20🌧

107 14 19
                                    

Happy reading!

🌧🌧🌧

"Dadahhh Asya!!" teriak Kila dari dalam mobil jemputannya. Dan Asya melambaikan tangannya ke arah Kila sambil tersenyum. Lalu mobil Kila melaju.

Asya ikut senang, sepertinya Kila sudah baikan dengan orang tuanya. Asya harap Kila dan keluarganya selalu harmonis.

Asya memandang langit yang sudah gelap. Mungkin hanya beberapa menit lagi hujan akan turun. Asya melangkahkan kakinya ke halte depan sekolahnya. Ia duduk di sana, sambil menunggu angkutan.

Tidak berselang lama, Barra dan Rara datang bertepatan dengan datangnya angkutan yang Asya tunggu. Mereka langsung naik bersama.

Di dalam angkutan, Asya tidak duduk di sebelah Barra. Apa yang terjadi dua hari yang lalu terulang lagi. Barra duduk bersebelahan dengan Rara sambil berbincang.

Asya hanya bisa menutup kupingnya sepanjang perjalanan dengan mata memandang keluar jendela memandang hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya. Ia tidak mau mendengar percakapan Barra dan Rara yang duduk tepat di belakangnya.

Cie jealous!

Hingga tiba di halte tujuan. Asya segera turun diikuti Barra di belakangnya. Mereka duduk bersama di halte. Hanya ada mereka berdua di sana. Terjebak oleh hujan.

Asya merogoh tasnya, ia mencari sesuatu cukup lama. Dan akhirnya ketemu! Asya mengeluarkan sebuah payung berwarna pink yang sudah disiapkannya dari kemarin di dalam tasnya.

Matanya tak sengaja melihat Barra yang tengah duduk dengan mengangkat satu kakinya sambil memandang hujan.

Jika Asya pulang duluan, nanti Barra sendirian di sini. Asya pernah ngerasa kayak gitu. Ditinggal di tengah hujan itu ngga enak, Dingin, Sepi. Meski Barra membuat dirinya tersinggung tadi pagi tapi tetap saja Asya tidak tega dengannya.

Asya menatap payung di tangannya. Ia berdiri dari duduknya dan melangkah mendekati Barra. Asya menyodorkan payung pink miliknya kepada Barra. Dan Barra mendongak menatap Asya dengan bingung.

Tanpa berbicara, Asya meletakkan payungnya di atas telapak tangan Barra. Ia sedang malas berbicara dengan Barra. Ia juga kesal karena Barra terlalu lama untuk merespon sesuatu, apa-apa harus ia yang memulai.

Setelah itu? Asya pergi meninggalkan Barra yang masih duduk di halte. Ia rela menerobos derasnya hujan hanya karena ia tidak tega dengan Barra.

Asya mencepatkan langkahnya sambil melindungi wajah dengan telapak tangannya. Namun tiba-tiba Asya merasa sudah tidak ada lagi tetesan air hujan yang mengenainya. Sontak ia menghentikan langkahnya dan mendongak mengarah ke atas. Sebuah payung berwarna pink melindungi dirinya?

Ia menengok ke belakang, ia melihat ada Barra tepat di belakangnya. Kini wajah Asya hanya berjarak beberapa centi saja dengan wajah Barra. Ia menelan salivanya susah payah dengan tetap diam dan menahan nafasnya.

Takut nih nafasnya bau baksonya mbak Sumi. Hehe nggak! Canda.. Enak aja, nafasnya bau permen dong.

"Jangan lupa nafas!" perintah Barra karena ia sama sekali tidak merasakan deru nafas dari Asya. Dan fyuurrr aroma mint tercium dari mulut Barra.

Saat itu juga Asya tersadar dan mencoba bersikap senormal mungkin di hadapan Barra. "L-lo ngapain?" tanya Asya sambil mengusap wajahnya yang terkena air hujan barusan.

"Ayo jalan! Gue antar lo sampai ke rumah."

Asya mengerjap-kerjapkan matanya beberapa kali dan masih setia memandang wajah Barra. Ini benar-benar Barra atau dirinya saja yang merasa ada Barra di sana?

Jika halu, hebat banget bisa terasa senyata ini!

"Kenapa liat gue kayak gitu?" tanya Barra menatap Asya aneh. Asya menampar pipinya sendiri. Sakit!

"Barr... Lo beneran Barra?" Ah pertanyaan bodoh, jelas-jelas yang dihadapannya adalah Barra!

"Setan," ucapnya pelan dengan nada datar.

Receh lo Barr!

'Tin!'

Suara klakson mobil membuat mereka sadar kalau mereka sedang berada di tengah jalan. Mereka menepi ke pinggir jalan lalu mobil itu melaju melewatinya.

"Ayo cepetan, udah sore."

Barra benar-benar mengantarnya sampai ke rumah. Setelah sampai di rumah, baru Barra pulang meminjam payung Asya. Barra mengantar Asya bukan karena dirinya kasihan atau sudah mulai suka. Tapi, ia tidak enak jika membiarkan Asya kehujanan sedangkan dirinya enak-enakan pakai payung.

🌧🌧🌧

Jangan lupa voment!
Terimakasih.


aiunda (14/10/20)

CRYING UNDER RAIN [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang