11🌧

107 17 9
                                    

Part 10 skip dulu ya.

Happy reading!

🌧🌧🌧


"Heh nungguin apa? Ayo naik!"

Asya tersentak, sejak kapan seseorang dengan motor sport hitamnya itu ada di sana? Asya terlalu fokus dengan arah kanan dimana angkutan akan datang, jadi ia tidak terlalu fokus dengan sekelilingnya. Dia Arga. Apa katanya tadi? Menyuruh untuk naik ke atas motornya? Apakah cercaan se-SMA Nusa masih kurang?

"Hah?"

"Naik!"

"Tap-"

"Naik Afasya Pearly!" ulangnya dengan penuh penekanan. "Langit sudah mendung,"

Asya menatap ke arah atas, memang benar langit sudah mendung. Asya pulang lebih lambat karena diperintah untuk menata berkas milik bu Intan di ruang guru tadi. Angkutan yang tidak kunjung datang dan langit yang mulai muram membuatnya mau mengikuti ajakan Arga. Mereka pun melaju membelah jalanan.

Jujur saja baru kali ini ada cowo yang peduli banget sama Asya. Selain papah tentunya. Sejak pertemuannya dengan Arga merubah sedikit hidup Asya. Ia merasa mendapat sahabat baru yang sangat peduli setelah Kila. Dan ia senang.

Apalagi Arga gampang banget akrab, no jaim. Meski sampai kini Asya belum mengerti kenapa Arga bersikap sebaik dan seperhatian itu padanya. Biar kalian ingat lagi, bahwa Arga adalah most wanted boy di sekolahnya. Apa yang akan dilakukan jika itu terjadi pada diri kalian?

Di tengah perjalanan tiba-tiba hujan turun dengan derasnya dan Arga menepikan motornya di depan cafe sebelum mereka basah sepenuhnya. Tanpa aba-aba Arga menggenggam tangan Asya dan menuntunnya untuk menjauh dari hujan dan segera masuk ke dalam cafe. Sekali lagi, Arga menggenggam tangan Asya.

Asya berjalan mengikuti arah langkah Arga yang menuju ke bangku dekat jendela. Mereka duduk berhadapan di sana.

"Sambil nunggu hujan reda di sini dulu nggak apa-apa kan?" tanya Arga kepada Asya. Namun, Asya hanya terdiam menatap telapak tangannya sendiri. "Kenapa tangan lo? Dingin?"

Sial kenapa dia tanya kayak gitu.

"Hah? E-ggak" jawab Asya gagap. Ia memalingkan pandangannya ke arah jalanan yang terguyur hujan. Asya mencoba untuk tidak gugup karena tangannya dipegang oleh Arga barusan. Selama ini tidak ada cowok yang menyentuhnya apa lagi sampai menggenggam tangannya.

"Lo mau minum apa?"

Asya menolak tawaran Arga dengan menggelengkan kepalanya. Setelah itu Arga beranjak dari duduknya, entah dia akan kemana. Mengapa semenjak Arga memegang tangannya tadi, rasanya seperti ada sesuatu yang beda.

Tidak lama Arga datang dengan membawa secangkir coklat hangat.

"Nih minum dulu!" suruh Arga, ia menggeser cangkir itu ke Asya.

"Ng-nggak usah, mending ka-"

"Selagi masih hangat." ujarnya meyakinkan Asya.

Untuk ke sekian kalinya Asya mengalah dan menurut saja apa yang Arga suruh. Ia mengangguk pelan dan menempelkan telapak tangannya ke bagian luar cangkirnya yang terasa hangat.

Ini sedikit membuatnya merasa lebih baik.

Arga mengambil sesuatu dari dalam tasnya, ternyata itu adalah jaket yang lalu ia balutkan ke tubuh Asya. Asya hanya kaget mendapat perlakuan Arga yang manis berkali-kali.

Rasanya kek terbang!

"Kan jaket yang kemarin belum dikembalikan."

"Gue punya banyak." balasnya santai. Punya toko jaket kali. "Ya udah habiskan coklatnya, jangan cuma dipegang cangkirnya."

CRYING UNDER RAIN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang