Happy reading!
🌧🌧🌧
Afasya Pearly
Hidup itu penuh misteri ya. Nggak semua berjalan mulus seperti apa yang kita mau. Jelas kalau aku sebagai manusia menginginkan hidup yang enak, damai, bahagia, dikelilingi oleh orang-orang baik.
Tapi kehidupan yang sebenarnya jauh berbeda dengan seperti apa ekspektasi aku. Bukannya aku nggak pernah ngerasa bahagia. Hanya saja aku baru ngeh kalau hidup itu ada yang namanya masalah, ada masanya kita terpuruk, lemah, dan jatuh sejatuh-jatuhnya.
Aku nggak tahu fase apakah ini.
Pengin banget di posisi seperti aku ini ada yang nenangin supaya aku ngerasa aman. Walaupun aku sudah berusaha menganggap semua ini baik-baik aja.
Aku bisa bohong sama orang lain kalau aku baik-baik aja. Tapi aku nggak bisa bohong sama diri aku sendiri meski udah menganggap baik-baik aja. Entahlah setiap aku sendirian pasti aku bisa nangis dan baru bisa ngerasain sakit yang sedang aku alami.
Nggak ada yang tahu selemah apa aku ini. Aku nggak sekuat yang mereka kira, aku sama kayak mereka semua yang bisa nangis di depan, bisa marah langsung, bisa keluarin semua yang lagi dirasakan secara langsung. Bedanya aku pandai bohong, dengan cara meluapkan semuanya di belakang.
Aku nggak cerita ke siapa-siapa tentang seburuk apa keadaan aku sekarang. Bukannya nggak ada yang bisa diajak cerita, aku bisa cerita ke Kila atau ke mamah.
Tapi menurut aku kayak percuma aja menceritakan dan bikin orang lain jadi tahu tapi nggak merubah apapun dan hal itu nggak bikin semua kembali seperti keadaan yang sebelumnya.
Biasanya aku cuma bisa diam dan nunggu sampai aku kembali baik-baik aja. Kedengaran sulit dilakukan tapi kalau menurut orang kayak aku yang udah terbiasa itu mudah-mudah aja. Yang penting mencoba ikhlas dulu.
***Asya sekarang sedang berdiri di depan foto alm.papahnya. dengan menaruh telapak tangan kanannya ke foto itu dan menatapnya dalam.
Masa kecilnya kembali teringat dalam benaknya. Ketika ia sedang asyik bermain dengan papahnya dulu. Asya sangat ingat raut wajah papahnya yang sedang tertawa lepas melihat dirinya kesenangan karena melihat gelembung waktu di taman belakang rumah.
Asya tidak pernah menyangka papah bakal pergi secepat itu. Waktu itu, Asya masih duduk di bangku kelas 4 SD. Papah meninggal karena sakit jantung yang dideritanya.
Asya nggak pernah diizinkan menjenguk papah di rumah sakit dengan alasan belum cukup umur karena biasanya minimal umur 12 tahun yang boleh masuk. Asya nyesel nggak ada di sebelah papah waktu papah menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya.
Andai kedua orang tuanya sedang berada di sampingnya sekarang. Asya akan bercerita tentang apa yang sedang dialaminya. Sebuah fase aneh yang membuat dirinya bingung. Iya bingung akan menghadapinya seperti apa.
'Ting... Tingg'
'Drttdd'
Bunyi notifikasi beruntun dari HP-nya membuat Asya tersadar dan segera mengeluarkan HP dari saku seragamnya. Aneh sekali notifikasi beruntun itu masuk ke WA dan Instagramnya secara bersamaan.
Belum Asya buka, ia hanya membacanya dari bilah status. Soalnya pesan itu sangat banyak dan terus-menerus masuk. Teror?
Isi pesan yang sudah sempat Asya baca berasal dari nomor dan akun yang asing menurutnya dan jumlahnya pun lumayan banyak. Semua pesan-pesan itu sama-sama berisi penghinaan untuk dirinya dengan kata 'murahan!' Dan [#murahan] dalam komen di postingan Instagramnya.
Asya jadi merasa takut karena ini. Refleks Asya menjatuhkan HP-nya ke lantai dan tidak berani menatapnya lagi. Siapakah dibalik teror pesan dan tagar itu?
Misteri?
🌧🌧🌧
Jangan lupa voment!Terimakasih.
aiunda(26/10/20)
![](https://img.wattpad.com/cover/242437159-288-k190357.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CRYING UNDER RAIN [Selesai]
Ficção AdolescenteDipaksa selesai sebelum dimulai. - - - 📌Jangan lupa voment & share! 📌Mau follback atau feedback, DM aja. #1 primily [26/10/21] #1 adikkelas [23/01/22] #1 barra [04/02/22]