22

5.8K 766 11
                                    

"Tiga minggu?!" Naruto terkejut dan menatap ke arah Menma. Bagaimana Putranya itu bertahan selama itu?

"Waktu antara dunia mereka dan kita berbeda."

Sakura mengigit ujung bibirnya dengan gelisah, ia tidak tau jika Pangeran akan pulang secepat ini.

"Pangeran, dengarkan penjelasan Putri," Sakura berusaha duduk dengan benar, mengabaikan rasa sakit menusuk dalam tubuhnya.

"Maksud Putri baik untuk membawa Putra ini ke sekolah, dia harus belajar dan pintar. Ini juga akan mempengaruhi wajah mansion Pangeran jika sampai putranya tidak memiliki prestasi apapun." Sakura menjelaskan, ia berharap Sasuke mau membuka pikirannya.

"Pangeran ini akan memikirkannya, obati dulu jarum yang menempel dalam tubuhmu. Kalian berdua, lepaskan dia dan bawa Putri kalian kembali ke paviliun."

Dua pelayan Sakura mengangguk patah patah dan melepaskan Menma, mengangkat Sakura yang menahan rasa sakit ketika tubuhnya digerakkan sedikit. Setelah rombongan Sakura pergi, Naruto meraih Menma dan memeluk anak itu erat erat.

"Maafkan Ayah, ya?" gumam Naruto berulang kali. Pasti berat untuk Menma dimana, mereka tidak pernah berpisah begitu lama.

"Ayah, Menma khawatir terjadi sesuatu pada Ayah." Menma meraih leher Naruto yang sudah jongkok menyamai tingginya.

Setelah berpelukan sebentar, Naruto berdiri dan mengamati Sasuke yang berdiri diam di tempatnya.

"Pangeran cukup tanggap untuk meninggalkan bayangannya disini." Setelah itu, sosok Sasuke itu meletus menjadi udara kehitaman yang akhirnya hilang.

"Bagaimana kamu tau?" tanya Jiraiya setelah memasukkan kembali jarumnya.

"Dia tidak punya aura hitamnya dan chakra."

"Pintar. Kalau begitu, aku akan pergi ke Kekaisaran sekarang." Naruto mengangguk dan memberi salam formal.

"Tuan muda, aku rasa Putri akan melakukan hal buruk lain," ucap Mei dibelakang mereka.

"Hah, lalu bagaimana? Biarkan saja, dia hanya wanita pecemburu yang mendambakan suaminya kembali."

"Tuan dan Pangeran pernah...," Mei menggerakan kedua alisnya bersamaan.

"Mei, apa yang kamu pikirkan, tuan baru saja pulang, biarkan tuan beristirahat dulu." Jie memotong ucapan adiknya dan memberi jalan untuk Naruto dan Menma kembali ke rumah.

"Menma, ayo tidur dengan Ayah," Naruto merengek setelah mandi, ia rencananya akan beristirahat karena seluruh tubuhnya terasa pegal dan lemas.

"Ayah, Menma tidak mau tidur siang. Tidur sendiri saja," tolak Menma yang sedang sibuk menyisiri bulu Snowy.

"Kami-sama, tolong kembalikan Xiao Menmaku yang dulu. Aku tidak mau yang disini. Hah, Ayah hampir mati karena merindukanmu tapi apa yang Ayah dapatkan?" Naruto memulai dramanya dengan suara mendayu-dayu. Entah tontonan apa yang ia lihat dulu tapi drama itu benar benar membekas dalam pikirannya.

Menma mengernyit melihat Ayahnya membuat ekspresi terluka, ia menghela nafas dan mengangguk setuju, membuat Naruto menunjukkan wajah suka cita.

Bergeser di Kekaisaran, suara sepatu boots yang ternoda tanah disana sini terdengar berkelotak sepanjang jalan. Jubah hitamnya yang berkibar dan pedang panjang disisi pinggangnya menunjukan tentang seberapa hebat pria ini. Mata elangnya hanya menatap lurus tanpa khawatir akan ditusuk dari belakang. Aura hitam menyelimuti disekitar tubuhnya.

Kriet....

Suara pintu digeser terdengar bergema, ia membersihkan sisi jubahnya sebelum melangkah masuk dan melakukan salam formal.

MY PRINCE [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang