33🌧

78 10 13
                                    

Happy reading!

🌧🌧🌧

"Asya mohon Lepas kak!"

Sudah berapa kali Asya memohon seperti itu kepada seorang yang nggak punya akhlak kayak Dea. Pergelangannya sakit karena Dea mencengkram dengan sangat kuat.

Entahlah ia akan dibawa ke mana. Dea tidak menjawabnya meski hanya satu kata. Ia terus melanjutkan langkahnya ke arah belakang sekolah dan berhenti ketika tiba di sebelah kolam.

Kolam dengan air yang sudah berubah warna menjadi hijau ditambah katak-katak kecil yang berloncatan membuat tubuh bergidik geli.

Kini Dea mengarahkan tubuhnya hingga menghadap ke Asya. Ia menatapnya penuh benci kepada gadis dihadapannya. Karenanya tadi ia mendapat skors.

Pengalaman baru yang menyebalkan. Dea kalah debat dengan Asya sewaktu di BK tadi. Segala macam pembelaan untuk dirinya tidak mempan. Dan karena ucapan gadis di hadapannya lah yang membuat dirinya mendapat skors.

"Gara-gara lo gue dapat skors satu minggu!"

"Sok-sokan mengungkit kesalahan gue yang dulu lagi!"

"Ingat yah! Gue nggak bakal melakukan sesuatu jika orang itu nggak ngusik hidup gue duluan!"

"Orang yang pernah gue ganggu dulu termasuk lo adalah orang yang sudah berani ngusik hidup gue duluan!"

Asya baru menyadari alasan Dea menyeretnya ke sini hanya untuk membahas sesuatu yang tidak perlu dibahas. Sebuah konsekuensi yang harus diterima karena perbuatannya sendiri. Kapan sih orang ini akan sadar?

"Kak, dengar! Semua perbuatan pasti ada konsekuensinya. Kakak sadar nggak sih? Cara kakak itu salah! Kak Dea bully orang karena orang itu disukai oleh orang yang kakak suka?"

Gantian, Asya banyak bicara hari ini. Ia lelah dengan urusannya sendiri ditambah perlakuan Dea yang semakin lama semakin memberatkan bebannya.

"Arga suka sama lo sama aja bencana bagi gue! Lo nggak pernah tahu Sya! Gue sakit hati! Arga nggak pernah hargai sedikitpun perjuangan gue selama ini!"

"Harusnya lo paham! Lo juga ada di posisi yang sama dengan gue! Lo yang nggak pernah di anggap ada oleh Barra! Hanya saja ada orang yang mencintai lo meski lo nggak cinta, orang itu Arga!"

Di dengar memang menyakitkan. Kita sedang berada dalam posisi yang sama. Bertepuk sebelah tangan dan berjuang sendirian memang menyedihkan. Terlihat dari mata Dea yang berkaca-kaca sekaligus menyorotnya tajam.

"Perasaan yang bisa merasakan dan mengendalikan hanya orang itu sendiri. Asya nggak pernah tahu kak Arga suka dengan Asya dan mau Asya paksa seperti apapun Barra juga nggak akan suka sama Asya."

"Perasaan nggak bisa dipaksakan, untuk benci ataupun suka."

"Asya tahu berjuang sendirian memang menyakitkan apalagi orang yang di perjuangkan menyukai orang lain. Tapi nggak gini cara untuk menghadapinya kak!"

Asya hanya menyampaikan apa yang melintas di hatinya. Ia sedang diajarkan kuat untuk menghadapi dunia yang nggak selalu berada di pihaknya dan semua tidak akan selalu sama seperti apa yang diinginkan.

"Bacot!"

'Byur'

Air kotor dari kolam yang sudah dimasukkan ke dalam botol bekas ditumpahkan ke kepala Asya hingga seragamnya ikut basah. Entah sejak kapan Dea mengambil air itu dan memasukkannya ke dalam botol bekas. Mungkin tadi sebelum Dea membawa Asya ke sini.

"Sorry!" ucapnya tersenyum licik sambil membuang botol bekas itu sembarang. Ia menutup hidungnya rapat-rapat dan mengibaskan depan wajahnya dengan tangan yang satunya. "Hoek! Bau banget anjir!"

"Oh iya sini tas lo!" Dea menarik tas Asya begitu saja. Entah apa yang akan dilakukannya lagi.

"Jangan!" Cegat Asya menarik tasnya namun semua itu sia-sia. Teman-teman Dea berdatangan satu persatu ke arahnya dengan senyuman sumringah.

Mereka membantu Dea merebut tas itu dan menumpahkan isinya hingga berserakan di tanah. Semua buku dan alat tulis milik Asya di injak-injak oleh mereka.

"Sudah gue pindah videonya." ucap salah satu teman dari Dea.

"Bego! Kalo mau bahas itu lihat situasi!" ujar Dea sambil melotot.

"Video?"


🌧🌧🌧

Jangan lupa voment!
Terimakasih.

aiunda(03/11/20)

CRYING UNDER RAIN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang