44. mabuk

487 48 87
                                    

Silahkan membaca

Beberapa hari sudah Nuca tidak pernah muncul dihadapan Lyodra, bahkan sekedar chat saja tidak ada, dikampuspun tidak kelihatan batang hidungnya, bak ditelan bumi. Lyodra kembali menarik napas dalam. Rindu tahu.

"Gak usah lirik-likir, ngarep banget dicariin? Terlanjur sakit hati kali" celetuk Ziva ketika melihat Lyodra sedang menelisik setiap sudut lobby kampus. Mereka baru saja selesai kelas dan sedang menunggu kelas berikutnya 30 menit lagi.

Lagi-lagi Lyodra menghela napas.

"Sabar, tulang rusuk akan kembali ketempatnya, gak bakal ketuker ini, sabar aja, gak usah khawatir" ucap Ziva lagi seraya menepuk pelan punggung Lyodra.

"Maaf Ziv" cicit Lyodra tak enak.

"Gue tahu loe itu orangnya kaya gimana, sorry juga udah emosi waktu itu, lagian siapa yang gak emosi denger omongan loe. Gue mau tanya deh, siapa sih yang ngancem loe? Keshya?" Ucap Ziva yang berhasil membuat Lyodra terkejut bukan main.

"Apa sih, loe ngomong apa?" Tanya Lyodra pura-pura bego. Padahalmah iya.

"Loe ngomong kaya waktu itu gara-gara ada yang ngancem kan? Siapa?"

"Gak tahu" jawab Lyodra acuh. Ziva ini gampang banget baca pikirannya.

Kali ini Ziva yang mengela nafas.

"Siapa lagi emang kalo bukan iblis satu itu. Cuma dia kan yang terobsesi sama Nuca" ucap Ziva sengit. "Keshya tuh orang kaya, duitnya banyak, apa aja bisa dia lakuin, iyakan!" Ucap Ziva yang memang begitu adanya. 

"Ya emang bukan dia Ziv, gimana dong?! Gue aja gak kenal prangnya siapa!" Kilah Lyodra lagi. Udah tahu kaya, telinganya dimana-mana. Waspada pokoknyamah.

"Sayangnya gue gak punya bukti kalo Keshya dalangnya" sesal Ziva.

"Ziv, udalaaaah, loe mau masuk penjara karena tuduhan pencemaran nama baik? Enggak kan?"

"Loe bisa bilang gitu, tapi nyatanya nyesek kan gak ada kabar dari mantan kesayangan loe itu" cibir Ziva. "Tahu ah, serah loe. Tapi jangan uring-uringan depan gue" ucap Ziva kesal.

Lyodra mendengus mendengar penuturan Ziva. Iyalah, bagaimana tidak kesal, ditanya ini dan itu, jawabannya gak papa mulu. Giliran galau didepan dia. Kan kampret.

Kring, kring... tiba-tiba ponsel Ziva berdering.

"Calon suami, bentar ya" ucap Ziva seraya menjauh dari Lyodra. Privasi.

"Dih, bucin" cibir Lyodra yang tidak didengar Ziva, karena gadis itu sudah ngacir jauh.

Lyodra mencerna setiap kata yang ziva ungkapkan. Memang benar sih, tapi mau gimana lagi.

Beberapa detik berikutnya giliran ponsel Lyodra yang berdering.

"Halo Ann" sapa Lyodra ketika Anne menelponnya.

"Ly, bahannya udah banyak, udah kita edit juga, kapan diserahin?" Tanya Anne dari sebrang sana.

"Belum lengkap Ann, nanti aja"

"Ini udah banyak, loe mau nunggu apa lagi sih, kesel deh gue" ucap Anne dengan nada kesalnya. Greget.

"Ya sabar, nanti gue kabarin, biar gue yang kasihin, ok?" Ucap Lyodra berusaha meyakinkan.

Terdengar helaan napas dari sebrang sana, disusul dengan sambungan yang diputus secara sepihak.

"Loh kok ngamok" cibir Lyodra seraya menyimpan ponselnya didalam tas. Untung sahabat  'monolognya.

LDR (Nuca Lyodra) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang