48

4.6K 569 34
                                    

Semenjak kabar Naruto yang bertemu dengan Kaguya, klan diseluruh Kekaisaran menjadi gempar karena serangan mendadak kultivator iblis dan adanya retakan neraka dari langit yang memutahkan ratusan iblis dari dalamnya. Tidak ada waktu untuk bersantai, Sasuke segera pergi ke barak untuk mengatur bawahannya.

Selama itu, Naruto dan beberapa alkemis juga disibukkan untuk menangani pil yang harus tersedia selama perang besar besaran ini. Tak tanggung-tanggung, Naruto harus mencapai setidaknya lima ratus pil spiritual dalam sehari, membuatnya hanya bisa beristirahat sekitar dua jam. Dalam keadaan yang berbahaya ini, para petinggi setuju untuk membawa masyarakat biasa Kekaisaran mengungsi, karena banyaknya jumlah masyarakat, mereka dibagi menjadi beberapa slot dengan jumlah seratus orang dalam sekali berangkat menuju tempat pengungsian, begitupun juga dengan ayah dan ibu Naruto yang berada dalam slot ke lima.

"Naruto, tidak bisakah ayah dan ibu pergi membantu kalian?" Tanya Minato sebelum kepergian mereka. Naruto menggeleng tegas.

"Tidak, keretakan neraka ini terlalu parah, lihatlah langit disana menjadi merah api. Naruto takut kalian tidak bisa mengatasinya."

"Naruto, bagaimanapun kami ini tetap kultivator, tidak mungkin kami akan lepas tangan begitu saja," timpal Kushina.

"Ibu, Naruto mohon jangan mendebatkan ini lagi. Jika terjadi apa-apa bagaimana? Sudahlah, kami bisa mengaturnya."

Kushina dan Minato berpandangan, mereka tidak tega meninggalkan Naruto pada situasi ini tapi putra mereka dengan tegas menolak bantuan selain itu, pergerakan mereka tidak secepat dulu karena sudah jarang berlatih. Melawan iblis dengan tingkat yang dikatakan tidak rendah ini sama saja dengan menyerahkan nyawa.

"Hah, baik. Tapi jangan terlalu memaksakan diri, oke?" Ucap Kushina yang meraih putranya dalan pelukan. Kushina menepuk kepala Naruto untuk meringankan beban dipundaknya.

"Ibu, aku baik-baik saja, jangan khawatir." Naruto melepas pelukannya dan menoleh ke arah gadis disamping Kushina.

"Sumire san, sayang sekali kita harus bertemu di saat tidak enak ini," Naruto menundukkan kepalanya, dibalas Sumire.

"Naruto san, aku juga tidak menyangka akan seperti ini," balas Sumire dengan senyum tipis.

"Tolong jangan sampai terpisah dari orangtuaku. Kamu akan baik-baik saja." Ucap Naruto yang diangguki Sumire.

"Uzumaki san," panggil seorang pria dibelakang, Naruto menoleh dan mengangguk.

"Ayah, Ibu, Sumire. Aku harus kembali membuat pil, kalian harus tetap bersama sampai akhir perang."

"Ya, kamu jaga diri baik-baik, kami akan menemuimu lagi setelah semua ini usai." Minato berkata, Naruto mengangguk dan berbalik dengan langkah berat meninggalkan orang-orang yang berharga baginya. Beruntung sekolah Menma punya cara sendiri untuk melindungi diri, tetua dari sekolah itu adalah seorang Grandmaster jadi, akan susah bagi kultivator iblis untuk menghancurkan penghalang disekitar sekolah.

Naruto kembali ke barak dimana semua alkemis sedang berkonsentrasi menyempurnakan pil mereka. Banyak kuali yang membara karena energi spiritual dan tidak ada yang berbicara, membuat barak itu terasa lebih tenang.

Sudah seminggu serangan tidak berhenti, situasi lebih tidak menguntungkan karena salju turun dengan lebat, mengurangi jarak pandang sehingga banyak kultivator tewas oleh iblis. Sampai sekarang Naruto masih tidak tau siapa yang membuka retakan neraka, ia hanya menebak kalau itu Kaguya.

Naruto duduk dan menyempurnakan pil. Ia berkonsentrasi, tidak membiarkan raganya menyerukan rasa lelah walaupun luka ditubuhnya baru saja sembuh, ia tidak mungkin menghindar dari tugas ini.

MY PRINCE [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang