Naruto keluar dari kedai teh ketika mentari telah menyemburat oranye lembut disana.
"Tolong!" Naruto menoleh ketika suara wanita berteriak meminta pertolongan. Ia melihat di kerumunan, seorang anak laki-laki lari dengan gesit setelah berhasil merebut tas belanja seorang ibu-ibu. Langkah Naruto yang bersebrangan dengan anak itu langsung berbalik. Ia mengejar, sangat sulit melihatnya di antara kerumunan dan anak itu terlihat lebih mengerti gang pasar kota. Buktinya, Naruto kehilangan jejaknya.
"Hah... Cepat sekali," gumam Naruto, ia memilih berjalan pelan sembari terus mencari, Naruto berpikir anak itu tidak akan pergi jauh, Naruto berhenti di ujung gang ketika ia melihat bayangan berkelebat didepan matanya dan Naruto memilih mengikutinya.
"Kakek~ lihat ini," samar-samar Naruto mendengar kalimat ceria keluar dari mulut seorang anak kecil.
"Darimana kamu mendapatkannya?" Naruto menempelkam dirinya menunju dinding batu dan melongok, disana ada gang buntu yang ditempati rumah sederhana, Naruto juga tidak bisa mengatakan kalau itu rumah. Atapnya hanya dari kain goni dan Naruto melihat seorang kakek dengan cucunya sedang membuka tas yang tadi dicuri, mereka duduk beralaskan rumput.
"Kakek, tadi ada bibi baik yang memberikannya padaku," jawab si anak. Naruto tidak bisa membiarkannya.
"Tunggu~" ucapan Naruto berhenti disana ketika anak kecil tadi terkejut dan menyerangnya. Naruto lantas mengelak sebisanya, ia tidak ingin menyakiti bocah itu namun, keadaannya semakin terdesak apalagi mereka bertarung di gang sempit.
"Tunggu, dengarkan aku," Naruto berusaha menghentikan anak itu namun ternyata dia sangat gigih dan tidak melambatkan perlawanannya. Naruto kewalahan bercampur kagum, anak ini menguasai bela diri yang sangat baik.
Tidak ada cara lain. Naruto mengeluarkan energi putihnya untuk menenangkan bocah itu. Perlahan ia mulai berhenti melawan dan merosot ketanah karena merasa lemas.
"Tuan... Tuan, jangan sakiti cucuku," si kakek yang daritadi hanya melongo menonton adegan pertarungan lari terseret seret, memeluk cucunya.
"Kakek, maaf, aku tidak akan melukainya–"
"Apakah tuan termasuk orang dalam Ibu suri, oh... Sungguh jahat hatinya, ia tega membunuh orang tua anak ini dan menendangku ke jalanan sebagai santapan anjing liar, beruntung Konohamaru bisa bertahan didetik terakhir. Oh, malangnya." Kakek itu mulai meratap dengan putus asa, dengan sisa tenaga nya ia berusaha mengangkat cucunya namun tertahan oleh tangan Naruto.
"Apa–apa maksud kakek, orang dalam? Konohamaru siapa?" Tanya Naruto. Ia melepaskan energinya dan anak kecil itu kembali bangun lagi.
"Ha—pejabat tinggi sialan yang membunuh orangtuaku, kemari. Akan ku perlihatkan apa itu balas dendam...." Bocah itu berusaha bangkit.
"Tunggu, aku tidak mengerti apa-apa disini. Kamu–Konohamaru?" Tanya Naruto secara perlahan, ia terlalu bingung menghubungkan semuanya sekaligus.
"Ya, aku Konohamaru!" Pekik Konohamaru dengan lantang, Naruto melihat kegigihan dimatanya.
"Dan ini–" Naruto menunjuk pada kakek disebelah Konohamaru.
"Aku Hiruzen Sarutobi. Kakek Konohamaru. Tunggu, jadi tuan ini bukan utusan Ibu suri?" Naruto menggeleng.
"Aku disini hanya ingin mengambil tas yang diambil cucumu." Hiruzen melototkan matanya pada Konohamaru yang sekarang tertunduk takut.
"Jadi kamu mencuri, Konohamaru?!"
"Maaf, kakek."
"Ah maaf, aku akan ambil tasnya," Hiruzen bangkit setelah melirik sengit pada cucunya. Ia mengembalikan tas pada Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRINCE [SASUNARU]
Fantasy[Complete-Belum Revisi] [RE-ONGOING] Naruto, sang kultivator muda yang berbakat dalam penyembuhan mempunyai cita-cita mengunjungi banyak tempat. Namun, ia tidak menyangka jika suatu saat seseorang akan datang dan menjadikannya selir. Sasuke adalah P...