Please! Kabulkan permintaan aku.
Coba kalian dengar lagunya dulu, dengarkan dan rasakan.
Kalau bisa sambil baca sih, tapi kalau bisa.Udah?
⚠Part ini di ketik dengan perasaan.
Happy reading!
🌧🌧🌧
_Kadang tumbuh dewasa itu tentang bagaimana cara kita berdamai dengan rasa sakit._
Barra diam dengan mata masih menatapnya dingin. Sedingin air hujan yang membasahi mereka berdua sekarang. Sedangkan Asya, ia ingin menikmati tatapan Barra yang dingin. Ya, tatapan yang biasa Barra berikan padanya. Asya tidak melihat sedikit pun rasa suka dari Barra untuknya.
"Barra, gue janji nggak akan ganggu lo lagi setelah ini."
Satu kalimat sudah lolos dari bibir mungil Asya. Ia mengatakannya dengan lancar meski ia butuh seribu kali untuk memikirkannya sebelum ini.
Asya mendapat tatapan penuh tanya dari Barra. Namun cowok itu masih saja diam. Gengsinya terlalu besar jika itu hanya untuk bertanya.
Asya sudah memutuskan ini, dan ia juga sudah memikirkannya tadi malam. Sebenarnya ia tidak akan mengatakannya secepat ini. Tapi mengingat Asya mendapat skors dua minggu ke depan memaksanya untuk mengatakannya sekarang.
"Hari itu adalah hari terakhir gue ganggu lo."
"Permintaan lo yang nyuruh gue jangan ganggu satu hari akan gue kabulkan bahkan untuk nanti, besok, atau seterusnya."
"Dan sekarang-"
Asya menggantung ucapannya. Ia butuh energi untuk mengatakan ini dengan bibir tersenyum. Ia ingin mengakhirinya dengan bahagia seperti saat ia memulainya. Ini aneh, mengapa rasanya justru sangat sakit.
"Gue minta maaf karena udah mencintai terlalu jauh dan berharap berlebihan."
Barra menunduk. Ia sudah membuat seorang perempuan selain ibunya menjadi patah hati.
"Lo senang kan, Barr?"
Bodohnya dia bertanya seperti itu. Ia masih mempertahankan senyumnya. Ini berat. Asya memaksa cintanya sendiri untuk berhenti pada orang yang selalu ia harapkan perasaanya. Asya ingin mencobanya sekali lagi.
Namun, ia sudah tahu apa yang terjadi jika ia melakukannya. Itu sama saja mengulang hal bodoh yang bisa menyakiti dirinya sendiri.
Untuk apa mencintainya sederas hujan, jika dia memilih untuk berteduh?
Barra kembali menatap Asya. "Udah nggak cinta?" tanya Barra menatap Asya lebih dalam.
Bagaimana bisa seseorang menghapus perasaanya terhadap seseorang yang lain secepat itu. Mungkin tidak ada satu pun yang bisa. Jika bisa, mungkin perasaan itu hanyalah sebuah candaan.
"Rasa itu nggak akan bisa hilang dengan mudah, Barra. Gue nggak berhenti untuk mencintai, tapi gue hanya berhenti untuk menunjukkannya."
"Gue rasa semua yang gue lakukan nggak ada gunanya." tambah Asya memasang hati sekuat baja. Ia menahan air matanya agar tidak tumpah di hadapan Barra.
Tidak ada yang bisa Barra lakukan selain merasakan kesesakkan itu dalam hatinya secara diam-diam. Bahkan ia merasa ada hantaman yang cukup keras di dadanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/242437159-288-k190357.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CRYING UNDER RAIN [Selesai]
Dla nastolatkówDipaksa selesai sebelum dimulai. - - - 📌Jangan lupa voment & share! 📌Mau follback atau feedback, DM aja. #1 primily [26/10/21] #1 adikkelas [23/01/22] #1 barra [04/02/22]