Adiba terkekeh menanggapi guyonan dari seorang Abella. Cewek dengan rambut sepinggang itu selain mudah beradaptasi juga pandai membuat orang di sekitarnya senang. Adiba yang notabenenya terbilang kaku dan jarang tersenyum saja sampai ikut tertawa dibuatnya.
Saat ini Adiba dan Abella--tanpa Shakeela--sedang berada di luar kelas, duduk di bangku yang ada di sana. Karena guru yang mengajar di jam pertama ini belum datang, Abella mengajak Adiba untuk duduk di luar sekalian untuk mencuci mata dengan melihat cowok-cowok dari kelas sebelah bermain futsal, katanya.
Merasa sumpek juga di dalam, Adiba akhirnya mengiyakan.
Sesekali nggak apa-apa, batinnya.
Toh hari ini juga jadwal pelajaran Pak Broto. Guru satu itu sangat jarang masuk dan sekalinya masuk hanya memberi tugas lalu kelas ditinggal. Agaknya beliau malas untuk mengajar, entah karena murid kelas X IPA 2 yang menyebalkan atau memang guru tersebut yang malas, Adiba kurang tahu. Adiba yakin 80 % kalau gurunya itu tidak akan masuk hari ini.
Adiba kembali terkekeh. Cewek itu menggeleng-geleng. Abella ini joker yang hebat, menurut Adiba. Beberapa teman cewek juga cowok yang ada di sana ikut terbahak, saling melempar guyonan. Hanya Adiba yang sejak tadi menjadi pendengar.
"Aku pengen banget bisa kayak kamu, Bell. Mudah bergaul dan bisa bikin orang lain tertawa," celetuk Adiba tiba-tiba.
Abella menatap Adiba. Menghentikan tawanya, cewek itu lantas merangkul Adiba. "Dib, setiap manusia itu kan dilahirkan beda-beda. Semuanya punya kekurangan dan kelebihan dengan porsi masing-masing. Jadi, lo harus bersyukur jadi diri lo yang sekarang."
Adiba menyunggingkan senyum. Ternyata Admbella juga cewek yang bijak.
"Lo pinter, selalu dapat nilai paling bagus di kelas. Jujur, gue juga pengen banget kayak lo, tapi mau gimana lagi, gue dari lahir udah bego. Intinya itu, lo harus jadi diri sendiri. Kalau nggak, Vandra nggak akan ngejar-ngejar lo," goda Abella sembari menunjuk Vandra yang tengah berjalan ke arah mereka seorang diri.
Adiba lantas menjatuhkan pandangannya ke arah Vandra. Cowok itu berjalan santai dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Entah ia baru tiba di sekolah atau mungkin mampir dulu di mana, Adiba kurang tahu. Yang jelas bagi Adiba sekarang adalah Vandra terlihat lebih keren dari biasanya. Entah bagian mana dari Vandra yang tampak berbeda sehingga Adiba berpikir demikian. Mungkinkah rambut cowok itu yang yang tampak berantakan? Ada-ada saja.
Adiba tersenyum tipis bermaksud menyapa Vandra. Namun, cowok itu melewatinya begitu saja tanpa sepatah kata. Bahkan menatap Adiba pun tidak.
"Woee, Van. Ada Adiba nih, tumben lo lewat gitu aja," panggil Malvin seraya menarik kerah bagian belakang Vandra.
"Ck, apa sih lo main tarik-tarik," kesal Vandra.
"Adiba, nih," tunjuk Malvin.
Vandra memandang Adiba sebentar lalu mengalihkan pandangan. "Bukan urusan gue lagi," ujar cowok itu lalu melanjutkan langkahnya ke dalam kelas.
Semua yang ada di sana menatap bingung. Kemarin kedua remaja itu masih tampak baik-baik saja. Tentu, tingkah Vandra hari ini menimbulkan banyak tanya di kepala mereka.
"Dib, kalian lagi berantem?" tanya Abella kemudian.
Pertanyaan Abella dibalas gelengan oleh Adiba. Tidak mungkin mengatakan kejadian kemarin di hadapan teman-temanya yang lain. Pikirnya, nanti saja ia ceritakan semuanya kepada Abella.
Adiba menghela napas dalam diam, sepertinya Vandra benar-benar marah hingga sampai berkata demikian. Jika boleh jujur, Adiba merasa sakit hati oleh kalimat Vandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vandra [Completed]
Teen FictionBlurb : Vandra tak pernah menyangka jika ia akan menaruh hati pada Adiba. Taruhan konyol yang ia lakukan bersama sahabat-sahabatnya justru berujung suka. Adiba, gadis kaku yang katanya tak mengenal cinta. Akankah Vandra mampu 'tuk memenangkan hatin...