25. Nuca bimbang

411 59 42
                                    




Selamat membaca

Nuca berjalan dengan langkah lebarnya menuju sebuah taman yang sudah menjadi tempat janjianya dengan seseorang. Langkahnya sangat tergesa-gesa seperti menahan amarah. Tangannya terkepal kuat disamping tubuhnya.

"Nucaaa, gercep banget datengnya" teriak orang yang Nuca ajak bertemu.

Ketika gadis itu ingin menghambur kepelukan Nuca, laki-laki itu mundur dua langkah.

"Jawab jujur" ucap Nuca sarkas.

"Apa? Nuuc kangen ih, peluk masa gak boleh?" Protes gadis dihadapannya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Apa yang loe lakuin dikampus gue beberapa hari yang lalu?" Tanya Nuca yang masih berusaha bersikap baik. Tapi tetap saja terdengar tidak bersahabat.

"Kok pake 'loe'?" Tanya Gadis itu tidak terima.

"Sejak kapan ada panggilan aku kamu?" Tanya Nuca sewot. Sumpah demi apapun, Nuca tidak suka panggilan aku kamu kecuali pada gadis yang kemarin menamparnya.

"Makanya Nuuc, sekali-kali pake, biar ada pernahnya, masa gak pernah terus" jawab Jema sengit. Jengah rasanya pacaran gini amaaaat. Romatis dikit gitu.

"Udahlah, gak usah bertele-tele, jawab" balas Nuca yang mulai emosi.

"Nyariin kamu lah apalagi" jawab Jema santai. Sebenarnya ia sudah tahu arahnya kemana ketika kekasihnya mengajak bertemu, hanya saja, ia ingin mendengar sendiri dari mulut Nuca.

"Nyariin gue kok yang loe samperin cewek. Pake segala nampar dia lagi" balas Nuca dengan sengit. Habis sudah kesabarannya. Walaupun jika dipikir-pikir dia sendiri yang salah, tapi dia juga yamg marah.

"Ehmm.. kok kamu tahu" jawab Jema pura-pura terkejut. Yang menyaksikan kejadian waktu itu banyak, eh beberapa ding. Jadi ia yakin, lambat laun pasti bocor ke Nuca. Ditambah lagi, Nama Nuca hanya ada satu dikampus itu.

"Jadi bener? Ngapain ngelakuin itu?" Tanya Nuca marah.

"Dia udah rebut kamu dari aku. Aku bisa terima?" Tanya Jema. Suaranya meninggi, seolah menantang sang lawan bicara.

"harusnya gue yang loe tampar, bukan dia" jawab Nuca sengit. Laki-laki itu masih tidak terima Lyodra diperlakukan tidak baik, apalagi ini murni kesalahannya.

"Kok kamu belain dia?" Tanya Jema tidak terima.

"Karena yang salah itu gue, bukan dia. Gue yang gak pernah bilang sama dia kalo gue punya pacar" jawab Nuca dengan nada yang sedikit merendah.

"Tapi kenapa?" Tanya Jema bingung. Matanya sudah berkaca-kaca

"Gak tahu" jawab Nuca yang ikut bingung. Harusnya kan ia bicara jujur pada Lyodra, tapi entah ada getaran darimana sehingga rahasia itu tidak terbuka setiap kali bertemu dengan gadis itu.

"Nuuuc, apa sih salah aku sama kamu? Yang nyatain perasaan duluan juga kamu, yang ngajak kenalan pertama kali kamu juga. Kenapa semakin kesini kesannya aku doang yang ngarepin kamu?" Keluh Jema.

Nuca akui memang ia yang menyatakan perasaan pada gadis dihadapannya ini, tapi ia tidak ingat mengapa ia melakukan itu. Jika boleh jujur, Nuca menyesal.

"Gue mau kita putus" ucap Nuca tiba-tiba.

Duar...

Bak tersambar petir disiang bolong, Jema menatap miris pada dirinya sendiri. Siapa yang awalnya meyakinkan juga menyatakan perasaan. Dia kan? Dan sekarang ia seperti pengemis didepan laki-laki ini. Laki-laki yang baik dan perhatian. Iya, sebelum jadian dan beberapa setelah status pacaran. Lihat sekarang? Kasian dirinya sendiri bukan?!. Tapi jelas ia boleh melepaskan laki-laki ini. Tidak ada kata untuk mundur.

LDR (Nuca Lyodra) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang