*Tunggu aba-aba untuk memutar musiknya
*Kalau kalian punya musiknya, silakan nanti diputarHinata tidak pernah berpikir jika bayi dalam perutnya begitu berbahaya. Ia dengan wajah kosong menghadap ke sebuah kolam teratai kecil sembari mengelus perutnya yang sedikit membuncit.
"Apa yang harus kita lakukan, nak? Ayahmu tidak menginginkanmu." Gumam Hinata. Ia tertekan di semua sisi, beberapa hari yang lalu harem sedang sibuk menyiapkan pernikahan Sasuke dengan gadis bernama Sakura. Hinata tau bahwa gadis itu kelak akan menjadi putri tinggi manor.
"Hinata," ia menoleh untuk menatap pria berkulit putih dengan tatapan yang tidak bisa dibaca.
"Pangeran, ada apa?" Tanya Hinata dengan hati-hati. Secara tidak sadar ia mengangkat tangan kanannya ke perut dengan protektif.
Gerakan Hinata tertangkap mata Sasuke tapi pria itu mengabaikannya.
"Bersiaplah. Kita akan mengunjungi Kekaisaran untuk melihat perkembangan kehamilanmu dan pangeran ini juga ada urusan disana." Hinata mengangguk, ia tidak tau harus menggambarkan hubungan mereka, Hinata tentu saja mencintai dan memandang Sasuke sebagai suaminya, ia bersyukur tidak jatuh ditangan pria licik malam itu tapi, perkataan Sasuke tentang membunuh putranya banyak memberi dampak tidak menyenangkan apalagi terkadang mood Hinata seringkali membuat dirinya sendiri kewalahan. Ia mengikuti perintah Sasuke dan keduanya berangkat menuju Kekaisaran.
•
"Oh, jadi kandungan wanita itu setengah jiwa Kyuubi?"
Disebuah tempat asing dengan banyak kain merah bergelantungan dilangit-langit. Dua orang tengah berbicara dengan serius.
"Benar, tuanku." Orang yang diajak bicara terdiam tapi ia merasa merinding ketika aura tekanan hampir mencekiknya hidup-hidup. Jemari panjang tuannya yang sedang memegang cangkir anggur agak mengerat dan aura hitam miliknya berputar liar di udara.
"Aku tidak bisa membiarkannya hidup. Akulah yang menciptakan mereka, aku juga yang akan mengendalikan kesadarannya. Jika anak itu lahir, kita tau itu adalah akhir bagiku," setengah wajahnya tidak tertimpa cahaya namun mata merahnya berkilat mengancam dikegelapan.
"Tapi membunuhnya dengan tanganku sendiri agak berlebihan kan?" Sambungnya bersamaan dengan turunnya aura penekanan yang membuat bawahannya bisa bernafas lagi.
"Bagaimana dengan menyuruh permaisuri kekaisaran itu. Rencana awalnya juga hampir selesai."
"Hn, beritau ini padanya."
"Baik." Bawahannya menunduk dan pergi, meninggalkan angin berdesir yang menggoyangkan kain merah dengan liar. Orang itu terkikik sebelum mengangkat gelasnya lagi.
"Mikoto, kamu menanam dosa yang akhirnya berbalik menyerangmu sebagai karma, sungguh tidak beruntung."
•
"Pergilah ke ruangan tabib, aku akan pergi menemui kaisar dan permaisuri." Ucap Sasuke, Hinata mengangguk dan pergi menuju arah yang berbeda sedangkan Sasuke menunggu hingga punggung Hinata menghilang baru ia pergi dari sana.
Rencana kedua Mikoto berhasil, pagi ini Kaisar mulai mengeluh sakit pada sekujur tubuhnya dan sekarang pria itu telah berbaring tidak berdaya di ranjang. Mikoto menghitung mungkin sekitar satu atau dua minggu lagi racun ini akan menyebar ke arah jantungnya, ini tergantung pada seberapa kuat kultivasi Kaisar bisa menahannya.
"Salam Yang Mulia Kaisar dan Permaisuri." Mikoto menoleh dan mendapati putra keduanya berdiri didepan pintu kamar. Ia yang sedang menemani Kaisar segera bangun dan memasang topeng khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRINCE [SASUNARU]
Fantasy[Complete-Belum Revisi] [RE-ONGOING] Naruto, sang kultivator muda yang berbakat dalam penyembuhan mempunyai cita-cita mengunjungi banyak tempat. Namun, ia tidak menyangka jika suatu saat seseorang akan datang dan menjadikannya selir. Sasuke adalah P...