Meet

940 47 2
                                    

Kalya kini mengomeliku dengan jelas, aku sampai khawatir Rendra yang sekarang tenang dan istirahat, jadi terganggu kemudian terbangun.

Namun menghentikan Kalya yang sedang marah sama saja dengan menuai petaka baru, jadi diam adalah pilihan terakhirku.

"Untung aja ada Daddy nya," tutup dia di akhir omelannya.

Bagaimana aku bisa tau kalau dia sudah mengusaikan semua ocehannya? Kalya sudah meminum teh ocha buatanku artinya dia sudah lelah. Atau mungkin dia sudah sadar kalau segala kemarahannya sudah tidak berarti lagi.

Sekali lagi, Rendra sudah tidur di kamarnya. Lagipula siapa sih yang mengabari Kalya kalau Rendra dikatakan hilang di mall? Pasti suaminya! Aku heran bagaimana bisa sehari saja lelaki itu tidak bergossip.

"Besok lo lunch sama si ibu yang nganter Rendra ke pusat informasi? Siapa sih namanya?"

"Annabella." aku menjawab singkat.

'Berkat' AAnnabella, perempuan muda yang kebetulan sedang berbelanja dan menemukan Rendra yang katanya kebingungan, padahal semua baik-baik saja.

Aku harus bersyukur.

Seharusnya begitu, tapi entah kenapa aku sedikit kesal bahwa seharusnya mereka tidak perlu heboh seperti sekarang.

Kejadian yang benar adalah, anakku melihat gundam dan dia memang lelaki kecil berusia belum genap empat tahun yang menyukai gundam. Anakku sebenarnya tidak hilang, tidak tersesat. Jadi tolong, semuanya. Berhenti mengatakan aku adalah ibu yang tidak becus, karena hanya demi mengangkat telfon klien anakku jadi hilang.

Itu tidak benar.

Rendra betul-betul melihat gundam, sementara aku mengangkat telfon dan kemudian Rendra secara impulsif berlari mengejar badut yang wara-wiri di sekeliling counter smarthphone, kemudian sedetik selanjutnya dia tidak kelihatan.

Itu wajar.

Di rumah pun ketika anak kalian berlarian dikoridor sedetik kemudian di ruang tamu, itu wajar. Amat sangat wajar.

"Lo cancel lunch sama gw demi kerja, sekarang lo lunch sama orang lain?!"

Kalya mulai lagi. Sahabatku sejak di perguruan tinggi ini memang hobi mempermasalahkan sesuatu yang sebetulnya sepele. Tapi kunilai ini adalah sebuah bentuk perhatiannya.

Sahabat mana lagi yang menemuimu pukul satu dini hari untuk memastikan sahabat dan anaknya baik-baik saja setelah diterpa gossip kalau anaknya hilang?

Tidak hanya Kalya yang melakukannya sih, tapi setidaknya yang aku punya hanya Kalya.

"Kal, dia sekalian mau ngasih aku kerjaan. Kamu mau ikutan juga?" aku menawarkan win-win solution. Biasanya Kalya ini akan mengiyakan tapi wajah malasnya mengatakan kalau dia tidak setuju.

"Lo selalu gitu, kerja mulu, hang-out sama gw kapan sih? Rendra kan bisa sama Daddy nya, ntar kita cabut, kongkow sampai pagi. Gimana?"

Kanan berdampingan denga kiri, siang bergandengan dengan malam. Dua hal yang saling bersisian. Seperti aku dan Kalya. Banyak yang bilang kami ini utara dan selatan.

Aku anak perantauan, Kalya anak gedongan. Aku makan mi instan di akhir bulan, Kalya bosan makan tenderloin di resto langganan. Aku biasa saja, sebaliknya Kalya dipuja dimana-mana.

Satu lagi perbedaan jelas kami, aku tidak sebebas Kalya yang bisa seenaknya nongkrong sana-sini, aku harus menjaga Rendra.

"Ck, lo pasti kalo diajak nongki gini deh, mlempem gak ada suaranya!"

Dia mengomel lagi, sepertiya aku harus membuat teh ocha lagi, gelas Kalya sudah kosong, kemarahannya tidak akan reda dengan uap saja kan?

SIDE TO SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang