⚠
Happy reading!
🌧🌧🌧
Apakah masih ingat dengan awal di cerita ini? Itu adalah keadaanku sekarang! ~Asya
Hari ini adalah hari pertama Asya masuk sekolah lagi. Ia merasa semua berbeda sekarang. Asya tidak punya semangat lagi untuk ke tempat ini. Entah itu Kila yang ingkar janji atau pun Barra yang menyebalkan. Asya sudah tidak berharap berlebihan lagi tentang cowok dingin itu.
Semua terasa mengecewakan.
Asya berjalan menyusuri koridor. Melewati banyak siswa. Mereka memandang Asya dengan tatapan aneh. Tidak hanya itu, mereka juga berbisik-bisik dengan temannya. Mungkin mereka membicarakan dirinya yang waktu itu pergi ke bar. Mungkin mereka tidak menyangka gadis sepertinya pergi ke tempat seperti itu.
Asya bisa saja menangkis berita itu. Hanya saja ia tidak mau buang-buang waktu untuk membahas hal yang nggak begitu penting. Lama-lama mereka bakal tahu kebenarannya.
Ada hal lain yang lebih penting. Video Kila yang mencoba mengambil soal penilaian sudah tersebar. Asya benci dengan yang menyebarkan video itu. Mengapa dia masih saja mengurusi hal buruk kepada seseorang yang sudah tidak ada di dunia.
Asya melangkah masuk ke dalam kelasnya. Menatap dua bangku yang masih kosong. Bangku miliknya yang banyak dipenuhi coretan spidol permanen dan bangku sebelahnya. Bangku milik Kila.
Ia duduk di bangkunya dan membenamkan kepalanya dalam lipatan tangan. Ia sedih dan tidak mau berbicara dengan siapa pun untuk saat ini.
Speaker dalam kelas tiba-tiba berdengung memekikkan telinga. Ada suara yang muncul dari sana.
"Panggilan untuk siswa bernama Afasya kelas 11 IPS 1 untuk menuju ke ruang BK sekarang juga! Sekali lagi, panggilan untuk siswa bernama Afasya kelas 11 IPS 1 untuk menuju ke ruang BK sekarang juga. Terima kasih."
Asya beranjak dengan malas. Bisikan-bisikan itu mulai ia dengar kembali saat berjalan menuju ruang BK, namun Asya tidak peduli.
Asya membuka pintu dan masuk ke ruang BK. Ia mengedarkan pandangannya sudah ada Dea dan sembilan temanya berdiri menyamping menatapnya sinis. Ada juga pak Joko-guru BK dan pak Pradipta-kepala sekolah di ruangan itu.
"Ada apa bapak panggil saya ke sini?" tanya Asya kepada pak Joko.
"Afasya, silahkan duduk." ujar pak Joko mempersilahkan Asya untuk duduk. Dan Asya menurutinya untuk duduk di kursi depan meja berhadapan dengan pak Joko. Terpaksa. Asya memang selalu malas jika berurusan dengan kakak kelasnya.
"Maaf menganggu waktu pagi kamu. Saya ingin menanyakan tentang suatu hal." pak Joko menunjukkan handphonenya kepada Asya. Lebih tepatnya menunjukkan foto yang tertera di sana. Fotonya saat di bar. Entah siapa yang sudah berani menangkap gambarnya pada saat itu. "Ini foto kamu?"
"Iya, benar." jawab Asya singkat setelah mengamati foto itu sekilas, ia mendapat senyuman miring dari Dea. Ya itu memang benar adanya tidak mungkin ia akan mengelak.
"Kamu mengajak mereka ke tempat itu? Kalian itu masih SMA jangan aneh-aneh karena semua itu sekolah bisa kena imbasnya nanti. Apa yang kalian lakukan di sana?"
Mendapat pertanyaan itu, Asya beralih menatap Dea tajam. Asya curiga Dea sudah mengadu yang tidak-tidak kepada pak Joko sebelumnya. Dia memang selalu mengada-ada dan melebih-lebihkan atau bahkan memutar balikkan fakta. Dea memang bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRYING UNDER RAIN [Selesai]
Dla nastolatkówDipaksa selesai sebelum dimulai. - - - 📌Jangan lupa voment & share! 📌Mau follback atau feedback, DM aja. #1 primily [26/10/21] #1 adikkelas [23/01/22] #1 barra [04/02/22]