Happy reading!
🌧🌧🌧
"Kil! Lo mau bawa gue ke mana?!" tanya Asya ketika Kila membawanya ke parkiran. Ia tidak bisa berjalan dengan baik karena kepalanya masih pusing.
"Kita pulang." jawab Kila lalu membantu Asya memasuki mobilnya. Kila membawa mobil karena ia sudah bisa membawanya sendiri. Seperti ketika ia berangkat ke bar tadi.
"Tapi urusannya belum selesai!!!"
Kila menoleh ke sebelahnya, menatap Asya dengan penuh penyesalan lalu memegang salah satu tangannya erat. "Sya, lo sudah tahu semuanya! Nggak perlu cari tahu lagi!"
"Sekarang lihat keadaan diri lo sendiri!! Lo masih mau bertahan di tempat tadi?" tanya Kila yang mulai menjalankan mobilnya. "Lo bisa marahin gue! Caci maki gue! Apapun itu bisa lo lakukan sepuas lo kalau lo udah ngerasa baik."
Hujan turun dengan begitu derasnya. Namun, keadaan yang sedang Asya alami begitu membuat dirinya merasa panas. Entah panas karena keadaan atau karena minuman itu.
"Cukup Kil!" ucap Asya dengan nada tinggi sambil menutup kedua telinganya. "Gue nggak nyangka lo ngelakuin itu ke gue! Lo ingat kan ketika lo terpuruk, sedih, dan butuh seseorang? Gue selalu ada buat lo Kila!"
"Gue nggak minta lo untuk selalu ada buat gue, setidaknya nggak bikin hidup gue semakin kacau. Tapi lo ngelakuin itu Kila! Lo bikin gue ngerasa semakin buruk!"
Entah sadar atau tidak Asya telah mengeluarkan kata-kata yang mungkin bisa menyakiti hati. Ia melepas genggaman Kila lalu menatap lurus ke depan.
"Lo melakukan semua demi keuntungan lo sendiri?"
"Egois tau nggak!"
Kila hanya bisa menangis karena menyesal. Ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut Asya terus memutar di kepalanya dan menusuk di hati.
Kila merasa ucapan Asya memang benar, sama seperti kenyataannya. Dirinya hanya bisa membuat hidup orang lain menjadi semakin kacau. Bukan hanya kedua orang tuanya saja yang merasa seperti itu, tapi sahabatnya juga.
"Sya, gue diancam banyak sama mereka. Gue tahu gue salah, gue emang salah Sya, dari awal juga gue yang salah. Harusnya gue biarkan mereka kirim video itu tanpa bikin gue susah payah ngelakuin hal bodoh ke lo." jelas Kila bergetar dengan dada naik turun nafasnya tidak beraturan karena ia menangis.
"Sepenting itu? Memangnya video apa?!"
"Video gue yang ketangkap basah curi soal penilaian. Saat itu gue takut Dea lapor ke guru. Gue asal ngomong, kalau gue mau ngelakuin apa aja yang dia suruh asalkan kak Dea tutup mulut dan hapus video itu. Dia nyuruh gue ngelakuin hal yang sebenarnya gue nggak mau! Butuh seribu satu kali buat mikirin itu yang akhirnya gue mau! Tapi apa? Setelah gue sudah melakukan semua mau kak Dea, dia nggak mau hapus videonya."
"L-lo ngapain ngelakuin itu Kil! Lo kan pintar!"
"Kata siapa gue pintar?! Nilai gue nggak pernah terlihat sempurna di mata orang tua gue, Sya! Bahkan nilai 9 pun masih dianggap kurang! Gue jadi semakin yakin kalau gue emang nggak berguna."
Orang tua tidak akan pernah tahu betapa stres anaknya ketika di belakang. Berani melakukan berbagai cara tanpa pernah memikirkan dampak buruknya. Hanya satu yang terpenting, orang tuanya bangga dengannya.
"Maafin gue, Sya."
"Maaf, Sya."
"Maaf." Kila tiada henti-hentinya meminta maaf kepada Asya. Dan Asya sendiri hanya diam dengan isakan tangisnya. "Gakpapa kalau gue sudah nggak dianggap sahabat lo lagi, setidaknya lo maafin gue. Bagi gue, lo tetap sahabat gue Sya."
"Maafin gue yah!"
Asya memalingkan wajahnya menatap jalanan yang basah diguyur derasnya hujan. Sederas itu pula air mata mengalir membasahi pipinya sekarang. Ia hanya diam sambil memejamkan matanya, ia diam bukan berarti ia tidak memaafkan Kila. Namun rasa kecewa membuat mulutnya enggan untuk membuka suara.
Cahaya lampu berwarna kuning menyilaukan membuat Asya membuka matanya kembali. Sedangkan Kila menundukkan kepalanya karena silau. Cahaya kuning itu berasal dari... Sepertinya bukan lampu penerangan jalan, melainkan dari sebuah truk yang mengarah ke mobil yang sedang mereka kendarai.
Kila kehilangan kendali mobilnya dan..
'Duaarr..'
-
-
Kalian bisa tahu apa yang telah terjadi.
-
-
Telinga Asya berdengung sangat kencang. Kepalanya semakin sakit dan kening sebelah kanannya meneteskan cairan merah karena baru saja terbentur dashboard di hadapannya. Ia melihat ke arah lengannya yang terluka karena sayatan pecahan kaca mobil bagian depan.
Banyak orang yang menghampiri mobil yang mereka naiki. Ada yang berusaha membuka pintunya dan ada pula yang hanya berteriak tidak jelas. Entahlah suara-suara itu tidak enak didengar.
Bagaimana dengan...Kila???
Asya menoleh ke sebelahnya, menatap Kila yang sudah tidak bisa Asya jelaskan. Tubuhnya gemetar ketika melihat kondisi Kila yang sudah bersimbah darah. Ia merasa oksigen di sekelilingnya semakin menjauh. Tubuhnya sangat lemas sekarang.
Sebenarnya apa yang terjadi barusan? Asya mematung karena ia sendiri bingung. Kejadiannya begitu cepat. Setelah itu, kepalanya tiba-tiba terasa sangat sakit hingga semuanya menjadi... Tak terlihat dan gelap.
_🌧🌧🌧_
###
End
Terimakasih sudah baca cerita aku sampai selesai.
Jangan lupa voment!
Terimakasih!!!aiunda (08/11/20)
![](https://img.wattpad.com/cover/242437159-288-k190357.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CRYING UNDER RAIN [Selesai]
Ficção AdolescenteDipaksa selesai sebelum dimulai. - - - 📌Jangan lupa voment & share! 📌Mau follback atau feedback, DM aja. #1 primily [26/10/21] #1 adikkelas [23/01/22] #1 barra [04/02/22]