Aku takut tersenyum karena saat aku melakukannya, akan ada bayangan luka disana.
Sasuke benar-benar membawa Naruto ke sekolah Menma dipagi harinya. Perjalanan menuju tempat itu sekitar satu jam, tidak ada percakapan serius antara keduanya, hanya membahas urusan militer.
Ketika kereta melambat, Naruto turun dan melihat gerbang setengah bulan, setelah Sasuke memberitau penjaga gerbang, mereka masuk dan melihat kedalam.
Sekolah ini berada diatas pegunungan, Naruto dan Sasuke harus mendaki tangga yang panjang untuk sampai namun, rasa lelah mereka akan terbayar ketika melihat pemandangan terhampar di depan. Seluruh klan dikekaisaran bisa dilihat dari atas sini, mereka masuk dipagi hari jadi pegunungan itu masih berkabut dan benar-benar dingin.
Naruto merapatkan jubahnya karena ia tidak memiliki banyak lemak ditubuhnya jadi serangan angin sedingin ini bisa membuatnya bergetar dan membeku.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Sasuke, ia menoleh dan melihat Naruto mengeluarkan hembusan berasap dari mulutnya.
"Tidak apa-apa, mungkin karena akan turun salju jadi ini cukup dingin untukku." Jawab Naruto dengan gigi gemetar. Sasuke mempercepat langkah mereka dan masuk ke dalam bangunan tengah yang diapit dua pagoda, disana adalah aula utama dimana anak-anak akan belajar tapi hari ini mereka tidak terlihat. Hanya beberapa murid senior dengan jubah putih lewat sembari berbicang rendah.
"Pangeranku." Mereka berbalik ke arah kanan. Seseorang dengan janggut putih panjang, mengenakan pakaian putih sederhana dan memiliki pandangan tenang mendekat sembari menangkupkan tangan.
"Tidak perlu salam formal. Aku disini untuk melihat putraku," Sasuke mengangkat tangannya ketika orang itu hendak membungkuk.
Kakek itu mengangguk takzim dan mengantar mereka ke belakang aula.
"Pangeran, dia siapa?" Tanya Naruto.
"Pemimpin sekolah, aku mengenalnya karena aku pernah belajar satu tahun disini sebelum pengangkatan putra mahkota." Naruto mengangguk-angguk tanda mengerti. Keduanya diantar menuju kebun sekolah. Disanalah anak-anak kecil berjubah putih sedang berjongkok dalam sebuah kelompok. Menanam sayuran.
Mereka langsung diantarkan menuju ujung kebun. Disana tidak terlalu ramai, hanya ada dua kelompok kecil yang dibimbing satu penatua. Mata Naruto mencari dan ia melebarkan pupilnya dengan bahagia ketika melihat anak laki-laki, putih dengan bibir cemberut sedang menggali tanah dengan sekop kecil. Ditangan kirinya ia menggengam beberapa biji.
"Xiao Menma," Naruto memanggil. Walaupun suaranya tidak jelas, bergetar antara bahagia dan kedinginan, itu tidak bisa mengalahkan kehangatan yang ada didalam hatinya. Menma mengernyitkan dahi sebelum menoleh dan tersenyum seperti kuda ketika melihat Naruto berdiri.
"Ayah!!" Jerit Menma. Ia membuang sekopnya dan berlari, menabrak kaki Naruto dan memeluk pinggangnya.
Naruto tidak bisa menahan kebahagiaannya dan segera berjongkok, mengubur tubuh itu dan memeluknya erat-erat.
Sasuke tertegun melihat kedua orang dihadapannya. Ia merasakan getaran tidak biasa dihatinya, seperti ada yang membengkak dan hangat, ia mendekat dan mengulurkan tangannya, mengelus pucuk kepala Menma untuk menyalurkan entah apa itu didalam hatinya.
"Menma rindu ayah," ucap Menma berkali-kali. Naruto juga mengumamkan kalimat bahwa dirinya juga sangat merindukan sosok Menma.
Mereka berpelukan agak lama hingga menjadi tontonan murid lain yang tertarik. Karena rata-rata masih anak kecil, mereka tidak sadar jika dibelakang Naruto adalah seorang Pangeran.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY PRINCE [SASUNARU]
Fantasy[Complete-Belum Revisi] [RE-ONGOING] Naruto, sang kultivator muda yang berbakat dalam penyembuhan mempunyai cita-cita mengunjungi banyak tempat. Namun, ia tidak menyangka jika suatu saat seseorang akan datang dan menjadikannya selir. Sasuke adalah P...