37🌧

81 11 10
                                    

Happy reading!

🌧🌧🌧

Satu minggu telah terlewati...

Asya sama sekali belum mendapatkan hasil dari penyelidikannya. Tentang nomer dan akun tidak dikenal itu. Sangat sulit untuk mencari tahu karena tidak ada yang membantunya. Asya juga belum menceritakan tantang itu kepada siapapun termasuk Kila, Arga, apalagi mamahnya.

Dalam waktu satu minggu itu juga Asya mendapat pesan itu terus menerus setiap harinya. Bahkan saat jam pelajaran dimulai pun hpnya terus bergetar karena notifikasi itu masuk.

Pesan itu tidak membuatnya down atau membuat dirinya terpuruk. Seakan ini adalah sebuah permainan teka-teki yang harus dipecahkan. Asya justru dibuat kepo, ia terus bertanya-tanya siapa dibalik teror itu.

Kini Asya sedang berjalan menuju lapangan bersama Kila. Pertandingan futsal antara team SMA Nusa dengan team SMA Garuda sebentar lagi akan dimulai.

Mereka berdua duduk tribun bagian tengah. Seperti yang kalian tahu, Asya takut bola tapi ia pun ingin menonton pertandingannya. Aneh.

Benar saja, tidak lama pertandingan pun dimulai. Asya berteriak menyemangati team dari sekolahnya. Ia terlalu bersemangat dan ikut heboh mensupport team dari sekolahnya.

"Kil, kok gue nggak lihat Barra yah?" tanya Asya kepada Kila dengan mata mengedar ke seluruh lapangan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan cowok dingin itu. Bahkan di bangku cadangan sekalipun.

"Mana gue tahu." jawab Kila acuh. Heran saja dengan Asya, sudah disakiti berkali-kali dan diabaikan masih saja mengharapkan cowok sok cuek itu. Kapan gadis ini akan sadar. "Barra aja terus, lo pikun udah berkali-kali disakitin?"

"Ingat kok, gue juga udah nggak dekat-dekat lagi meski gue masih suka." ucapnya jujur.

"Bagus deh, kalo bisa nggak usah suka lagi sam-"

"GOOOAAAALLLLLL!!!!" teriak Asya ketika team dari sekolahnya berhasil memasukkan bola ke gawang lawan. Dan Kila hanya memutar bola matanya jengah karena menyadari ucapannya tidak didengar oleh Asya.

"Kil, gue ke kantin dulu ya. Beli camilan biar kita nonton sambil makan." ujar Asya lalu diangguki saja oleh Kila. Kebetulan pertandingan berhenti karena waktu istirahat antara dua babak.

Asya pun segera pergi ke kantin, membeli makanan untuk ia makan sambil menonton. Ia terburu-buru karena mungkin beberapa menit yang akan datang pertandingan akan dilanjutkan kembali.

Setelah mendapat apa yang diinginkannya, Asya kembali berjalan menuju ke tribun. Namun langkahnya terhenti ketika HP-nya bergetar tanpa henti. Lagi.

Asya meraih HP itu dari saku seragamnya. Sudah Asya duga, pesan-pesan itu bermunculan lagi. Dengan kata-kata mencela dirinya seperti kata 'murahan'

Ah sudahlah. Asya melanjutkan langkahnya. Ia mencoba untuk mengabaikan pesan-pesan itu. Suatu saat pasti Asya tahu siapa pelaku dibalik semuanya.

Ia berjalan dari belakang Kila yang sedang fokus dengan HP-nya. Tapi tunggu! Ia sedang membuka chat room di WhatsApp sambil men-scroll ke atas bawah.

Asya membelalak ketika ia telah berhasil membaca pesan-pesan itu. Kila melakukan spam ke kontak itu sama persis dengan spam chat yang bermunculan di hp nya.

 Kila melakukan spam ke kontak itu sama persis dengan spam chat yang bermunculan di hp nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kil"

Kila tersentak dan langsung berbalik menatap Asya yang sudah berada di belakangnya. Ia pun segera berdiri dan memasukkan HP-nya ke dalam saku.

"Mm.. Lo sudah beli camilannya? Kok cepat banget?" tanya Kila mencoba mencari-cari topik pembicaraan. Ia terlihat gugup.

"Barusan yang lo buka chat room siapa, Kil? Kok spam?"

Kila menelan salivanya susah payah dan mencoba bersikap sebiasa mungkin. "Itu sama sepupu gue, gue spam karena gue takut aja nanti nggak dijemput pulangnya... He he"

"Spam dengan kata kotor? Minta jemput tapi ngetiknya pakai kata 'murahan'?"

Jantungnya berdegup begitu kencang, apa yang akan ia jelaskan kepada Asya soal ini? Apa alasan yang akan ia katakan kepadanya.

"Kil! Gue tanya sama lo!" Asya menggoyang-goyangkan bahu Kila.

Dengan sigap Kila menarik pergelangan Asya menjauh dari tribun. Entah ia akan membawa Asya kemana. Akankah ia menjelaskan semuanya.

"Stop Kil!" Asya melepas genggaman Kila dan menghentikan langkahnya. Kila pun berbalik menghadap Asya. Sekarang mereka berada di lorong koridor yang sepi. "Lo mau bawa gue kemana?"

"Sya, gue bisa jelaskan tapi nggak di sini. Ini nggak seperti apa yang lo lihat barusan. Gue bisa jelaskan sedetail mungkin tentang itu."

Asya tertawa kecut, "Jadi apa yang gue duga itu benar?" Ucapnya sambil membuka chat room di WhatsApp-nya lalu menunjukkannya kepada Kila.

Asya tertawa kecut, "Jadi apa yang gue duga itu benar?" Ucapnya sambil membuka chat room di WhatsApp-nya lalu menunjukkannya kepada Kila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kila hanya bisa diam dan tak henti-hentinya menelan salivanya. Kila tidak yakin dengan penjelasannya nanti akan didengar dan dipercaya atau tidak oleh Asya.

"Maksudnya apa?!"

"Mau bikin gue semakin down?"

"Gue nggak nyangka seorang sahabat ngelakuin hal kayak ini!" ucap Asya pelan dan sangat menusuk di hati Kila. Asya memalingkan pandangannya dan langsung pergi dari hadapannya.

🌧🌧🌧

Bro? Jangan lupa voment!
Terimakasih.

aiunda(04/11/20)

CRYING UNDER RAIN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang