67. lamaran

402 43 27
                                    

selamat membaca
.
.
.
.

     Lyodra sudah siap dengan gaun berwarna putih polos selutut, lengkap dengan riasan tipis serta giwang berbentuk bunga matahari dengan mata dibagian tengahnya.

Hari ini, ia beserta keluarganya akan melamar gadis yang waktu itu Richard ceritakan. Lyodra pikir kakaknya itu hanya membuat karangan indah demi membatalkan pernikahannya dengan Nuca, tapi saat ia mendengar semua kisah kakaknya, Lyodra baru percaya jika kakaknya itu benar-benar mempunyai kekasih.

Dan untuk urusan kaki, Lyodra pikir satu Minggu sudah cukup untuk mengistirahatkan kakinya yang sebenarnya tidak terlalu parah itu, untung saja ia mempunyai Nuca yang dengan sigam mengangkutnya kerumah sakit, jika ia memaksakan diri mengejar Keshya, entahlah apa yang akan terjadi dengan kakinya kini.

"Loe belum kenal sama orang tuanya cewek loe bang?" Tanya Lyodra ketika Richard masuk kedalam kamarnya hendak mencari sisir, kebiasaan manusia satu itu selalu lupa menyimpan sisir, alhasil selalu pinjam kepada Lyodra karena adik satunya itu tidak pernah sembarangan menyimpan sisir.

Dari cerita Richard, bisa Lyodra simpulkan jika hubungan kakaknya itu benar-benar tertutup, apalagi Richard tipe orang yang tidak suka pamer akan sebuah hubungan yang menurut Richard yang masih bisa berakhir jadi mantan jika status itu hanya sekedar pacaran.

"BAGUS YA LY, PANGGILNYA PAKE ELO ELO, BUNDA GAK SUKA YAAA." Teriak Lyana karena suara Lyodra tidak bisa dikatakan pelan. Membuat gadis itu sontak tersenyum walaupun ia tidak tahu Bundanya itu ada di mana.

Ngomong-ngomong soal Lyana, ternyata Bunda yang satu itu tidak tahu kondisinya yang sempat mengalami kaki terkilir, sang Ayah tidak memberitahu dengan alasan Lyana itu sibuk dengan anak didiknya yang akan mengikuti lomba cerdas cermat, alhasil Lyana mendiamkan Rendi karena masalah itu. Lyodra sudah menjelaskan dengan seksama alasannya, tetap saja Rendi yang disalahkan Bundanya.

Berhubung kebucinan Rendi itu sudah akut, alhasil Ayah satu itu uring-uringan dan terus menerus menempel pada Lyana kemanapun istrinya melangkah, membuat Lyana mau tak mau memaafkan suaminya. Terpaksa 'kata Lyana.

"Bang, cewek loe namanya siapa?" Tanya Lyodra ketika ia melihat Richard sudah rapih dengan kemeja putihnya. Suara Lyodra dibuat sepelan mungkin agar Lyana tidak mendengarnya.

"PANGGIL 'KAMU' DEEEEK, BUKAN ELUUU, BUNDA MASIH DENGER YAAA." Teriak Lyana entah darimana lagi, karena hanya suaranya saja yang menggema memenuhi penjuru rumah.

Padahal udah pelan 'batin Lyodra.

"Mampus loe." Ledek Richard dengan suara lebih pelan lagi. Bisa mampus juga dia kalau Lyana tahu.

"ABANG BILANG MAMmmhpp.." Richard refleks membekap mulut adiknya saat Lyodra akan mengadu. "Liptint gueeee." Decak Lyodra seraya menghempas tangan Richard dari mulutnya.

"Gak usah cepu, bisa."

"Gak usah ngeledek, bisa? Loe seneng banget kayanya kalau gue diomelin."

"Bisa jadi." Jawab Richard sekenaknya.

"Bang, nama cewek loe siapa?" Tanya Lyodra lagi, kali ini suaranya lebih pelan, agar Lyana tidak bisa mendengarnya. Gak kapok emang.

"Gue biasa manggil panda, tapi awas aja loe manggil dia sama kaya gue," ancam Richard.

"Panda? Kok panda? Badannya gede kaya panda?" Tanya Lyodra dengan tampang polosnya.

"Ngaco," Richard menggeplak kepala Lyodra. "Panggilan sayang." Katanya melanjutkan, membuat Lyodra reflek mengusap kepalanya yang Richard geplak.

LDR (Nuca Lyodra) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang