35. kerja sama

378 50 18
                                    

Silahkan membaca

Rumah Jema 19.00

Nuca sedang duduk diantara mamah dan papahnya. Sedangkan Runa dan Deon duduk di bangku lain. Jika ada yang bertanya Axel dimana? Jawabannya adalah 'mboh' gak mau ikut-ikut katanya, gak penting. Emang kakak paling luknut ya dia, adeknya loh padahal malah dibilang gak penting. Gak tahu pas pembagian solidaritas sesama sodara dia ada dimana? Jangan-jangan tidur.

Setelah membicarakan semua tentang Jema dan Lyodra, Aisyah memutuskan untuk membuat janji 2 hari setelah hari minggu, itupun atas persetujuan suaminya, lalu meminta anak beserta menantunya untuk ikut andil. Mau tidak mau mereka harus mau pokoknya, gak boleh menolak apalagi membantah. Jika ibu negara sudah berucap, menuruti adalah jalan terbaik daripada tidak diajak berbicara selama seminggu, itu lebih horror tentu saja. Maka dari itu Runa dan Deon memilih jalan aman, tapi mungkin itu pengecualian untuk Axel, karena laki-laki itu memilih tidak perduli, toh selama ini dia tinggal sendiri, jadi walaupun tidak diajak berbicara itu tidak mempengaruhinya sama sekali.

Nuca menggigit bibir bawahnya seraya memainkan jari-jarinya untuk mengilangkan kegugupannya. Ia tidak takut untuk mengatakan semuanya kepada kedua orang tua Jema sekalipun akan ada kebohongan yang akan diucapkannya nanti. Ia hanya takut hubungan kedua belah lihak menjadi renggang karena masalah perjodohan ini. Sementara kedua kakaknya justru terlihat sangat santai, sama seperti kedua orang tuanya.

"Loh, kok dadakan bertamunya?" Ucap Diana yang baru datang dengan suaminya Aris, sementara Jema dan Justin, kakak Jema sudah duduk dan berbincang dari beberapa menit yang lalu.

Justin itu berteman baik dengan Nuca, ia salah satu chef pastry terbaik di salah satu toko kue yang dimiliki Rahman, papah Nuca, sampai ia sendiri mempunyai toko kue yang berumur sama dengan warung bakso Nuca. Itupun atas usulan Rahman yang menginginkan Justin mempunyai usaha sendiri walaupun kecil-kecilan dengan pinjaman modal yang Rahman berikan dan boleh di cicil tanpa perlu memikirkan bunga atau tempo waktu pengembalian.

Jadi ketika keluarga Nuca datang, jelas Justin sangat sungkan. Ia tidak ingin hubungan baiknya dengan keluarga Nuca menjadi hancur karen ulah ibunya yang sudah ia tahu sejak lama walaupun tidak pernah ia katakan pada Nuca.

Walaupun hubungan Jema dan Nuca dikatakan tidak baik, tapi itu tidak berlaku dengan Justin. Lagipula Justin bukan tipe orang yang suka menyangkut pautkan masalah pribadi dan pekerjaan.

"Ada yang mau saya bicarakan dengan Ibu dan Bapak" Rahman, memulai bicara seriusnya, membuat semua orang yang ada diruangan sontak menoleh pada asal suara.

"Apa ini tentang pertunangan yang akan dipercepat?" Tanya Diana dengan percaya dirinya. Senyumnya tercetak manis diwajah wanita paruh baya tersebut.

"Maaf Ibu sebelumnya, tolong jangan potong ucapan saya. Biarkan saya berbicara terlebih dahulu apa maksud dan tujuan kami datang kerumah Ibu" ucap Rahman dengan sopan.

Diana hanya mengangguk. Sementara Justin mendengus. Tuker tambah nyokap boleh gak 'batinnya.

"Jadi begini" ucap Rahman melanjutkan pembicaraannya. "Dikarenakan hubungan anak saya dan anak Ibu beserta bapak sudah berakhir, saya rasa perjodohan ini juga harus berakhir"

Mata Kedua orang tua Jema melotot sempurna, berbeda dengan Justin dan Jema, ekspresi mereka merekah seketika. Makasih Nuc 'batin Jema.

"Loh? Kenapa?" Tanya Diana heran.

"Mohon maaf sebelumnya, anak saya mencintai gadis lain, bahkan sebelum dia kenal dengan Jema, namun, saat itu mereka sedang ada masalah besar sehingga menggunakan anak ibu sebagai pelampiasannya, bisa dikatakan anak saya mencari pelarian bukan untuk sesungguhnya, atas nama anak saya, saya minta maaf" ucap Rahman memulai dramanya.

LDR (Nuca Lyodra) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang