Naruto dulu berpikir, hidup berdua dengan putranya akan baik-baik saja. Meskipun ia pria normal, Naruto tidak pernah membayangkan akan menghabiskan hidup bersama pasangan dan, walaupun Menma bukan darah dagingnya, kasih sayang yang ia berikan tidak pernah berkurang. Begitu juga dengan Menma, ia sangat pintar dan tidak pernah bertanya macam-macam seperti dimana Ibunya. Ia selalu menganggap Naruto adalah orang tua satu-satunya.
Naruto juga pernah berpikir, akan lebih baik jika menjelaskan tentang Ibu kandungnya pada Menma kalau anak itu sudah besar. Bagaimanapun, Menma punya hak untuk tau, tapi Naruto selalu diserang rasa takut. Ia tidak tau apa yang akan putranya lakukan ketika mendengar hal itu, apakah dia akan memahaminya atau berbalik membencinya? Naruto tidak tau, dia takut membayangkannya.
Sekarang, apa yang Naruto pikirkan adalah, dirinya bisa kembali ke masa lalu dan tidak mengulang kesalahan yang sama, dimana dirinya berakhir mengekspos rahasia putranya.
"MENMA!!"
Naruto melebarkan matanya melihat pedang Kaisar menembus tubuh Menma, ia hampir pingsan dan tubuhnya lemas, ambruk ditanah.
Nobu menyeringai, ia mencabut pedang dari tubuh makhluk setengah rubah itu tapi, apa yang membuatnya terkejut adalah, anak itu tetap hidup walaupun ekspresinya tersiksa, dia hidup dan luka itu perlahan menutup dengan sendirinya. Sedangkan kesadaran kosong milik Menma jatuh ke tanah, kesakitan tapi dia tidak bisa melakukan banyak hal, tubuhnya sudah dikunci oleh Kaguya sebelumnya.
"A–apa, ke–ke–kenapa ini?" Tanya Nobu, ia mundur selangkah.
"Ah ternyata bukan itu," Kaguya menjentikkan jarinya.
"Manusia setengah rubah tidak bisa mati tanpa pedang yang tepat. Cobalah menusuknya dengan senjata lain yang kalian punya." Ucap Kaguya. Sontak, semua kultivator yang hadir saling melirik dalam diam dan mencengkram lebih erat pedang mereka yang sudah berlumuran darah iblis.
"Apa yang kalian tunggu?!" Bentak Nobu. Matanya memancarkan ekspresi tidak sabar.
"Cepatlah, semakin cepat anak ini mati, kalian bisa pergi dari sini segera."
"Nobu san dimana hati dan pikiranmu?! Apa pantas kita menusuk seseorang seperti karung beras? Berpikirlah sebelum bicara!"
"Diamlah jika tidak mau! Siapapun yang ingin mati disini silakan."
Pembela diri yang hadir terlihat ragu, mereka menahan nafas dan menunggu. Akhirnya setelah sepuluh menit, ada satu orang yang maju.
"Baiklah, ini bukan masalah tega atau tidak. Aku menjadi kultivator untuk melawan kejahatan, jika hal ini tidak bisa kubereskan. Maka aku tidak pantas diberi gelar ini dan pasti akan dikutuk saat inkarnasi selanjutnya."
Sadar dari lamunan sementara, para pembela diri segera mengingat janji mereka saat masuk dunia kultivasi dan maju satu persatu, hampir semuanya ikut bersekutu dengan Nobu.
"Bagus, sekarang lakukan." Ucap Nobu dengan seringai memghiasi wajahnya.
"Sebentar," Kaguya menyela, ia mengangkat tangan dan membawa tubuh Naruto bersimpuh didepan Menma dengan jarak sepuluh kaki.
"Naruto, kamu sangat keras kepala. Sekarang, rasakan sakit hati orang-orang yang ada disini karena kehilangan keluarganya oleh sikap tidak bijaksanamu." Kaguya tersenyum licik.
Naruto ingin mengangkat tangannya tapi tubuhnya seperti dikunci, ia tidak bisa mengangkat secentipun jarinya.
Pembela diri pertama datang dan menghunuskan pedangnya diudara, ia agak gemetar dan tekanan disenjatanya melemah. Bagaimanapun, makhluk setengah rubah ini masih kecil bahkan belum menumbuhkan kesadaran hewannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRINCE [SASUNARU]
Fantasía[Complete-Belum Revisi] [RE-ONGOING] Naruto, sang kultivator muda yang berbakat dalam penyembuhan mempunyai cita-cita mengunjungi banyak tempat. Namun, ia tidak menyangka jika suatu saat seseorang akan datang dan menjadikannya selir. Sasuke adalah P...