Happy reading!
🌧🌧🌧Asya baru saja keluar dari kelasnya. Ia keluar paling akhir karena hari ini ia mendapat tugas piket kelas.
Pandangannya mengarah ke atas, ke kelas Barra. Namun sudah tidak ada siapapun di atas. Mungkin Barra sudah keluar.
Jadi Asya memutuskan untuk langsung keluar dari sekolahan. Hingga tiba di depan gerbang, Asya melangkahkan kakinya menuju ke halte yang hanya berjarak beberapa meter saja dari posisinya sekarang.
Ternyata Barra sedang duduk di halte depan sekolahan. Tapi tunggu, Barra tidak sendiri. Barra duduk di sebelah siswa baru yang Asya sendiri belum mengetahui namanya.
Angkutan yang ia tunggu telah datang. Barra dan cewek itu naik duluan dilanjutkan beberapa siswa lainnya dan yang terakhir Asya.
Di dalam angkutan sebenarnya Asya ingin duduk di sebelah Barra seperti biasa. Namun, sudah didahului oleh cewek itu. Hanya ada satu bangku kosong di depan bangku yang Barra tempati dan Asya memutuskan untuk duduk di bangku kosong itu.
Selama perjalanan pulangnya, Asya mendengar perbincangan Barra dengan cewek itu. Terdengar Asyik. Tidak seperti ketika berbicara dengan Asya. Sangat berbeda sekali.
"Barr, rumah lo masih sama kan?" tanya cewe itu dengan suara yang terdengar lembut.
"Masih, mampir?" tawar Barra. Asya tidak suka mendengar apa yang Barra ucapkan barusan. Panas.
Sejauh ini Asya tidak pernah ditawari main ke rumah Barra atau kemana pun itu bahkan ke kelasnya saja Asya tidak pernah diajak.
"Maaf ya Barr, bukannya gue ngga mau. Gue sama orang tua gue mau beresin rumah yang baru." ucapnya sedih. "Mungkin lain waktu,"
"Gue tunggu!" ucap Barra menanti kedatangan Rara ke rumahnya.
Asya mendengar perbincangan itu dengan dada yang sesak. Ketika Barra di ajak berbicara oleh Asya, respon Barra tidak secepat itu dan kalimatnya tidak sepanjang itu.
Namun ketika berbicara dengan cewek yang ada di sebelah Barra saat ini. Mereka nampak asyik-asyik saja seperti berbincang pada umumnya.
Memangnya Asya kurang asyik ya? Padahal nyari topik pembicaraan itu susah loh. Sepanjang perjalanan Asya hanya fokus pada perbincangan mereka hingga sampai di halte tujuan ketika kernet berteriak, "halte 3!"
"Rara, gue duluan." Pamit Barra sebelum turun dari angkutan. Barra pun turun dan Rara masih dalam angkutan karena rumahnya masih jauh. Asya jadi tahu nama cewek itu setelah Barra menyebut namanya barusan.
Gerimis menyapa Barra dan Asya ketika turun dari angkutan. Kali ini Asya tidak menyapa atau basa-basi apapun itu kepada Barra. Ia berjalan melewati Barra begitu saja tanpa menengok atau melirik sedikitpun.
Moodnya sudah hancur!
Hari ini adalah hari yang paling menyebalkan baginya. Tadi pagi ia diancam kakak kelasnya. Tadi siang ia melihat ke uwuan Barra dengan siswi baru. Dan barusan? Barra terlihat akrab dengan Rara?
Bukan hanya itu. Asya juga merasa capek!
Gerimis yang semakin rapat tidak dipedulikannya. Lagian besok libur, mau hujan-hujanan sampai seragamnya basah pun tidak masalah.
Asya menghentakkan kaki di setiap langkahnya. Anggap saja ini sebagai pelampiasannya. Maaf aspal.
cemburu? Emang aku siapanya dia?
🌧🌧🌧
Jangan lupa voment
Terimakasih.aiunda (8/10/20)

KAMU SEDANG MEMBACA
CRYING UNDER RAIN [Selesai]
Novela JuvenilDipaksa selesai sebelum dimulai. - - - 📌Jangan lupa voment & share! 📌Mau follback atau feedback, DM aja. #1 primily [26/10/21] #1 adikkelas [23/01/22] #1 barra [04/02/22]