27

5.4K 757 66
                                    

Naruto berdiri dengan perasaan campur aduk, ia merasa kesal. Kenapa pendapatnya sebagai orang tua yang membesarkan Menma sampai sebesar ini tidak digubris.

"Ayah," mendengar suara kecil yang memanggilnya ini bagaikan sembilu yang mengiris hati Naruto.

"Ya?" Ia menghembuskan nafas lalu berbalik menghadapi putranya. Menma menggendong kucing putih dengan dua mata besar yang menatap langsung ke arah Naruto. Tatapan itu mengingatkannya pada sosok Hinata.

"Apa Menma akan pergi dari sini?" tanya Menma dengan wajah polos.

Melihat Menma yang masih tidak mengerti tentang apa yang terjadi membuat sesak dalam dada Naruto. Ia berjongkok, menyamai tinggi dengan putranya dan menangkup wajah putih Menma.

"Maafkan ayah." Desis Naruto dengan suara pecah, ia ingin terlihat kuat dihadapan putra kecilnya namun suara menipu ekspresi wajahnya.

Menma menatap dengan polos lalu menurunkan kucing dalam gendongannya dan menarik leher Naruto untuk mendekat, ia menyembunyikan wajah dibalik perpotongan leher ayahnya.

"Tidak apa apa, ayah." Menma mengatakannya berulang kali, tangan kecilnya menepuk bahu ayahnya, setelah itu Menma melepaskan Naruto.

"Menma ingin bersekolah jadi, jangan sedih ya." Senyum Menma mengembang setelahnya.

"Tuan sudah memilih?"

Disisi lain, Sasuke tengah berada diruang kerjanya dengan kertas menumpuk.

"Ya. Cepat atau lambat kita harus melakukannya."

Banzou duduk dengan bertumpu satu lutut.

"Kalau begitu, saya akan pergi untuk menemukan berapa lama lagi siklus bulan purnama merah."

"Oh benar, kamu harus pergi sekarang dan siapkan dirimu. Aku tidak ingin semua ini gagal dan mengundang kultivator iblis untuk berbuat tidak benar selama ritual."

"Saya mengerti, tuan."

Banzou pergi setelah itu, Sasuke meletakkan kuas tulisnya yang sudah ia gunakan untuk menulis diatas kertas putih. Ia berdiri dan berjalan menuju rak lalu menarik sebuah kotak kecil. Ia menghela nafas dan merasakan hawa didalamnya. Hening namun sebenarnya adalah kemarahan yang terpendam selama ribuan tahun.

Sasuke meletakkan kembali kotak tersebut dan menyambar pedang katana-nya, ia keluar di halamannya dan mulai berlatih pedang. Dengan jubah hitam berkibar ia meliuk liukkan tubuhnya, seperti menghindari musuh yang melebur dengan angin, gerakannya sangat tajam dan kuat.

"Pangeran," Sasuke berhenti dan menoleh ke arah kasim yang mendekatinya. Ia menyarungkan kembali pedangnya.

"Ada apa?" tanya Sasuke.

"Ada tamu diluar, dua gadis yang Pangeran bawa beberapa hari yang lalu."

"Mn, bawa mereka masuk dan sajikan teh untuknya."

"Bawahan ini mengerti."

Sasuke masuk ke dalam ruang kerjanya untuk meletakkan pedangnya, ia mendekat ke arah kandang burung elangnya, Kama.

Sasuke mengeluarkan Kama, si burung coklat dengan satu mata merah darah. Kama terhitung elang yang pemarah dan hanya tuannya, Sasuke yang dapat mengendalikannya.

Kama dibiarkan bertengger dilengan kanan Sasuke. Selama tuannya ini berjalan, mata mereka yang sama sama tajam itu menatap lurus ke depan dengan angkuh. Ketika mendekati arah Kaguya dan pelayannya, mata Kama sempat berkilat dengan penuh ancaman sebelum Sasuke menenangkannya.

MY PRINCE [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang