28

5.4K 779 39
                                    

Tunggu aba aba untuk putar BG diatas^^

"Ayah, tolong Menma!" Teriak Menma, Naruto berdiri kebingungan melihat putranya di rantai dengan posisi berdiri. Ia ingin segera berlari namun tidak bisa, kakinya terasa di berat untuk melangkah, bahkan ia tidak bisa bersuara.

"Ayah ... Ayah ... Ayah...." Menma masih berteriak sembari berusaha melepas rantai yang membelenggu kedua tangannya, Naruto berusaha kuat untuk mengangkat kakinya namun nihil, ia hampir putus asa sebelum Sasuke datang entah darimana.

"Pangeran. Tolong, tolong putraku." Batin Naruto menjerit melihat Sasuke mendekat ke arah Menma.

Sasuke jongkok, menyamai tinggi mereka dan meletakkan telapak tangannya dibagian dada Menma. Perlahan cahaya terang keluar.

"ARGHHH... AYAH!!" Suara Menma melengking tinggi bersamaan dengan tubuhnya keluar sesuatu, Naruto kalap, ia hanya bisa mendengar suara putranya tersiksa disana dan melihat bagaimana tubuh Menma melengkung dengan cara tidak normal.

"Tidak, hentikan. Hentikan, SASUKE!"

"Menma!!" Naruto terbangun dengan tubuh bermandikan keringat, nafasnya terburu dan jantungnya berdetak liar, ia segera berdiri dan berlari ke kamar putranya lalu menemukan bahwa tidak ada orang disana.

"Tuan, ada apa?" Jie berlari setelah mendengar teriakan Naruto.

Naruto menghela nafas dengan keras berkali kali dan menyenderkan tubuhnya diambang pintu.

"Mimpi ... Mimpi buruk." Jawab Naruto setelahnya. Jie mengelus pundak tuannya untuk menenangkan.

"Tidak akan ada yang bisa menyentuh tuan muda, tuan tolong jangan khawatir," ucap Jie.

"Tapi aku khawatir, Jie. Aku bahkan tidak tau apa dia sudah sampai atau belum."

"Tuan muda itu cerdas, Jie yakin ia tidak akan celaka."

Naruto menata kondisinya terlebih dahulu sebelum ia bisa berpikir dan bertindak tenang.

"Dimana Mei?" tanya Naruto kemudian. Jie menurunkan tangannya dan memasang wajah masam.

"Dibelakang, sedang berbicara dengan tabib kekaisaran."

"Jiraiya sensei?"

"Un. Tuan harus segera bersiap, dia datang untuk berlatih."

"Yaya ... Aku akan bersiap segera."

"Sensei." Naruto mengepalkan tangannya sebagai tanda hormat. Disisi lain, Jiraiya tengah duduk membaca buku putih tanpa didepannya. Jiraiya menutup dan men-saku bukunya sebelum bertanya.

"Aku dengar putramu keluar untuk belajar?" tanya Jiraiya.

"Ya, baru kemarin."

"Aku tau, kamu pasti khawatir. Tidak akan ada yang bisa menyakiti putramu, aku jamin itu."

"Kenapa semua orang mengatakan hal begitu, ada hal apa dibalik semua ini?" tanya Naruto kebingungan.

"Yah, belum waktunya kamu mengerti. Nah, kamu sudah membaca buku yang dipinjam beberapa hari itu?" tanya Jiraiya mengalihkan pembicaraan.

"Ya," Naruto duduk di samping Jiraiya, "tapi aku belum menemukan tanaman obat itu."

"Aku tau, tanaman seribu obat tidak akan pernah ditulis pada buku manapun karena dia tanaman magis,"

"Apa artinya itu?"

"Tanaman ini hanya tumbuh dilahan yang subur dan memiliki tingkat energi paling murni daripada yang lain. Dunia kita tidak akan bisa memiliki hal itu termasuk dipegunungan apalagi sifatnya magis, disini artinya dia hanya tumbuh dengan hewan penjaga khusus namun bukan sembilan tingkat hewan yang sering kita dengar."

MY PRINCE [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang