Naruto terbangun ketika cahaya pertama muncul melalui celah jendela. Ia menoleh kesamping dan mendapati ruang kosong, pria itu sudah pergi.
Naruto bangun dan meregangkan tangan ke atas kepalanya. Ia sudah melewati masa pemulihan dan harusnya hari ini ia bisa mulai membuat pil seribu obat.
Dengan langkah terhuyung Naruto masuk ke kamar mandi namun betapa terkejutnya ia ketika di tempat berendam sudah ada Sasuke yang duduk dengan air berbusa di bawahnya.
"Pangeran disini?" Tanya Naruto.
"Un."
Sejenak Naruto tertegun lalu memerah, bayangan keintiman tadi malam masih melekat di dalam otaknya. Ia menggeleng pelan, membuyarkan pikirannya.
"Kenapa berdiri disana? Ingin bergabung denganku?" Tanya Sasuke dengan nada datar yang sukses membuat wajah Naruto semakin merah.
"Ti–tidak, aku keluar dulu."
Naruto segera keluar dan menutup pintu dibelakangnya dengan jantung berdebar, ia menempelkan tangan kanan ke pipinya yang terbakar.
Sedangkan disisi lain. Setelah pintu tertutup, Sasuke menghela nafas pelan. Ia pagi tadi bangun dan hendak pergi namun Sasuke yang sebelumnya acuh terhadap wajah Naruto entah kenapa tidak bisa menahan diri untuk menatap wajah tertidur di sampingnya. Bulu mata Naruto tidak lebat namun rapi, alisnya tertata dan jembatan hidungnya lembut, sedikit ke bawah Sasuke bisa melihat bibirnya yang tadi malam ia serang. Sasuke menelan saliva nya ketika bibir yang beristirahat ini sedikit terbuka.
"Sial," Sasuke menutup matanya ketika merasakan bagian bawahnya tidak bisa diajak kerja sama. Ia tidak mungkin pergi sekarang dengan keadaan seperti ini jadi Sasuke berakhir berendam air dingin.
Kedatangan Naruto yang tidak Sasuke perkirakan itu juga membuat dirinya terbakar lagi walaupun Sasuke tidak menatap wajahnya. Hanya mendengar suara paginya yang serak dan dalam sungguh mengundang hasratnya.
Sasuke keluar ketika kulit putihnya sudah keriput dan memerah. Bau sabun milik Naruto yang menyegarkan tercium sampai kemana-mana.
"Pangeran," Naruto melompat dari posisinya duduk. Sasuke memakai kimono dalam berwarna putih, mengangguk singkat.
"Giliranmu." Jawab Sasuke.
"Um, apa pangeran akan pakai jubah kemarin?" Tanya Naruto.
"Kamu menyimpan jubah bersihku disini?" Naruto mengangguk dan berjalan menuju lemari, ia menarik jubah sederhana berwarna hitam dengan pola merah kekaisaran di belakangnya.
"Ini?" Sasuke menaikkan alisnya melihat jubah yang tidak ia kenali.
"Apa pangeran masih ingat? Pangeran memintaku membuat sebuah jubah," jawab Naruto, ia mendekat dan memakaikannya pada Sasuke.
"Untung pas, aku sempat khawatir karena tidak mengukur pangeran terlebih dahulu." Naruto melihat jubah hasil buatannya ternyata sangat pas membalut tubuh Sasuke yang tinggi dam tampan.
"Um, aku suka hasilnya." Puji Sasuke, ia merasakan bahan kainnya yang halus ketika ia sentuh.
Naruto tersenyum senang mendengar hasil pekerjaannya ternyata disukai, hatinya terasa menghangat mendengarnya.
"Baguslah. Tapi ... Apa pangeran mempunyai maksud menyuruhku membuat jubah ini?" Tanya Naruto.
"Un, aku hidup dan dibesarkan dikekaisaran. Aku tau setiap jubah kami di buat oleh penjahit terbaik, aku sebelumnya tidak terlalu menghargai dan cuek tapi, malam itu perhatianku tercerahkan. Aku melihat ibu suri masih sibuk melakukan sesuatu, kupikir dia sedang membaca gulungan kekaisaran selarut itu dan aku hendak menegurnya untuk beristirahat. Tidak kusangka, ibu suri tengah asyik menjahit jubah dengan tangannya sendiri,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRINCE [SASUNARU]
Fantasy[Complete-Belum Revisi] [RE-ONGOING] Naruto, sang kultivator muda yang berbakat dalam penyembuhan mempunyai cita-cita mengunjungi banyak tempat. Namun, ia tidak menyangka jika suatu saat seseorang akan datang dan menjadikannya selir. Sasuke adalah P...