19🌧

94 14 12
                                    

Happy Reading!

🌧🌧🌧

Sejak kejadian tadi Asya menjadi malas untuk melakukan sesuatu, bahkan bicara. Ia hanya diam dari tadi, sambil menopang kepalanya dengan tangan di atas meja.

Yang niatnya mau makan di kantin malah dilabrak gengnya Dea. Ya mana mungkin Asya akan tetap ke kantin, setelah kejadian itu Asya kembali ke kelasnya lagi.

"Sya, ayok ke kantin sebentar lagi bell masuk bunyi." ajak Kila memegang lengan Asya, namun ditangkisnya. "Lo masih marah sama gue? Sya, gue beneran nggak dengar lo ngajak gue ke kantin tadi. Gue lagi asyik tahu baca novelnya."

Kila belum tahu apa yang Asya alami tadi, karena Asya memang belum memberi tahunya. Bahkan Kila baru saja selesai membaca novel.

Kila membuang udara melewati mulutnya, "yaudah deh gue sendiri aja," ucapnya lalu mulai beranjak.

"Tunggu! Gue ikut."

Pada akhirnya Asya ikut Kila pergi ke kantin. Ya kali ngga ke kantin, Asya juga lapar kali. Kan tadi pagi nggak sarapan.

Di tengah perjalanannya ke kantin. Mereka melewati papan pengumuman yang sudah penuh dengan siswa laki-laki. Mereka berdesakan hanya untuk melihat apa yang ada di papan pengumuman itu.

Asya dan Kila saling berpandangan. Sepertinya mereka berdua mempunyai pemikiran yang sama. Mereka kepo dengan apa yang ada di papan pengumuman itu.

Mereka berdesakkan dengan siswa laki-laki. Beberapa kali mereka terkena sikutan namun rasa keponya lebih besar dari itu. Dan pada akhirnya mereka sampai juga persis di depan papan pengumuman.

Yah ternyata hanya pengumuman perlombaan futsal minggu depan dengan daftar nama-nama yang akan mewakili sekolah ini.

Tapi tunggu! Ada nama Barra yang tercantum di sana.

"Kil! Barra ikut!" teriak Asya kegirangan. "Ayok Kil cepat!"

Asya menarik tangan Kila menjauh dari kerumunan. Asya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Barra. Ia berjalan dengan cepat, sampai tiba di kantin.

Asya mengedarkan pandangannya. Tidak ada Barra di sana, yang Asya lihat hanya ada Alex dan Fian. Asya pun menghampiri Alex dan Fian.

"Permisi, Alex, Fian, Barra-nya mana?" tanya Asya.

Alex dan Fian pun menghentikan aktifitasnya sejenak, "di kelas," jawab Alex yang langsung di siku oleh Fian disertai pelototan tajamnya.

"Mending makan di sini aja yukk." ajak Fian mencegah Asya agar tidak ke kelas Barra. "Gue punya gombalan buat mbak Asya cantik!"

Asya hanya mengangkat kedua bahunya. "Emm bapak kamu jualan sate ya?" Fian mulai dengan aksi gombalannya.

Asya menggelengkan kepalanya, "enggak,"

Jawaban Asya membuat Fian berfikir lagi, "emm tukang sayur?" tanya nya lagi dan Asya menggeleng lagi. "Trus apa? Tukang bakso? Pengusaha? Boss?"

"Kan papah udah meninggal."

Degh!

"Sorry," Fian menangkup kedua telapak tangannya.

Asya hanya menatap aneh lalu berbalik menuju ke stand mbak Sumi. Ia membeli susu kotak rasa vanila dan roti isi coklat. Lalu beranjak dari kantin.

"Lo mau kemana? Gue belum beli apa-apa loh!" ujar Kila kebingungan.

"Ke kelas Barra, lo mau ikut?" tanya Asya menghentikan langkahnya, namun mendapat gelengan dari Kila. Jadi ia lanjutkan langkahnya lagi menuju ke kelas Barra.

Barra pasti belum makan, makannya Asya berniat membelikan susu dan roti ini kepada Barra. Asya juga akan memberi selamat kepada Barra karena lolos seleksi dan akan mewakili sekolahnya dalam perlombaan futsal.

