Akhirnya ku menemukanmu
kukira lirik lagu ternyata kisahku
~Bryan***
"Sopankah bolos gak ngajak?!" Enjel berkacak pinggang didepan Bilqis dan Alfiyah.
"Hajar aja, En, nih anak bedua," sahut Eline.
"Mendadak aja gak di rencanain, ya gak, Fi?" Ucap Bilqis sembari menyenggol lengan Alfiyah yang berada di sebelahnya, gadis itu hanya menganggukan kepalanya.
"karena lo gak ada tuh si playboy sadboy gangguin kita mulu!" geram Enjel.
"Lo tau gak dia kemarin sengaja narok kulit pisang didepan pintu pas gue lagi jalan jengkang deh," Cerita Eline membuat tawa Alfiyah dan Bilqis pecah.
"Ketawa lo berdua! Seneng diatas penderitaan gue."
Tidak lama kemudian sang biang masalah datang dengan senyum manis di wajahnya.
"Haii cantik," sapanya pada Bilqis dkk.
"Apa lo!" sungut Eline masih menaruh dendam pada Vano atas kejadian kemarin.
"Ternyata bener ya pamali nyebut nama lo, beneran muncul orangnya," kata Enjel.
"Enjel kalo kangen sama gue bilang jangan dipendem," sahut Vano yang paling membuat Enjel gedeg sendiri mendengarnya.
"Cuih!"
Vano tertawa ngakak, karena perannya sebagai playboy telah berakhir jadi kerjaannya menganggu para cewek cantik.
"Tumben lo gak telat?" sindir Bilqis.
"Gue udah tobat kalo lo lupa."
"Halahh, tobat sambel!" cibir Eline.
Kringg kringg....
Bel sekolah telah berbunyi dan itu artinya penjaga kedisiplinan sekolah mulai bertugas, menangkap serta memberi hukuman bagi pelanggar.
Lima motor sport dengan santainya berjajar didepan gerbang yang telah ditutup rapat itu, dengan terus memberi klakson agar mereka dibukakan pintu masuk. Karena merasa terganggu dengan suara bising yang dihasilkan para pengendara motor tersebut, Bilqis berdiri tepat didepan gerbang membuka sedikit gerbang hingga memberi akses dirinya untuk keluar dan langsung berhadapan dengan kelima pelanggar tersebut.
Bilqis menadahkan tangannya didepan mereka hingga membuat mereka semua saling lirik.
"Qis, lo kan udah kaya masih mau minta uang jajan kita? Porotin Bryan sana." celetuk Devan.
Dengan ringannya tangan Aksa memukul kepala Devan, "Untung gue pake helm." ujar Devan sambil menjulurkan lidahnya kearah Aksa.
"Qis, biarin kita masuk ya kita telat kan baru sekali lagian yang bikin kita telat tuh orangnya," ucap Devan lagi seraya menunjuk Bryan. Jangan tanyakan lagi gimana ekpresi lelaki itu ketika Devan menunjuk dirinya. Datar.
Kalo kata Adrian tuh suka sama suka dan duka sama duka, contohnya sekarang telat satu telat semua. Bagi mereka itulah namanya solidaritas, asal jangan mati satu mati semua ya nanti habis populasi orang ganteng.
"Mampus lo!"
"Malaikat maut didepan mata."
"Ajal mendekat."
"Mati guee." Ucap Devan sembari memalingkan wajahnya tidak sanggup menatap mata tajam Bryan.
Bilqis kembali menadahkan tangannya, akhirnya sang ketua turun dari motornya. Devan berdecak kagum akan kegentlean Bryan.
"Sayang, baru satu menit loh telatnya," rengek Bryan.
"Asem! Gayanya udah selangit," cibir Devan.
"Telat tetep telat walaupun satu menit, siniin kuncinya." Bilqis merampas kunci motor Bryan. "Baris sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Rasa Seamin tak Seiman (Proses Revisi)
Teen Fiction[FOLLOW DULU YA SUPAYA BERKAH] Remake ulang beberapa part di unpublish *** Sejauh mana ldr yang pernah kalian rasain? Beda kota? Beda negara? Beda pulau? Beda dunia? Atau beda tuhan? Ketika tasbih di jemari harus bersanding dengan salib di leher, b...