43

5.6K 705 123
                                    

"Ugh," Naruto bergumam sembari mengangkat selimutnya ke atas. Cahaya matahari sepertinya sudah meninggi diluar sana.

Naruto mengerjapkan matanya, hal pertama yang ia rasakan adalah seluruh tubuhnya yang sakit seperti dipelintir.

"Ah," Naruto memekik tertahan karena bagian bawahnya yang sangat sakit untuk digerakkan. Bayangan semangat Sasuke kemarin malam bergerak didalam kepala Naruto, membuatnya tanpa sadar memerah malu.

"Kamu sudah bangun?" Naruto menoleh dan melihat Sasuke yang duduk di kursi dengan pakaian lengkap, memutar tubuh menghadap dirinya. Sasuke yang tadinya membaca gulungan berdiri dan berjalan ke arahnya.

"Selamat pagi," Naruto sedikit tersentak ketika ciuman ringan yang hangat menempel didahinya.

"Um," jawab Naruto, ia mengigit bibir dalamnya dengan bingung.

"Hm? Ada apa?" Tanya Sasuke yang menyadari tingkah aneh Naruto.

Naruto menelan saliva dengan gugup, ia melirik ke arah Sasuke yang memberikan tatapan ingin tau, mata mereka terpaku sebentar sebelum Sasuke mengangkat kedua alisnya.

"Oh ... Kamu–butuh bantuan?" Tanya Sasuke yang mengatakan dengan suara rendah dibagian akhirnya.

Naruto menggertakan gigi, ia harus melindungi harga dirinya terakhirnya sebagai lelaki.

"Tidak, aku baik-baik saja."

Sasuke ingin mengatakan keberatannya tapi ia melihat kegigihan pria yang duduk diatas ranjang itu. Sasuke tidak bisa menahan senyum samarnya, ia pikir Naruto pasti malu.

"Ah ... Kalau begitu, apa kamu ingin sarapan bubur? Aku akan turun membelinya sambil mencari udara," Sasuke tau, tidak ada gunanya berdebat dengan Naruto dan ia tak ingin menambah rasa malu pria itu dengan membahas hal-hal semalam.

"Eum, ya, aku mau." Jawab Naruto. Sasuke mengangguk singkat dan keluar setelah menggosok pucuk kepala Naruto.

Naruto menoleh ke arah pintu yang sudah tertutup dengan ragu, ia khawatir Sasuke akan berbalik mencari barang yang tertinggal namun merasa tak ada pergerakan. Naruto menyingkap selimutnya dan melangkah seperti bayi baru bisa berjalan, bagian belakangnya terasa sakit dan perih. Merasa malu lagi karena ternyata ia masih telanjang, Naruto menarik selimut dan melilitkannya dibadan, hanya bagian wajahnya yang terlihat dengan warna merah.

Ia menunduk dan melihat bahwa ranjang yang ia gunakan masih meninggalkan jejak percintaan mereka serta ada warna merah samar.

"Apa aku berdarah?" Batin Naruto tapi ia tidak ingin memikirkannya lebih jauh. Naruto melanjutkan langkahnya dengan hati-hati menuju kamar mandi dan melepas selimut, meletakkannya di wadah dari rotan, ia menunduk untuk melihat tubuhnya yang memiliki jejak merah dimana-mana.

Sasuke berjalan keluar dari penginapan dan berjalan menuju gang sempit disamping. Wajahnya kembali memasang topeng dingin ketika berbisik kepada angin.

"Banzou."

"Saya disini, tuan." Banzou berdiri dihadapan tuannya.

"Aku sudah membaca gulunganmu, jadi kamu sudah mendapatkannya?"

"Benar, tuan." Sasuke mengangguk, rambut hitamnya memiliki titik putih karena salju semakin turun dengan lebat.

"Bagaimana dengan iblis itu, apa dia memakai trik lain?"

"Ya, tabib kekaisaran sampai harus berjaga penuh dipaviliun bulan dingin untuk memastikan seribu obat tidak diambil."

"Hm, bagus. Kurasa Naruto harus cepat-cepat menyelesaikannya. Rasanya kutukan itu akan melahap dantianku sebentar lagi."

MY PRINCE [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang