9🌧

128 19 45
                                    

Happy reading!
🌧🌧🌧

"Bu Gian, maafin Asya ya! bukunya ketinggalan." Asya memohon maaf kepada bu Gian, penjaga perpustakaan dengan menangkup kedua telapak tangannya.

Akibat bangun kesiangan, Asya lupa untuk membawa buku perpus yang ia pinjam beberapa hari yang lalu yang seharusnya dikembalikan hari ini. Padahal bukunya sudah disiapkan di atas meja belajar tadi malam.

"Ya sudah, besok harus dibawa! Dan kamu kena denda." jelas bu Gian singkat masih sibuk dengan kegiatannya untuk menata buku di atas mejanya.

"Denda bu?" ucap Asya pura-pura kaget.

"Iya! D-e-n-d-a! Kurang jelas?" bu Gian mengeja kata 'denda' dengan penuh penekanan.

"Jelas, tapi boleh minta ke-"

"Nggak!" potong bu Gian sebelum Asya selesai mengucapkannya.

Sudah Asya duga, bu Gian mana mungkin meringankan apalagi meloloskan dirinya dari 'denda'. Ya sudahlah, memang nyatanya Asya juga salah kok mau gimana lagi.

Asya kembali ke bangku yang berada di depan rak buku. Ia duduk di sebelah Kila yang sedang sibuk mencatat kata-kata motivasi dari buku. Itu sudah biasa dilakukan Kila setiap pergi ke perpus.

"Gimana?" tanya Kila menghentikan aktifitas menulisnya sejenak karena melihat wajah Asya yang muram. "Bu Gian luluh?"

Asya melipat kedua tangannya di depan dada dan mendengus kesal. Ia gagal membuat bu Gian luluh. Memang pada dasarnya Bu Gian nggak akan pernah luluh dengan siapapun. Kecuali suaminya mungkin.

"Oh dia yang tadi pagi berangkat sama kak Arga?"

"Jangan keras-keras nanti dia dengar!"

Asya yang merasa terpanggil pun menengok ke arah belakang, dimana orang yang sedang membicarakan dirinya berada.

"Iya bener gue yang tadi berangkat sama kak Arga, emang kenapa?" celetuk Asya langsung di depan orang yang sedang membicarakannya. Kayaknya sih adik kelas. Adik kelas itu pun langsung berpindah tempat. "Jangan bikin gue tambah kesal! Kalau mau ngomongin gue di belakang aja biar gue nggak dengar!" tambah Asya sewot.

Heran saja, hari ini dirinya trending dibicarakan oleh seluruh sekolahan. Padahal hanya berangkat bersama seorang Arga. Hanya itu. Lagian Arga sendiri yang menjemputnya. Kenapa dirinya yang selalu dibicarakan yang tidak baik oleh mereka. Mana ngomongnya sinis banget lagi. Iri? Bilang karyawan!

"Eh Sya! Ceritain dong yang tadi pagi itu." Kila merapatkan posisi duduknya ke Asya. "Sejak kapan lo kenal sama kak Arga? Kok nggak pernah cerita sama gue sih!"

"Gue kenal belum lama."

"Terus kenapa dia ngajak lo berangkat bareng?"

"Mana gue tau! Tiba-tiba dia udah di depan rumah."

Kila terlihat berpikir sejenak, "Kak Arga suka kali sama lo," ujar Kila menaik turunkan kedua alisnya berniat menggodanya.

"Ya nggak lahh, secara gue sama Kak Dea jauh banget. Masa selera dia kek gue sih," Asya tersenyum kecut menghadap Kila. "Anjlok"

"Ya siapa tau."

"Nggak mungkin, Kila." Asya beranjak, berniat akan mengambil buku untuk ia baca. Masa cuma nungguin Kila nulis kan males banget.

Ia berjalan miring dengan pelan sambil melihat satu-persatu cover buku yang paling menarik. Asya tidak peduli isinya apa, yang penting covernya bagus.

Selagi Asya mencari buku untuk dibaca. Dari bangku pojok perpus ada Barra dan kedua temannya yang sedang mengerjakan tugas.

"Tau nggak yang lagi trending number one di sekolah ini?" Alex membuat Fian jadi kepo. Barra nggak sih.

"Yang tadi pagi kan?" ucap Fian memastikan dan Alex mengangguk. "Baru semalam gue bilang, tadi pagi langsung kejadian." lanjutnya dengan suara sengaja dikeraskan sambil melirik ke arah Barra.

"Gue mencium aroma-aroma Asya mau jadian sama Arga!" tambah Alex mengkompori.

Mereka berdua memang berniat untuk memanas-manasi Barra. Sedangkan orang yang dituju malah cuek-cuek saja, Barra tetap fokus dengan buku serta pekerjaannya. Dan terlihat tidak peduli.

"Barr?" Alex sengaja menyenggol lengan Barra sampai bukunya tercoret tinta.

"Ck!" decak Barra kesal dengan Alex. "Ngapa?"

"Ada Asya," ucap Alex dengan mata menunjuk ke suatu Arah. Dan Barra mengikuti arah pandang Alex. Tidak ada siapapun di sana. "Cieee nyariin!"

Sialan!

Barra mendengus kesal, ia merasa terbodohi dengan teman kampretnya. Ia melanjutkan mengerjakan tugasnya lagi.

Dan tiba-tiba Asya berada di hadapan mereka sekarang. Dengan membawa novel yang barusan ia pilih untuk dibaca, judulnya CRYING UNDER RAIN. Kebetulan banget ada Barra di sana. Ia bisa membaca didekatnya.

Barra belum menyadari keberadaan Asya di depannya. Hingga Asya buka suara, "fokus banget." Asya menyipitkan matanya. Barra yang kaget dengan suara cewe pun langsung melihat ke sumber suara.

"Barr, gue mau cari buku dulu ya." Fian menarik-narik tangan Alex supaya berpindah tempat.

Barra hanya mengumpat dalam hati.

Alex yang sadar pun mengikuti akalan Fian. Mereka berdua beranjak dari bangku itu meninggalkan Barra yang masih fokus dengan pekerjaannya dan Asya yang sudah mulai membaca novel.

Setelah keadaan sekitar sedikit sepi. Alex dan Fian juga sudah tidak nampak dari pandangannya. Mulai lah Asya dengan aksinya.

"Lo lapar ngga Barr? Nanti lo ke kantin kan? Bareng ya!"

🌧🌧🌧

aiunda(3/10/20)


CRYING UNDER RAIN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang