?" Naruto terkejut hingga memekik tidak sadar lalu ia menutupi mulutnya agar diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRINCE [SASUNARU]
Fantasy[Complete-Belum Revisi] [RE-ONGOING] Naruto, sang kultivator muda yang berbakat dalam penyembuhan mempunyai cita-cita mengunjungi banyak tempat. Namun, ia tidak menyangka jika suatu saat seseorang akan datang dan menjadikannya selir. Sasuke adalah P...