Sepanjang perjalananya menyusuri koridor, Asya selalu tersenyum. Ia harap Barra akan suka dengan ini. Asya mencepatkan langkahnya hingga tibalah di kelas Barra. Ia masuk begitu saja.

Senyumannya memudar ketika mendapati Barra sedang duduk dengan Rara dalam satu meja. Mereka sedang membicarakan sesuatu.

Asya mencoba mengangkat kedua sudut bibirnya agar kembali tersenyum lagi. Ia mendekat ke meja yang ditempati oleh Barra.

"Hay," sapa Asya kepada Barra dan Rara. Rara membalasnya dengan senyuman, sedangkan Barra hanya menatapnya dengan datar. "Lo siswa baru disini?" tanya Asya dibalas anggukkan oleh Rara.

"Kenalin, gue Asya kelas 11 IPS 1"

"Rara, " jawabnya membalas jabatan tangan dari Asya.

Setelah itu Asya beralih menengok ke Barra yang dari Asya datang hingga sekarang hanya diam. "Nih Barr, susu dan roti buat lo." Asya menaruh bawaannya di atas meja tepat di depan Barra.

Tidak ada respon dari Barra, ia tetap diam dengan wajah datarnya. Sedangkan Rara bingung akan merespon apa, ia hanya tersenyum kikuk.

"Hm" jawab Barra hanya berdehem.

Setelah itu diam...sampai Asya kembali mengangkat suaranya.

"Kalian kok keliatan dekat banget ya?" tanya Asya mencoba mencari topik pembicaraan supaya tidak terasa kaku ditambah ingin cari tahu tentang kedekatan mereka. "Kalian udah saling kenal sebelumnya?"

"Emm sebenernya ak-" ucapan Rara terhenti.

"Bukan urusan lo," potong Barra cepat.

Rara membelalak tidak percaya dengan yang Barra katakan barusan, ia merasa Barra sangat berbeda sekali ketika berbicara antara dengan dirinya dan Asya.

"Kenapa?" tanya Asya malah semakin ingin tahu. "Gue ngga boleh tau?"

"Nggak penting." jawab Barra tanpa menatap Asya setitik pun.

Asya mengerutkan dahinya, baru pertama kali Barra meresponnya dengan cepat. Hanya saja jawabannya tidak menyenangkan, justru membuatnya tersinggung. "Kok lo gitu Barr?"

"Kenapa?" Barra menatap Asya sambil menaikkan satu alisnya.

Asya merunduk dengan menekuk wajahnya. Tidak menyangka saja, Barra yang sebenarnya akan seperti ini. Bukan hanya Asya saja yang heran dengan respon Barra barusan, beberapa siswa yang juga berada di dalam kelas pun ikut heran. Mereka menatap Asya dengan prihatin.

Jika Asya tahu Barra berbicara atau menjawab pertanyaan darinya akan seperti ini, Asya memilih Barra yang tidak meresponnya.

"Udah kan?"

Whattt!!!

Maksudnya? Apakah Barra ingin Asya cepat-cepat pergi dari hadapannya? Ok. Asya pun tidak bisa berlama-lama berada di kelas yang membuatnya panas.

Asya mengangkat dagunya, jangan sampai ia terlihat menyedihkan hanya karena ini. "Udah kok, ini mau pergi. Jangan lupa dimakan roti dan susunya." pesan Asya lalu beranjak dari kelas Barra.

Sekarang justru Barra malah merasa tidak enak dengan Asya. Terkesan tidak tahu terimakasih.

"Oh ya, selamat ya Barra lolos seleksi dan ikut pertandingan futsal minggu depan!" ucap Asya menghentikan langkahnya sejenak lalu melanjutkannya lagi. Asya keluar dengan langkah kaki yang sengaja di hentak-hentakkan.

Kesal!

_andai sakit hati bisa dilihat, kamu pasti nggak tega lihat aku yang tersakiti sama sikap dingin kamu._


🌧🌧🌧

Jangan lupa voment!
Terimakasih.


aiunda(13/10/20)

CRYING UNDER RAIN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang